8

3 2 0
                                    

Tidak salah untuk mencoba, berhasil atau tidak itu hanyalah secuil hasil dari mencoba.

••__Happy Reading__••


__________________🧊_________________


~~~

Senja telah terbenam, menampilkan langit malam tanpa bintang.

"Udah hampir malam nih, pulang yuk," ujar Dean sembari beranjak dari bangku untuk berdiri.

"Iya," balas Vivi ikut berdiri.

'Kalau aku pulang sekarang, aku takut ibu marah, aku pulang terlalu larut hari ini,' gumam Vivi membatin.

Dean memperhatikan Vivi, raut wajah Vivi yang semula sangat bahagia berubah menjadi seperti orang yang sedang ketakutan.

"Ada apa, hm?" tanya Dean. "Apa yang lu pikirin?"

"Ti-tidak, aku gak lagi memikirkan apa apa kok," balas Vivi bohong.

"Oh, ya? Lalu, raut wajah ketakutan ini apa?" ledek Dean sembari menunjuk wajah Vivi.

"Apa sih? Gak ih!" balas Vivi lalu menepis telunjuk Dean.

"Lu tau, gak? Lu itu gak bisa bohong," ucap Dean.

"Soalnya, muka lu waktu berbohong itu mirip sama kucing yang memohon diberi makan, hahaha," lanjut Dean dengan nada mengejek, yang kemudian mencolek hidung Vivi.

Dean berlalu pergi, berjalan menuju motor gedenya itu lalu menumpakinya.

Dean menoleh ke tempat Vivi berada, gadis itu masih setia berdiri di tempatnya. Vivi tersipu, wajahnya memerah seperti tomat karena malu, ini dikarenakan ulah Dean yang mencolek hidungnya tadi.

"Vi," panggil Dean, namun yang dipanggil diam dan masih terdiam di tempatnya.Dean menaikkan satu alisnya.

"Vi!" panggil Dean sekali lagi, tapi kali ini dengan suara yang lebih keras.

Vivi terkejut, ia langsung terbuyar dari ke - saltingan - nya itu. "E-eh, iya? Kenapa Dean?"

"Mau pulang, gak? Buruan naik," titah Dean.

"I-iya, mau," ucap Vivi, lalu berjalan menghampiri Dean dengan menunduk.

Dean yang melihat tingkah Vivi, menautkan senyum tipis.

'Lucu banget, sih,' batin Dean.

Vivi mendekati Dean dan motornya yang terparkir, ia lalu menaikinya.

Setelah Vivi naik, Dean lalu menghidupkan mesin motornya dan membawanya melaju pergi meninggalkan pantai itu.

Brrmm... Ciittt...!!

"Vi, sampai nih. Maaf ya, gue ajak lu jalan jalan dulu," ucap Dean sembari menoleh ke belakang.

Vivi turun dari motor, lalu berdiri.

"Gapapa kok, malah aku mau berterima kasih sama kamu, udah ajak aku ke pantai. Aku udah lamaaa banget gak ke pantai," ujar Vivi.

"Hm, iya sama sama," balas Dean dengan senyuman. "Kalau gitu, gue balik dulu, ya," lanjutnya pamit.

Dean menghidupkan mesin motornya dan melaju pergi. Vivi menatap kepergiannya Dean hingga motornya tak terlihat lagi.

Vivi lalu berjalan ke arah rumahnya. Ketika hendak membuka pintu, pintu itu malah tidak terbuka.

'Apa ibu mengunci pintunya?' batin Vivi menerka.

Tok.. tok.. tok..!!

"Ibu, ini Vivi. Ibu bisa tolong bukain pintunya?" Vivi memanggil ibunya sembari mengetuk pintu, namun tak ada sahutan pun yang ia dengar.

POV SHEILA

"Ibu ... ibu ... tolong bukain pintunya Bu."

Tok.. tok.. tok...!

Itu kan suara anak itu, berisik banget. Ngapain juga aku bukakan pintu, biarin aja tidur di luar.

Tapi, sebaiknya aku samperin dulu dia. Huh! Menyusahkan.

Pintunya memang kukunci, dan aku nggak ada niatan untuk membukanya.

"Ibu ..."

Suara anak itu lagi, ibu ... ibu, memekakkan telinga aja.

"Apa?!! Kau bisa diam nggak?!! Tidurku terganggu karena suara mu itu sialan!"

"Ibu, apakah pintunya terkunci? Aku mohon bukain, Bu."

"Itu bukan terkunci tapi kukunci, bukankah kau yang ingin pulang larut? Kenapa tidak sekalian tidur di luar?"

"Tapi, Bu, disini dingin. Bu ... ibu, aku minta maaf Bu, aku janji nggak akan mengulanginya"

Apa dia memang kedinginan? Suaranya terdengar seperti menggigil ... nggak, biarin aja dia di luar. Mendingan aku tiduran di sofa sambil menonton tv, yah, itu ide bagus.

POV AUTHOR

Vivi berhenti mengetuk. Ia membalikkan badannya memunggungi pintu, lalu menjatuhkan diri.

Badannya menggigil karena udara malam yang sangat dingin. Ia menyandar pada pintu.

Vivi meniup telapak tangannya lalu menggosoknya. "Huft ... di.. ngin..," lirihnya dengan suara gemetaran.

Vivi juga mencoba menghangatkan dirinya dengan cara memeluk lututnya. Mungkin, percuma saja, tapi setidaknya ia mencoba agar merasa tidak terlalu kedinginan.

***

Lima menit sudah Vivi menahan dinginnya udara malam. Tapi tidak ada tanda - tanda ibunya membukakan pintu.

Tiba-tiba suara knop pintu terdengar...

Cklek!

"Masuk!"

.

.

.

Tbc.

Devina Story's : Diamond in the Blood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang