11

29K 1.1K 0
                                    

HAPPY READING

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Devan, Dara dan Caca kini berada di mall terbesar di kota itu.
Devan memandangi dua gadis yang berbeda umur di depan nya, mereka bermain mandi bola di Timezone.
Terdengar gelak tawa dari Dara dan caca, saking asik nya bermain mereka melupakan Devan yang bosan menunggu dari tadi, sudah dua jam lebih mereka bermain.

"Ehem,, sebaik nya sudahi bermain nya cacing-cacing di perut ku sudah menangis minta di isih" Devan membuat mereka yang tadi asik bermain kini berhenti dan menatap tajam Devan.

"Kenapa kalian menatap ku seperti itu!" Devan yang di tatap merasa kikuk.

"Papa gangguu!!" Teriak caca merasa kesenangan nya di usik.

"Papa lapar ca, apa kamu gak kasihan dengan papa yang kelaparan, kalo papa mati di sini siapa yang akan membelikan kamu mainan lagi" ucap Devan cemberut.

"Ayo sayang kita udahan,,, kasian papa udah kelaparan, kapan-kapan kita main lagi" bujuk dara.

Caca akhirnya mengangguk, Devan melihat itu merasa tersaingi dengan dara, caca cepat sekali menurut dengan dara sedangkan dengan dirinya harus seribu bujukan baru anak itu luluh.

"Ayo pa tadi katanya lapar!" Caca menarik tangan Devan menuju restoran yang di dalam mall.

Mereka sekarang sudah berada di restoran.
Menikmati makanan masing-masing.

"Ayo mas kita pulang" ajak dara tiba-tiba.

Hukk...hukk..hukkk

"Lo panggil gue apa tadi?!" Devan mendengar panggilan dara.

"Mas!" Jawab dara santai.

"Ngapain lo manggil gue mas mas segala,, lu kte gue mas lu!!" Devan sedikit ngegas.

"Ya kan mas suami,,upss calon maksud nya" dara terkekeh sendiri mendengar kata-kata nya.

"Apaan si lo!!" Ucap devan memalingkan muka nya, mungkin sekarang muka nya sudah memerah.

"Mas salting ya" dara mendekat kan muka nya ke depan muka Devan.

"Muka papa merah" caca terkekeh.

Cukup sudah jatuh harga diri nya di depan dara dan caca hari ini.
Bisa-bisanya dia salting dengan perkataan dara, dan apa tadi! Kenapa jantung nya berdetak tidak beraturan, semoga saja dara tidak mendengarnya tadi.

Sekarang mereka sudah berada di dalam mobil dengan Devan yang mengemudi, dara duduk di kursi samping Devan dan caca di pangkuan nya.
Mereka sudah seperti keluarga bahagia.

"Papa stoppp!!" Teriak caca tiba-tiba yang membuat devan langsung mengerem mendadak .

"Ada apa ca" tanya devan.

"Mau itu" caca menunjuk penjual es krim di pinggir jalan.

"Gak!" Tolak devan.

"Ih papa caca mau es krim itu" caca terus merengek

"Itu gak sehat caca" Devan tidak akan mengizinkan caca jajan di pinggi jalan.

"Mama caca mau" kini caca berali meminta dengan dara.

"Yauda ayo kita beli" caca mengendong caca hendak membuka pintu mobil tapi langsung di tahan Devan.

"Lo apaan si, lo mau bikin caca sakit, itu gk sehat" bantah Devan.

"Hey,, ayolah mas itu gak bakal buat caca sakit, lagian walupun di pinggir jalan tempat nya tetap terjaga bersih" bujuk dara.

"Satu kali ini aja" akhirnya Devan luluh dengan perkataan dara, entah mengapa mendengar tutur lembut dara membuat hati nya tidak bisa menolak.

Dara tersenyum, langsung dia membawa caca membeli es krim yang di ingin kan gadis kecil itu.
Setelah membeli apa yang di ingin kan, dara dan caca kembali ke mobil dengan caca memegang es krim dengan muka senang.

Devan mengantar dara pulang ke rumah nya terlebih dahulu, awalnya caca ingin ikut masuk ke rumah dara tapi Devan melarang nya karna hari sudah sore.

____________________

"Lo udah yakin sama keputusan lo?" Tanya luna.

"Iya, kalau gue gagal gue bakal pulang kampung dan lupain dia," dara terlihat sedih ketika mengingat waktu kelulusan nya sudah hampir di depan mata, sedangkan perjuangan nya baru di mulai.

"Berarti nanti lu pulang bawa rasa sakit hati lo?" Tanya luna mulai lebay.

"Ya mungkin" dara

Dara dan luna berada di rumah luna mereka bercerita sambil menonton TV di kamar luna, lebih tepatnya tv menonton mereka.
Dari tadi bahkan mereka tidak menyimak siaran di tv karna ke asikan cerita.

"Gue nginep rumah lu ya males pulang" dara merebahkan tubuhnya di kasur luna.

"Iye nyet kasur gue udah siap nampung lo mengejar mimpi yang sulit di gapai" luna mendramatis.

"Dih alay lo" dara mendorong bahu luna pelan.

Luna terbilang dari keluarga yang cukup berada papa nya dulu membuka cafe yang sudah mempunyai cabang yang kini di urus oleh kepercayaan papa nya karna luna belum siap meneruskan usaha itu di karna kan masih kuliah dan pasti belum berpengalaman, dan ibu nya luna mempunyai kos putra yang terbilang cukup mewah, kos itu kini dia sendiri yang mengelola nya, dia sebulan sekali datang hanya untuk mengambil uang sewa dan mengecek tidak ada yang bermasalah di kos.

"Eh Ra, gue penasaran banget lo sama wajah duda itu, ganteng gak?" Tanya luna ikut merebahkan tubuh nya di samping dara.

"Ganteng lah, lo liat aja anak nya waktu itu cantik, pasti pabrik nya ganteng dong ya" dara membayangkan wajah tampan Devan, tampan tapi sifat nya itu lo terlalu dingin dan jutek.

"Iya si,, gue jadi penasaran siapa tau nanti bisa gue embat"canda luna terkekeh melihat waja dara yang menatap tajam ke arah nya.

"Calon suami gue itu, gk boleh di ambil!!" Dara sepertinya baper dengan perkataan luna.

"Ceela bercanda kali, belum jadi pacar apalagi suami udah bucin akut lu" luna memukul muka dara dengan boneka nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
** Next part.....

MAS DUDA [END]Where stories live. Discover now