Tiga tujuh

665 21 9
                                    

Assalamualaikum
Hollaaa
Gimana kabarnya semua?!
Klo hime sih galau, pen nya menggelung diri dlm selimut aja, menghindari kenyataan😌😂
Welcome back para reader's
Enjoy and happy reading!!
________________

Sebulan terasa begitu cepat, setelah kejadian di mall hari itu, tak banyak hal yang Nana lakukan. Karena diagnosis dokter mengatakan bahwa akibat benturan yang keras pada perutnya menyebabkan kandungnya menjadi semakin lemah dan jika kembali mengalami benturan atau ia stress maka akan ada kemungkinan ia mengalami keguguran.

Dengan berat hati ia menjadi wanita yang sangat pemalas, bangun pagi pun tak berguna karena dirinya hanya akan duduk melihat orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Ia mengerti semuanya khawatir, ia pun sama tapi masa iya cuman potong sayur aja kagak boleh kan Nana merasa terkekang. Seperti sekarang ini, ia hanya duduk manis di sebelah suami dan papi yang sibuk dengan kopi dan koran pagi mereka.

Jarinya yang terlihat gemuk mengetuk meja berulang kali, merasa bosan dengan suasana dapur yang hening bagi dirinya.

"Mas"
Panggilnya pada suaminya yang langsung menoleh, Reyhan itu orang yang tak ingin mengacuhkan siapapun ya kecuali orang yang sangat menggangu kehidupannya. Reyhan melipat korannya lalu menghadap sang istri, berusaha mendengarkan dengan baik apa yang akan disampaikan oleh istrinya.

"Nanti siang adek boleh gak ke rumah sakit?"
Tanya Nana dengan nada semangat membuat Reyhan gemas sendiri, bukannya menjawab Reyhan malah mencomot pipi gembil ibu hamil dihadapannya itu.

"Mau apa sayang hmm, kamu kan gak ada jadwal cek up."
Nana merenggut mendengar jawaban Reyhan, kenapa suaminya ini tidak peka padahal ia itu sangat amat bosan setiap hari duduk manis di rumah dan jarang keluar, paling-paling ke mang tukang cilor itupun diantar sahabatnya.

"Adek bosen di rumah terus mas."
Dengan nada sebal yang membuat Reyhan terkekeh geli. Ternyata calon ibu baru ini bosan toh, Reyhan jadi ingat belum membawa istrinya ini jalan-jalan lagi.

"Yaudah boleh deh, tapi nanti minta antar ke pak Harto ya."
Pak Harto itu satpam depan rumah sekaligus supir pribadi waktu Reyhan masih kuliah. Wanita itu menggeleng

"Nanti naik motor aja ya bareng Alisa, ya mas."
Pintanya lagi, ia rasa jika dengan pak Harto akan gimana gitu soalnya ia lebih sering keluar dengan Alisa atau mami.

"Yaudah, tapi hati-hati ya. Bilang sama adek jangan ngebut."
Ia mengangguk antusias, banyak menu makan siang yang terpikir olehnya untuk dibawakan kepada Reyhan siang nanti.

Lain dengan Nana yang memikirkan apa yang harus dibawa, orang yang tengah memasak selesai dengan pekerjaan mereka. Makanan ditata dengan rapi di atas meja makan, sang mami mengisi piring dengan nasi dan si bungsu mengisi gelas dengan air hangat.

Nana membantu Reyhan mengambil lauk pauk begitu pun dengan mami. Si jomlo satu itu merenggut, apakah hanya dia yang merasa tidak nyaman. Ia menyuapkan sarapannya duluan tanpa menunggu yang lebih tua.

"Huss dek kalo makan itu berdo'a dulu."
Tegur sang mami yang melihat anaknya yang main makan-makan aja.

"Udah mi dalem hati."
Mami menggeleng pelan, dari pada membuat mood putrinya hancur, lebih baik ia makan saja.

.

Mereka selesai sarapan, Reyhan dan papi sudah pergi beberapa menit yang lalu kedua orang yang sangat sibuk. Mami baru saja selesai membersihkan meja makan, sedangkan piring kotor dihandle oleh bibi yang sekarang bekerja di sana.

Nana dan Alisa sedang berada di halaman belakang, Nana tengah menyiram tanaman yang ada di sana sedangkan Alis tengah fokus dengan laptop yang ada dipangkuan nya.

Story of ReyWhere stories live. Discover now