Chapter 1

10.6K 1.2K 177
                                    

misi, mau ngeluarin draf

met kenalan sama tuan putri dan bodyguard gamtenk

***

100% fiksi

Jangan lupa masukin ke perpustakaan biar nggak ketinggalan update 😺

***

Tidak ada yang berubah dari tahun-tahun sebelumnya. 
Menjelang tanggal 1 Januari adalah waktu paling sibuk untuk seluruh pekerja di mansion megah milik keluarga Gumilar. Mereka bahu-membahu menyulap ruangan besar di lantai tiga yang akan dijadikan tempat pesta besar-besaran untuk merayakan hari bertambahnya usia sang tuan putri.

Sejak pagi, orang-orang sibuk menyulap ruangan menjadi istana ala disney sesuai permintaan sang tuan putri. Tidak terkecuali bocah berusia lima belas tahun yang pagi ini terpaksa bolos sekolah karena harus menggantikan pekerjaan ibunya. Ibunya sedang sakit. Tengah malam diserang demam tinggi dan sempat muntah-muntah.

Tidak diminta, Narendra melakukannya atas kemauan sendiri. Bukannya berangkat sekolah, dia datang menemui kepala pelayan dan mengajukan diri untuk menggantikan tugas ibunya. Dengan begitu ibunya tidak akan dipaksa bekerja saat sedang sakit. Terkadang, walaupun ibu sedang sakit, kepala pelayan tidak peduli dan tetap saja memberinya pekerjaan seperti biasa.
Memang sekejam itu.

Setelah kepala pelayan mengizinkan dan berjanji tidak akan membangunkan ibunya yang masih tidur, Narendra bergegas melepas rompi dan kemeja putih yang dikenakan. Dilipatnya asal-asalan stelan itu sebelum dimasukkan ke dalam tas punggung yang dia tinggal di sudut ruangan.

Perawakannya boleh kurus kering dan sering diledek kurang gizi oleh Aru dan Leo—sahabatnya, tapi tenaganya bisa diandalkan. Buktinya Narendra tidak berhenti memindahkan barang apapun yang diperintahkan oleh para pelayan. Naik turun dari lantai dasar sampai rooftop lewat tangga dengan membawa banyak barang pun sanggup. Ia bahkan bisa melakukan beberapa tugas yang seharusnya dilakukan oleh pria dewasa. Ketika beberapa pelayan sudah mengambil waktu istirahat atau sekadar minum, Narendra sama sekali belum melakukannya. Dia tetap naik turun ke lantai atas meski kelelahan. Terlihat jelas dari kaus putihnya yang basah dan rambut lepek karena keringat.

"Nareeendraa!"

Lengkingan suara yang sangat dikenali membuat Narendra menoleh ke belakang. Bibirnya yang kering dan nampak pucat menyunggingkan senyum tipis pada sang tuan putri yang baru saja pulang sekolah. Tidak lebih dari tiga detik untuk menatapnya, kini perhatiannya sudah kembali pada pekerjaannya, mengangkat dan membawanya ke lantai tiga.

Sang tuan putri merengut kesal karena merasa diabaikan. Dia pun berlari menyusul Narendra menaiki tangga setelah meminta pelayan pribadinya untuk tidak ikut.

"Kamu bolos, ya?" tanyanya begitu berjarak beberapa anak tangga saja dengan cowok itu. Tatapan tuan putri terkunci pada punggung sempit cowok di hadapannya yang banjir keringat.

"Iya."
Ada banyak orang, Narendra tidak boleh banyak berinteraksi dengan tuan putri. Nanti mereka semakin menebar kebencian padanya yang dinilai kurang ajar.
Beberapa tahun lalu saat masih menjadi bocah ingusan, Narendra tidak paham mengapa dilarang dekat dengan tuan putri. Dia bahkan tidak segan melawan yang berakhir pukulan. Tidak jarang pula berakhir dikurung di gudang selama berjam-jam karena nekat bermain dengan tuan putri.

Sekarang, Narendra sudah paham kalau ini tentang perbedaan.

"Ish kok nggak bilang-bilang, sih, mau bolos? Tau gitu tadi aku bolos juga. Sebel banget kalau sekolah nggak ada kamu. Nggak seru!"

Cross the LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang