Ch 28 | Pematangan rencana.

578 23 0
                                    

Siapa yang udah nunggu?
Jangan lupa tinggalkan voment ya!

Siapa yang udah nunggu?Jangan lupa tinggalkan voment ya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*
*
*

Sunyi-nya malam disebuah rumah yang lampunya menyala terang, terlihat mati tidak ada percakapan.

Empat orang disana hanya diam saling pandang memandang, sebenarnya entah apa yang dipikirkan. Lalu mata gafi melirik kearah sofa panjang, tepat dimana tunangannya sudah tertidur pulas karena menunggu gafi yang tak kunjung selesai dengan teman-temannya.

"Gimana? Rega sama Rafa kenapa belum Dateng?" Milan kembali membuka suara, ke-empatnya saling pandang.

"Gue tadi telpon nyokap Rega, tapi katanya dia pergi bawa mobil. Dari siang belum balik-balik." Balasan itu semakin memperkeruh pikiran mereka. "Dan Rafa, gue enggak bisa ngehubungin dia."

Gafi menghela nafas panjang, laki-laki itu membuka kertas vanila yang menunjukkan gambar denah dari sebuah rumah.

"Kita mulai tanpa mereka." Gafi lalu mengeluarkan ponselnya, menyalakan aplikasi perekam suara.

"Ini adalah jalan besar." Tangannya bergerak kesalah satu gambar. "Ini semak-semak yang nyembunyiin markas mereka, disini ada dua jalan."

Gafi berhenti, menatap ketiganya serius. "Ini jalan semak menuju gerbang depan, ini jalan semak menuju gerbang belakang. Ada dua hal yang harus Lo perhatikan diantara dua jalan ini."

"Jalan ke gerbang depan cenderung memiliki keamanan tingkat tinggi, alias ada cctv. Penjaganya pun pegang senjata api." Tangannya bergerak kearah gambar yang lain. "Tapi jalan ke gerbang belakang tidak ada cctv, tapi ada jebakan yang bisa mengecoh lawan."

"Kalian bisa bagi tugas saat jalan, ada yang liat pepohonan. Pegang kayu buat ketuk tanah takutnya ada lobang, sama yang satunya pegang kayu buat diarahin kedepan. Gue cukup yakin jebakan ketiga biasanya bentuk jaring transparan yang dipasang melintang, kalo kayu itu nyentuh sesuatu yang enggak dilihat terus ada suara. Lo bertiga mundur, tunggu sampe jebakan itu menangkap angin. Paham?"

Ketiganya mengangguk.

Gafi kembali menatap peta. "Ini posisi gerbang belakang." Telunjuknya mengetuk. "Tingginya kira-kira 2 meter, dan itu menurut gue gak susah buat dipanjat. Karena emang gerbangnya berpola, kaki Lo pada bisa menginjak besinya."

"Kalo udah masuk, Lo nyusup kearah semak ini. Lalu kesini, dan berakhir di pintu belakang basemen. Gunanya menghindari cctv." Gafi terus memandu. "Pintu belakang basemen enggak pernah ada yang jaga, dara langsung pada tugasnya. Milan sama ghira jalan bareng ke lift."

"Milan masuk kelantai satu dan cari tempat yang menurut Lo enak buat dengerin obrolan orang, gue saranin dibawah tangga. Ghira lanjutin ke lantai dua, area pengontrolan cctv di sayap bagian kiri gedung." Gafi menatap lekat wajah maghira. "Lo jalan sesantai mungkin dan jangan mencurigakan  orang yang kadang lewat, karena anggota wild sebenarnya enggak peduli sama penyusup kecuali penyusupnya mencurigakan."

[1] Gafi (END)Where stories live. Discover now