14

8.2K 438 0
                                    

Al terbangun karena merasa ada yang menindih tubuhnya. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya, kemudian melihat ke arah tubuhnya dengan kepala sedikit terangkat, hingga sebuah handuk kecil yang sudah kering jatuh ke atas perutnya.

Al mengambil handuk tersebut yang tadi menempel di dahinya. Setelahnya ia tersenyum lebar menatap istrinya yang tengah tertidur di atas tubuhnya.

Emira belum sempat berganti pakaian dan membersihkan riasan wajahnya. Ia panik ketika tiba-tiba suaminya tertidur setelah mengatakan kalimat itu. Emira menyangka bahwa pingsan, sepertinya benar, sebab Al memang tidak menyadari apapun setelah mengatakan itu.

Dengan berbekalnya pengalaman saat dirinya SD,  sang Mama pernah mengompresnya ketika demam. Itu adalah langkah awal, menangani orang demam.

Emira mengompres Al dengan handuk dan air dingin yang dibawanya dari dapur, ia kembali membasahi ketika handuk itu sudah kering. Tak hanya itu, Emira juga mengolesi kening Al dengan minyak angin lalu menaruhnya di bawah hidung Al agar tericum oleh Al.

Ia berusaha mengurus Al dengan baik, walaupun masih terlihat amatiran. Emira takut anak orang kenapa-kenapa.

Al menaruh handuk, pada baskom yang berada di atas nakas. Kemudian tangannya terulur untuk mengusap sayang punggung istrinya yang berada di atasnya.

Sadar bahwa posisi tidur seperti ini membuat badan terasa sakit, Al berinisiatif memindahkan Emira ke kasur.

Ia menggeser pinggul Emira agar naik ke atas perutnya. Kemudian, Al bangkit duduk dengan Emira yang berada di pangkuannya. Kemudian ia bangkit menggendong Emira dan merebahkannya dengan perlahan.

Dengan telaten, Al melepaskan pakaian luar istrinya saja dan menggantinya dengan piyama. Ia seperti sedang mengganti popok bayi yang harus dilakukan dengan hati-hati.

Al menghela napasnya, sekarang bagian wajahnya yang haru dibersihkan. Ia pergi ke bagian meja rias dan mencari pembersih wajah dengan membaca satu-persatu barang tersebut.

Setelah menemukan, Al menuangkan ke kapas lalu mengusapkan ke wajah istrinya dengan hati-hati hingga bersih.

Selesai dengan urusan istrinya, kini giliran dirinya yang membersihkan tubuh. Al melirik jam yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

Emira terbangun dari tidurnya, ia bergerak gelisah. Kemudian membuka kedua matanya setelah menyesuaikan cahaya.

Matanya menyapu kamar, dan hanya mendapati dirinya sendiri. Ia menatap baju yang dipakainya dan seketika membelalak.

Ia menarik kerah bajunya lalu melongo untuk melihat ke dalam, helaan napas keluar dari mulutnya.

"Masih pake daleman yang sama. Aman." ucapnya lega. Ia kira, suaminya akan mengganti sampai ke dalam-dalamnya.

Emira tersentak saat pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Al yang hanya membalut bagian bawahnya saja dengan handuk.

Sontak Emira mengalihkan pandangannya, dan sialnya, Al malah menghampirinya.

"Kebangun?" tanyanya setelah berdiri di sisi ranjang. Emira melihat ke bawah, kemudian mengangguk pelan.

"Tidur lagi," titah Al seraya merebahkan tubuh Emira dengan hati-hati.

Aroma sabun dari tubuh Al dapat tercium langsung dengan jarak sedekat ini. Emira memejamkan matanya merasa damai ketika sebuah tangan besar mengusap kepalanya berbarengan dengan hangatnya selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

Al mengecup ringan kening istrinya, kemudian beranjak pergi untuk berpakaian.

"Anjir! Jantung gue..." cicit Emira pelan setelah Al menjauh.

ALKHAIRA [End]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant