3

166 26 2
                                    

Di sebuah ruangan temaram, suara AC berdengung halus terdengar menenangkan, kertas-kertas yang berjatuhan, dan siluet pria yang berdiri menghadap pintu kaca menuju balkon.

Matanya menunjukan kebingungan samar, walaupun ia tau kehidupannya menjadi seorang pelindung telah berakhir, ia tidak menyangka akan masuk ke dalam tubuh pria yang sangat mirip dengannya. Seakan dewa memang menciptakan pria ini untuk diisi oleh roh-nya

Sekarang ia mencari tau identitas pria ini dan menemukan bahwa dia bekerja sebagai aktor, bahkan terakhir kali sebelum dia masuk, pria ini telah menerima penghargaan sebagai aktor film terbaik.

"Sasuke, turun kebawah sepuluh menit lagi, kamu akan take scene."

Sasuke menolehkan kepalanya sedikit, dibelakangnya adalah manajer yang sudah bekerja beberapa tahun dengannya, Ino.

"Baik." Jawab Sasuke singkat, setelah beberapa hari adaptasi dengan dunia manusia, ia dapat menjalani kehidupannya sedikit demi sedikit.

Sasuke lalu melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian dan memilih cardigan berwarna krem, setelah bersiap-siap, dia turun dari kamar hotel itu menuju parkiran, dimana Ino sudah menunggunya di dalam mobil, dengan paket sarapan untuknya.

"Skrip yang kemarin dikirim, kamu sudah membacanya kan?" Ino bertanya sembari menyetir, tempat syuting mereka sekitar dua kilo meter dari hotel yang disewanya.

"Mm, jam berapa gladi bersihnya?" Sasuke bertanya.

"Sekitar satu jam lagi. Kenapa?"

Sasuke baru berbicara setelah menelan nasinya, ia terlihat berpikir sebentar sebelum menjawab.

"Aku ingin mencari tau tentang seseorang bernama Naruto."

Sasuke sangat yakin dia dan Naruto sekarang hidup di zaman yang sama, maka dari itu ia harus mencarinya, walaupun tugasnya sudah selesai, bukan berarti ia akan mengabaikan Naruto seluruhnya, dia dan pria itu telah menjalani hidup yang sangat lama, setiap tahun, setiap dekade, dimana Naruto bereinkarnasi, Sasuke selalu di sampingnya.

"Dia orang Jepang?" Ino bertanya lagi, karena saat ini mereka sedang ada di luar negeri.

"Ya, aku ingin menemuinya."

"Aku akan mencoba mencari informasi mengenai itu, kamu tetaplah fokus pada pekerjaan, tidak mudah bagi kita untuk di titik ini, jangan sampai karirmu hancur karena masalah sepele."

Mobil mereka merapat di lokasi syuting, set kamera sudah di tata sedemikian rupa, dan beberapa pemeran film kali ini sudah terlihat berdatangan.

Sasuke langsung menuju ruang tata rias, dia melihat beberapa orang menunggu giliran untuk dirias, dan Sasuke mengabaikan itu, ia memilih duduk di sudut yang sepi.

Sasuke mengeluarkan ponselnya, ia sampai saat ini masih kagum dengan teknologi manusia yang satu ini, bagaimana benda pipih ini dapat mengetahui apa yang dia inginkan, bahkan dengan sentuhan ringan, benda itu bisa berpindah layar.

"Sasuke, ayo kemari." Ia mendongak dan menyimpan ponselnya di saku. Saat ia duduk, kursi di kiri Sasuke sudah terisi artis yang baru-baru ini naik daun. Sikapnya di depan kamera sangat manis, ramah dan selalu tersenyum. Namun, di belakang kamera dia bukanlah gadis yang sebaik itu, bahkan bisa dibilang cukup apatis.

Sasuke menyelesaikan riasan wajahnya secepat mungkin, lalu keluar dan mencari udara sembari menunggu gladi bersih, rasanya hari ini akan berlalu begitu saja, setiap langkah yang dia ambil, Sasuke masih tak mempercayainya bahkan ketika dia sekarang di dalam tubuh manusia, dia masih belum bisa percaya pada takdir yang dewa berikan padanya.

Sasuke membuka kamar hotelnya, setelah seharian menyelesaikan syuting yang begitu melelahkan, dia hanya ingin pergi mandi dan tidur.

"Aku akan pergi, jangan lupa minum vitamin mu, Sasuke." Ino berkata di depan pintu, ia tak menunggu jawaban dan langsung pergi dari sana, meninggalkan Sasuke yang sekarang sudah merebahkan diri, ia menatap langit-langit sebentar sebelum bangun dan menanggalkan cardigan nya.

"Naruto, lihat ini." Sementara Naruto tengah sibuk dengan semangkuk besar es krimnya, Kiba terus-terusan memaksa Naruto untuk melihat ke arah handphonenya.

"Ah, jangan ganggu aku!" Naruto menggeliat dan berusaha melepas tangan Kiba yang bergelayut di lehernya, sedangkan sahabatnya itu hanya bisa menghela nafas.

"Bulan depan, tim Shadow mau merekrut tim baru, kamu benar-benar akan melewatkan ini?"

"Oh?!" Naruto mendongak dan merampas telepon genggam Kiba, dia melihat layar itu sedang menampilkan banner tim E-sport yang tengah naik daun, Shadow.

"Kenapa kamu baru memberitahuku, aih," Naruto mengeluarkan ponselnya dan memfoto banner itu.

"Apa? Bukankah harusnya kamu sudah tau, mereka kan tim kesayanganmu." Kiba membalas.

"Seminggu ini aku masih berduka, kecelakaan bibi An membuatku terisolasi, oke?"

"Ah, benar juga."

Mereka berhenti berbicara sejenak, Naruto melanjutkan kegiatannya memakan es krim, dan Kiba menggulir layarnya.

"Posisi apa yang mereka butuhkan?" Tanya Naruto, dia mengacu pada banner tadi.

"Posisi assassin, kamu tau pemain lama mereka sudah memutuskan akan pensiun semenjak tangannya cedera, jadi tim Shadow kekurangan orang, apalagi sebentar lagi mereka akan pergi ke liga nasional."

"Hm, haruskah aku ikut mendaftar?" gumam Naruto.

"Ya, bukankah itu mimpi terbesar streamer game. Kamu terus-terusan menyebut tim Shadow, sekarang mereka kekurangan orang, bukankah itu kesempatan baik untukmu?"

"Benar, tapi aku tidak yakin dengan kemampuanku."

"Aksi rendah diri, sepuluh juta subscribers." Kiba membalas dengan sarkastik dan Naruto hanya bisa tersenyum.

"Dimana mereka akan mengadakan tes?"

"Dua hari lagi, mereka ingin setiap peserta mengirim CV dan video pendek gameplay, sepertinya yang lolos akan langsung dihubungi."

Naruto mengangguk.

"Buatkan aku CV nya, ya?" Naruto menatap Kiba dengan mata anak anjing, yang membuat Kiba merinding.

"Oke, tapi kamu harus mentraktirku jika kamu lolos nanti."

"Eung."

29/04/2023

-Lunarica-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 11, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GUARDIAN [SASUNARU]Where stories live. Discover now