🌿Bab 37

67.1K 4.6K 255
                                    

Happy Reading!

Andra mengernyit, kenapa chat yang ia kirim satu jam yang lalu masih centang satu. Vc juga tidak diangkat. Mana foto profil istrinya hilang, apa sengaja dihapus.

"Tapi kenapa dihapus?" gumam Andra lalu menghubungi bundanya. Ia ingin tahu apa istrinya baik-baik saja karena tadi pagi saat ia pergi, Meylisa mengeluh mual dan pusing.

"Assalamualaikum, bunda." sapa Andra begitu telponnya dijawab.

"Waalaikumsalam, ada apa Ndra?"

"Meylisa ada bun? Dia ngapain? Masih pusing?" tanya Andra to the point.

"Oh Meylisa. Ada tuh, lagi main hp. Lagi chatan sama temannya mungkin."

Andra melotot.

"Meylisa megang hp, bun?" tanya Andra cepat.

"Iya. Pusing sama mualnya sudah berkurang makanya tadi bisa makan dan sekarang rebahan main hp."

Andra mengusap wajahnya.

"Ya sudah, bun. Andra lanjut kerja lagi."

"Iya_

Siapa bun?

Suami kamu.

Oh.

Mau ngomong?

Nggak usah."

Andra yang mendengar percakapan itu hanya menghela napas. Entah kesalahan apalagi yang ia lakukan.

"Ya sudah, bun. Andra lanjut kerja lagi. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam"

Tutt

Andra meletakkan ponselnya. setidaknya ia tahu bahwa istrinya baik-baik saja. Sekarang sebaiknya ia cepat menyelesaikan pekerjaannya hari ini lalu segera pulang.

Tok tok

Ceklek

Andra mendongak menatap pintu lalu menahan napas saat melihat siapa yang datang.

"Saya boleh masuk kan?" tanya Erika lalu melangkah masuk.

"Maaf bu Erika, ada perlu apa?" tanya Andra sopan.

Erika duduk di kursi. "Maaf pak Andra tapi saya mau meminta bantuan. Pak Arifin meminta saya pindah tapi tanpa alasan yang jelas. Tolong bantu saya sekali ini saja. Pak Andra tahu kan saya membutuhkan pekerjaan ini."

Andra menggeleng. "Maaf bu Erika. Anda hanya diminta pindah bukan diberhentikan."

"Benar tapi apa alasannya? Saya tidak membuat kesalahan apapun dan justru saya bekerja dengan baik."

"Itu benar tapi__"

"Karena itu, tolong saya pak Andra. Saya mohon. Jika pindah dari sini maka jarak rumah ke tempat kerja baru semakin jauh. Apalagi saya belum membeli mobil baru."

"Anda bisa menyewa rumah di dekat sana."

Erika menggeleng. "Saya meminta bantuan sebagai teman. Dan saya yakin pak Andra tidak akan mengabaikan hal in__"

Cekrek

Andra dan Erika menoleh ke pintu saat mendengar sebuah suara.

"Maaf menganggu."

Andra segera beranjak dan mengejar  papanya yang menjauh setelah mengambil foto tadi.

"Papa_" ucap Andra membuat Arifin menunjukkan foto yang tadi ia ambil dengan ponselnya.

"Bagus kan? Mau papa kirim ini ke Meylisa biar dia marah lagi." bisik Arifin mengancam membuat Andra melotot.

"Papa, hapus fotonya!" pinta Andra panik.

Arifin menggeleng. "Makanya bertindak tegas! atau papa kirim foto ini ke istri kamu." ancam Arifin membuat Andra berbalik menemui bu Erika.

"Maaf bu Erika, saya tidak bisa membantu jika itu sudah keputusan pihak kampus."

"Tapi__"

"Silahkan pergi!"

"Benar-benar keterlaluan." ucap Erika kesal lalu berlalu dari sana.

Arifin yang berada di luar hanya menghela napas. Harusnya ia pecat saja pekerja seperti itu. Untuk apa juga wanita tidak tahu malu seperti itu ia pekerjakan.

Mana tidak ada sopan santunnya saat lewat. Padahal ia adalah pemilik kampus ini.

Andra mendekati papanya.

"Lagipula kenapa cuma dipindahkan. Kenapa tidak papa pecat?" tanya Andra membuat Arifin naik pitam.

"Diam kau!" bentak Arifin kesal membuat Andra diam namun ia kembali ingat pada foto yang tadi papanya ambil.

"Pah, hapus foto yang tadi ya." pinta Andra.

"Sudah papa hapus." ucap Arifin lalu melangkah masuk ke ruang kerja putranya itu.

"Oh ya, kenapa papa ke sini? Apa ada yang penting." tamya Andra setelah menutup pintu.

Arifin mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya. "Tadi Meylisa chat papa. Minta beliin makanan. Tapi papa nggak tahu beli di mana." ucap Arifin membuat Andra mengambil alih ponsel di tangan papanya.

"Kok Mey chat ke papa? Nggak chat Andra." tanya Andra bingung. Mana waktu chatnya masih baru sedang pesan yang ia kirim saja masih centang satu.

'Aneh.' batin Andra lalu membaca pesanan istrinya.

"Sudah sana beli! Papa mau rapat dulu." ucap Arifin lalu mengambil kembali ponselnya.

"Andrakan juga ikut rapat, pah." ucap Andra.

"Memangnya rapat nggak jalan kalau nggak ada kamu? Sudah sana pergi! Papa nggak mau ya cucu papa ngambek gara-gara maunya dia nggak diturutin." ucap Arifin membuat Andra tertawa.

"Cucu papa masih di dalam perut, mana bisa ngambek." ucap Andra menggeleng pelan.

"Ya ngambeknya diwakilin sama ibunya." ucap Arifin membuat Andra melotot.

"Assalamualaikum." ucap Andra pamit lalu mengambil tas dan kunci mobilnya kemudian bergegas pergi.

Arifin menggeleng pelan lalu membatin. 'Dasar suami takut istri.'

-Bersambung-



Oh_ My LectureWhere stories live. Discover now