2. Kebenaran

64 30 28
                                    

"Segala sesuatu yang dilihat itu memang benar adanya tapi, tidak dengan kejadiannya. Makanya itulah guna telinga untuk memastikan apa yang dilihat."

.

.

.

.

Kalau ada typo tandain yo

Happy Reading🙌

"Aisyah? Silfi?" tanya anak OSIS juga kakak kelasnya.

"Aisyah Kak." setelah menjawab, OSIS itu memberikan surat pada Ai dan Silfi juga yang mendekat ke OSIS itu.

Setelah menyerahkan surat, OSIS itu pergi sedang Silfi tersenyum melihat surat itu lalu menunjukkannya pada Ai dari jarak yang cukup jauh dengan wajah songongnya. Ai yang penasaran membuka surat itu dan membacanya. Setelah membaca kata perkata membuat Ai menghembuskan nafas kasar dan menyimpan surat itu di meja.

Teman-temannya yang kepo mengambil surat itu dan membacanya. "Mampus lo Ai, orang tua lo dipanggil karena bully anak orang."

"Pasti kerjaanya si ikan kering ini," lirih Ai sinis.

"Jadi lo mau gimana?" tanya Pratama penasaran.

Ai mengambil surat itu dan merobeknya.

"Lo berani ngerobek surat dari sekolah Ai." takut-takut Queen melihat aksi Ai.

"Isshhh nanti kena sanksi loh Ai," ujar Cupi sedikit letoy.

"Terus gimana mau ngasi tau ortu lo kalau dipanggil?" bingung Aini.

"Hukuman sekolah gak sebanding dengan hukuman Papa gue cok!"

"Defenisi lebih takut Papa dari pada sekul nih," sahut Rena yang kini sudah kembali memainkan ponselnya.

Ai yang melihat itu pun bertanya pada Rena. "Lo tau aksi gue tadi dari pacar lo kan? Emang yang keberapa lagi nih? Terus gimaan caranya dia tau? Emang dia sekelas sama Devan?" tanya Ai beruntun pada Rena.

"Lo kalau nanya satu-satu dong jangan spam gitu." mendengar itu membuat Ai menyengir.

"Pacar gue yang ke 15, dia ngeliat lo ngejar-ngejar tu cowo. Dia tau lo ya karena sering sama gue dan ya seperti lo bilang tadi dia emang sekelas sama tu cowo," jawab Rena.

"Kelas berapa?" tanya Ai antusias.

"7.2."

Uhuk!

Pratama yang kebetulan minum tersedak mendengar itu lalu melihat mereka. "Devan anak 7.2 itu?" tanyanya memastikan.

"Ya iyalah siapa lagi,"

"Kalian emang cocok dah," ujar Pratama. "Tapi gue gak yakin dia bakal nerima lo jadi teman dia. Si Devan kek lo, gak mau pacaran, gak mau deket-deket bet ma cewe, gak mau kesentuh. Stay halal dia ma," lanjutnya lalu minum.

"Really?" senang Ai. "Ini nih yang gue suka akhirnya dapat cowo kek gini tau gak. Pokoknya gue harus berteman sama dia!" semangat Ai menggebu-gebu.

"Semangat!" dukung semuanya dibalas kedua jempol oleh Ai.

####

Ke esokan harinya Ai, Teri, Silfi dan Devan lelaki yang disukai Ai entah kenapa ada di antara mereka kini berkumpul di ruang konseling. Jangan lupakan wali Teri dan Silfi yang kini duduk di sofa dengan guru BK yang duduk di sofa tunggal.

Asa Di Putih Biru (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang