Hidangan Spesial

6 0 1
                                    

Hidangan Spesial.

Kutarik setiap gulungan dengan hisapan yang kuat. Itu terlihat seperti sosis panjang dengan saus cabai yang pekat, dan rasanya benar-benar lezat.

Suaranya seperti kau yang sedang menginjak-injak lumpur dengan sepatu bootmu, dan mengoyak-ngoyak daging segar layaknya serigala yang sedang mencabik kelinci malang di malam yang kelam.

Aku menghitung dua mata, satu tangan dengan empat jari yang tersisa, dan pikiranku mulai gelisah.

Apa ini cukup untuk dua hari kedepannya?

Seharusnya ini masih cukup, maksudku dengan bagian otak yang tersisa di sana.

Tapi, hidangan ini terlalu lezat untuk disimpan dan aku adalah orang yang cukup rakus. Bahkan aku tidak punya kulkas untuk membuatnya tetap segar, dan aku tidak menyukai daging yang sudah membusuk.

Itu menjijikkan.

Lagipula, siapa yang menyukainya?

Kau?

Tidak mungkin kan.

"Tidak ada pilihan lain, ya."

Aku tarik wanita itu ke dalam lemari penyimpanan dan menyusunnya dengan rapi. Beberapa bagian terlihat terlalu besar untuk lemari itu, dan membuatku kesusahan untuk menyimpannya. Jadi aku memotongnya lebih kecil dan lebih kecil.

"Sempurna."

Lain kali aku akan mencari rumah dengan kulkas di dalamnya. Wanita ini bahkan tak memiliki barang-barang berharga di rumahnya dan itu benar-benar menyedihkan.

Aku pun akhirnya mengambil kunci rumah dengan pikiran yang suntuk, kemudian membuka pintu itu.

Aku berhenti di ambang pintu, berbalik dan kembali melihat lemari penyimpanan.

Kemudian tersenyum lebar.

"Maaf ya, kak. Seharusnya kau tidak pulang lebih cepat."

Dengan kesunyian yang menanggapi suaraku dan dengan tatapanku yang jauh lebih gelap dari jurang kematian. Aku kembali mengingat setiap jeritan, setiap pukulan dan cakaran yang benar-benar tidak berguna.

Apapun yang kakakku lakukan saat itu, dia tetap akan mati.

Dia akan tetap berakhir dengan kematian yang membuatku benar-benar bergairah.

Isi perutnya tumpah, gumpalan otaknya mencuat dari retakan tengkorak yang rapuh. Dan darahnya yang seakan tak akan habis, mengalir begitu deras dan memberikan pemandangan yang sangat indah.

Layaknya lukisan taman bunga kematian.

Itu adalah maha karya yang tak akan terlupakan!

Aku menghantamnya! Menusuknya berulang kali dengan seringai kesenangan! Kemudian menginjak jantung itu dengan sangat kuat dan mengeluarkan suara kematian yang merdu.

Darah yang menutupi wajahku membuatku tak bisa berhenti menghancurkan setiap bagian dari tubuhnya. Aku menginjaknya, mengoyak dagingnya dengan pisau tajam, lalu mengiris setiap lembar kulitnya dan menatanya di piring yang cantik.

Aku duduk di meja makan, memasukkan daging merah segar ke dalam mulutku dan menikmati setiap gigitan dengan tenang.

"Itu benar-benar lezat."

Air liurku kembali menetas dan aku tak bisa berhenti mengingat bagaimana aku mengunyah wanita itu di dalam mulutku dan menelannya dengan puas.

Tapi, aku tak bisa membuang-buang waktuku dengan ingatan indah itu.

Ada hal penting yang harus kulakukan. Aku tak boleh menundanya!

Aku segera menutup pintu itu dan menguncinya rapat. Lalu berkata,

"Aku harus segera menemui adik kecilku sekarang."

Dengan pisau yang kubawa, aku tak bisa menghentikan amukan kesenangan, yang selama ini menutupi lubang hitam di hatiku.

Ini akan menjadi sangat menyenangkan.

Aku yakin kau akan sangat menyukainya. Iya kan?

Aku tak mungkin salah. Aku percaya itu.

....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

You Need MoreWhere stories live. Discover now