4. With Our Innocent

26.1K 2.2K 18
                                    

Bya menatap wajah tenang yang masih terlelap di sampingnya. Wajah yang sama sejak tujuh bulan lalu. Menikmati wajah tenang suaminya dalam diam dan tenangnya fajar.

Ibu jarinya bergerak bebas mengusap rahang tegas Kevin yang masih terpejam, laki-laki itu menjadikan lengannya sebagai bantal untuk Bya, mungkin terasa kebas sejak semalam.

Si puan segera menggeser kepalanya, berusaha menggantikan lengan Kevin dengan bantalnya yang terbengkalai semalaman. Ketika tubuhnya menjauh, lengan kekar suaminya kembali menariknya mendekat, membuatnya menahan napas, astaga.

"Kayak gini aja, By," suara serak Kevin terdengar lirih, tanpa membuka mata laki-laki itu menarik tubuh istrinya lembut.

Bya diam sejenak, merasakan deru napas Kevin teratur. Laki-laki itu bahkan megeratkan pelukan mereka membuat Bya mampu menempelkan kepalanya tepat pada dada bidang suaminya.

"Nanti mau ikut aku golf nggak, By?" ajak Kevin masih dengan mata terpejam. Yang diajak bicara mendongak, menaikan satu alisnya, "sama siapa?" tanya Bya memastikan.

Pertanyaan Bya membuat Kevin membuka matanya, "sama Eric, Pak Jo, sama yang lain juga," jawab Kevin. Tangannya yang semula berada dipinggang Bya sudah berpindah ke kepala Bya, mengusap rambut si istri lembut.

Jawaban Kevin membuat Bya berdecak, sebenarnya memang mereka partner suaminya dalam bermain golf. Dan berada disana pasti selalu membuatnya terasa canggung. "Nggak dulu deh," tolak Bya membuat Kevin menaikan satu alisnya, "kenapa panik? mereka kan udah tau, By."

Ucapan Kevin membuat Bya melepaskan diri dan mendudukan dirinya menatap suaminya yang masih berbaring, "Ya canggung, Kev. Masih kikuk akutuh kalo ketemu mereka," balas Bya tak mau kalah, Kevin kembali menarik tubuhnya dan kembali memeluknya. "Nanti biar aku minta Alvin bawa Ayuni, hm?"

Yang diberi saran langsung menggeleng tanpa berpikir panjang, "nggak usah repotin orang ya Pak CFO, lagipula aku juga mau nemenin Ibu sama Ayah hari ini, mau pesta lumpia tau," Bya memukul dada suaminya pelan, membuat Kevin terkekeh pelan.

"Yaudah nanti aku samperin abis golf, kita lunch bareng,"

🍃


Bya sedang memilih beberapa sayuran yang ada di pasar modern yang sedang ia kunjungi, salah satu tempatnya biasa berbelanja. Market yang berada di salah satu mall kota tempatnya tinggal.

Bya
Aku lagi di Farmers, kamu mau dimasakin apa?

Bya
Mau camilan nggak?

Tak yakin suaminya akan langsung membalas membuat Bya kembali mendorong troli yang dia bawa memutari area buah yang tak jauh dari posisinya.

Langkahnya terhenti ketika bertemu tray berisi buah yang ada disana, tangannya mulai lihai dalam memilih buah. Hingga sebuah getaran ponselnya membuat kegiatannya terhenti.

My Kuo calling...

"Halo, Kev? gimana?" tanya Bya to the point, terdengar kekehan Kevin diseberang sana membuatnya mengerucutkan bibirnya, "kamu mau pesen apa? atau mau dimasakin apa?" sambungnya.

"Mau banana muffin, By," balas Kevin, samar bisa Bya dengar suara korek yang dinyalakan. Laki-laki itu sedang merokok sepertinya, "mau beliin peach boleh, By? yang di Istana Buah aja," pinta Kevin menyebut nama salah satu swalayan yang terletak di sekitar Pandanaran.

Your EverydayOnde histórias criam vida. Descubra agora