🌿Bab 23

64.9K 4.5K 126
                                    

Happy Reading!

Tok tok

Meylisa segera menelan roti yang ada di mulutnya lalu segera minum air putih.

Tok tok

"Apa sih?" teriak Meylisa lalu membereskan semua snack yang ia makan kemudian segera membersihkan wajahnya dari sisa-sisa coklat.

"Mas tahu kamu masih marah tapi semarah apapun juga harus tetap makan. Keluar dulu ya, mas sudah beli makanan kesukaan kamu."

Meylisa memeriksa penampilannya di cermin, setelah yakin tidak ada bekas makanan yang menempel ia segera membuka pintu.

Ctar ceklek

"Apa?" tanya Meylisa ketus membuat Andra tersenyum tipis.

"Akhirnya kamu buka pintunya juga. Mas sudah beli makanan kesukaan kamu. Makan dulu ya, kasihan anak kita kalau mamanya belum makan." ucap Andra lembut.

"Aku nggak nafsu makan. Mas aja sana makan sendiri." ucap Meylisa lalu bersiap kembali menutup pintu namun segera ditahan oleh Andra.

"Mas tahu kamu marah tapi jangan menolak untuk makan." tegur Andra membuat Meylisa tertawa.

"Memang mas peduli? Aku pikir mas cuma pedulinya sama bu Erika." sindir Meylisa.

"Astagfirullah, harus berapa kali mas bilang kalau__"

"Sttt! Kalau mas mau bohong lagi mending nggak usah. Lagian juga aku nggak bakal percaya lagi sama kata-kata mas." sambar Meylisa lalu kembali menutup pintu dan menguncinya.

Tok tok

"Mas bilang keluar dan makan!" teriak Andra di luar sedang Meylisa hanya diam lalu kembali mengambil roti yang tadi belum habis ia makan.

Bukk bukk

"Meylisa!"

"Sayang."

Meylisa hanya cuek mendengar panggilan dari suaminya. Lagipula alasan bohongnya sama sekali tidak masuk akal. Dan lagi, sejak kapan suaminya menjadi orang yang begitu baik. Istri sendiri saja dipersulit saat skripsi nah ini cuma teman saat kuliah malah dicariin kerjaan. Mana bohong lagi sama istri tentang status bu Erika.

Sedang di luar, Andra hanya bisa menghela napas dan mengingatkan diri sendiri untuk banyak bersabar. Apa yang ia lakukan memang salah namun sungguh tidak ada apapun antara dirinya dan Erika.

Enggan membiarkan Meylisa terus mengurung diri dan tidak mau makan, Andra memilih meminta bantuan pada mertuanya. Karena setahu Andra, Meylisa sangat takut pada mamanya itu.

Setelah satu jam, akhirnya Hasti datang. Andra menyambut kedatangan mertuanya itu lalu mulai menceritakan masalah yang terjadi.

"Kamu jujur kan sama mama? Kamu nggak benar selingkuh kan?" tanya Hasti. Ia memang selalu mendukung menantunya itu namun jika terbukti putrinya diselingkuhi, Hasti juga tidak akan diam saja.

"Demi Allah, mah. Andra hanya mengatakan hal itu tanpa pikir panjang. Andra pikir itu tidak akan menjadi masalah." ucap Andra membuat Hasti mengangguk.

"Lalu apa yang terjadi di caffe tadi? Kamu dan dosen baru itu makan bersama?" tanya Hasti membuat Andra segera menggeleng.

"Mama tahu pak Yusuf, kan? Saudara papa? Nah beliau menanyakan tentang kehamilan Meylisa dan didengar oleh dosen lain. Karena itu kabar gembira mereka akhirnya meminta Andra untuk mentraktir mereka makan. Jadi__"

"Mama mengerti. Tapi memang hal seperti ini sebaiknya jangan terulang lagi. Lebih baik menghindari berduaan dengan perempuan lain meski apapun alasannya. Mama juga tidak bisa menyalahkan Meylisa kalau dia salah paham. Lagipula dia lagi hamil, pikirannya lagi sensetif ditambah tahu suami bohong dan melihat kamu berduaan di caffe dengan perempuan lain. Mama tidak habis pikir, biasanya kamu sangat bijak loh Ndra." omel mama Hasti membuat Andra menunduk. Kali ini ia tidak bisa mencari pembenaran apapun. Ia akui apa yang ia lakukan adalah salah.

"Andra minta maaf, mah. Tapi tolong bujuk Meylisa untuk makan. Dia belum makan sejak tadi siang." ucap Andra membuat Hasti melotot lalu segera berdiri menuju kamar putrinya.

Tok tok

"Meylisa, ini mama. Buka pintunya nak!" teriak Hasti di luar hingga membangunkan Meylisa yang sedang tidur karena kekenyangan.

"Kayak suara mama." gumam Meylisa lalu mengucek matanya.

Tok tok

"Meylisa."

Kedua mata Meylisa langsung melek mendengar suara mamanya yang begitu jelas.

'Dih mas Andra manggil mama terus. Apa-apa mama.' batin Meylisa lalu segera membereskan bekas makanannya tadi lalu melangkah membuka pintu. Bisa perang dunia kalau nggak cepat-cepat dibukain pintu.

Tapi sepertinya mas Andra perlu diberi pelajaran lebih, biar nggak berani bohong lagi, batin Meylisa lalu mulai mencari akal baru.

-Bersambung-

Oh_ My LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang