7

85 11 0
                                    

Kini, Vadella sudah kembali lagi ke kos. Keadaan kak Reno sudah membaik. Jika saja tidak ada kuliah dan kerja, Vadella masih ingin di rumah menemani kakaknya.

"Eh udah pulang..." Seru mbak Weni, tetangga kos Vadella.

Vadella tersenyum kemudian mengangguk. "Sudah mbak, pengennya sih belum, tapi ya gimana..."

"Terus keadaan kakakmu gimana?"

"Sudah membaik mbak, tapi masih harus banyak istirahat dulu."

"Ya semoga kakakmu segera diberi kesembuhan." Sebelum kembali ke kamarnya, mbak Weni Menatap Vadella lagi. "Oh iya Del, sekitar satu jam yang lalu, ada yang ke sini nyariin elo, katanya temen lo. Namanya siapa ya gue lupa, dia cowok. Coba cek HP, barangkali tadi ngehubungin elo."

Kening Vadella mengerut mendengar pernyataan mbak Weni. Siapa teman Vadella yang dimaksud itu? Vadella segera menyalakan ponselnya yang sudah dia matikan sejak kemarin. Setelah menyala, begitu banyak pesan masuk dan panggilan tidak terjawab dari beberapa orang. Salah satu yang paling atas adalah pesan dari Ardhan. Apa mungkin tadi yang mencarinya adalah Ardhan?

Ardhan:

Del kita perlu ketemu, apa lo sudah pulang ke kos?

Kalau sudah, ke kafe ya!

Sepertinya harus gue aja yang ke situ. Lo kayaknya kecapekan.

Gue udah di depan kos lo nih

Ternyata belum pulang, yasudah tidak apa-apa. Kalau sudah pulang kabari ya!

Begitu pesan Ardhan yang Vadella terima. Dengan segera, Vadella bergegas menuju kafe, setelah memasukkan tas dan barang lainnya ke dalam kamar.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke kafe break time. Sudah 2 hari izin tidak berangkat kerja, membuat Vadella kangen suasana di sana. Tanpa berlama-lama, Vadella segera ke ruangan Ardhan. Untungnya ada Ardhan di sana. Karena jika sudah sore hari seperti ini, Ardhan jarang di kafe.

Vadella membuka pintu ruangan Ardhan setelah mendengar kata 'Masuk'

"Lho Del? Kok udah sampai sini? Tadi lo belum pulang kan?" Tanya Ardhan begitu melihat Vadella.

"Iya, baru sampai kos tadi. Terus dikasih tahu mbak Weni kalau ada temen gue yang datang, dan ternyata elo. Ya udah gue ke sini... Kata lo perlu ketemu."

Melihat antusias Vadella, membuat Ardhan tidak tega untuk mengatakannya. Ya, ini masih masalah yang sama, yaitu pengambilan gaji untuk beberapa bulan ke depan, yang akan digunakan untuk pembayaran semester Vadella.

"Jadi ada perlu apa Dhan?"

Sebelum berkata, Ardhan berdeham dulu. "Masalah yang beberapa hari lo katakan ke gue itu, gue bakal kasih jawaban sekarang."

Vadella paham apa yang Ardhan maksud. Vadella jadi panik, apa Ardhan bisa membantunya atau tidak. Mengingat keadaan kakaknya, membuat Vadella bertekad untuk tidak membicarakan uang semester dengan kakaknya, mungkin hanya cara ini yang Vadella bisa gunakan.

"Gue nggak bisa kalau harus kasih gaji lo untuk 5 bulan ke depan Del, karena banyak pertimbangan yang gue pikirin. Dan maaf sekali... Gue hanya bisa kasih gaji lo untuk 2 bulan ke depan. Sekali lagi gue minta maaf ya Vadella... Gue bukannya tidak mau, tapi gue tidak bisa. Sekali lagi gue minta maaf. Hanya ini yang gue bisa."

Vadella tersenyum mendengar jawaban Ardhan, Vadella paham akan pikiran Ardhan. Yang membutuhkan uang bukan hanya dirinya saja, yang kerja di break time juga bukan dirinya saja. Jadi pertimbangan Ardhan juga tetap memikirkan karyawan yang lainnya.

THE BIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang