Bab 22 - Jennie?

1K 113 8
                                    

Ruang Keluarga

Kini kedua keluarga berkumpul diruang keluarga, dengan Mami Olive yang masih bingung dengan semua kejadian hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kini kedua keluarga berkumpul diruang keluarga, dengan Mami Olive yang masih bingung dengan semua kejadian hari ini.

"Apa maksud dari semua ini Sooyaa?" tanya Mami Olive pada menantunya.

"Bukankah kamu yatim piatu?" tambahnya.

Brak!

Keluarga Osborne tentu saja terkejut dengan perkataan Olive Lloyd mengenai Ruby anak yatim piatu. Mereka menentang perkataannya mengambil kesimpulan sendiri.

"A-ah mami mereka keluargaku," jelas Ruby.

"Sagara jelaskan semua ini pada mami!!" desak Mami Olive meminta penjelasan.

"Yah, seperti yang dikatakan oleh istriku. Kalau mereka ada keluarganya," jawab Sagara menatap Istrinya, ia bahkan tidak menatap yang lain.

"Sooyaa kamu tidak rindu dengan mama?" tutur Hova menatap Ruby sendu.

Ruby mengalihkan pandangannya, "Tidak!" jawabnya ketus.

Hova menundukkan kepalanya, ini kesalahan mereka yang tidak mendengarkan pendapat anaknya terlebih dahulu.

"Sooyaa, maafkan papa. M-maaf papa tidak mendengarkan pendapatmu, papa malah mengambil keputusan sendiri."

Ruby melirik kedua orangtuanya. Ia ingin sekali memeluk mereka. Sebenarnya dia sangat merindukan keluarganya.

"Sooyaa, kamu tidak merindukan Oppa dan Eonnie?" Sena kini mengeluarkan suaranya.

Ruby terlihat menggigit bibirnya menahan tangis. Ia masihlah anak bungsu keluarga Osborne yang selalu dimanjakan. Tapi dia kecewa dengan keputusan kedua orangtuanya mengenai pernikahannya waktu itu.

"Sepertinya kalian butuh ruang, ayo Pi, Saga, kita pergi," lontar Mami Olive yang mengerti keadaan dan memerintah suami dan anaknya untuk pergi dari ruang keluarga.

Sebelum pergi Sagara menyempatkan mengelus kepala dan pipinya lembut. Tetapi sebuah tarikan pada ujung bajunya menghentikan Sagara. Ia berbalik dan menatap istri yang kini tengah menatapnya dengan air mata yang sudah jatuh dari pelupuk matanya.

Ruby menggelengkan kepalanya tidak membiarkan suaminya pergi meninggalkan ia dengan keluarganya.

"Mi, istri Saga tidak mau ditinggal," ujar Sagara.

"Yasudah kau temani istrimu."

Mami Olive dan Papi Alby kini meninggalkan ruang keluarga dan kini tinggal Keluarga Osborne, dan pasangan suami istri.

Sagara kembali duduk disamping istrinya yang kini tengah bermanja dengannya. Ruby mendudukkan dirinya diatas pangkuan suaminya. Dengan kepala ia taruh diceruk leher Sagara, menyembunyikan wajah sembabnya.

"Sepertinya pembicaraan ini saya hentikan sampai sini, istri saya belum sembuh total." Sagara beranjak berdiri dari duduknya dengan Ruby dalam gendongan koalanya. Ketika ingin melangkah ia dihentikan oleh Sena dan Zein.

"Apa yang kalian lakukan, Minggir!" ucap Sagara dingin.

"Kau mau bawa kemana adikku!" gertak Zein.

Sagara menatap datar kakak laki-laki istrinya. "Bukan urusanmu!"

Sagara kembali melangkahkan kakinya tapi Sena menghadangnya. "Lepaskan adikku!" Sena menarik Ruby dari gendongan Sagara, Ruby mengeratkan pelukannya dileher suaminya.

Sagara menghempas dan menendang Sena sampai terhempas jauh dengan keadaan terduduk. Hilang sudah kesabarannya menghadapi kedua kakak dari istrinya.

"Sudah saya katakan, jangan menghalangi jalan saya! Istri saya butuh istirahat! Jika kalian terus menghalangi saya, Saya pastikan kalian tidak akan pernah bisa bertemu dengan Ruby!" gertak Sagara mengetatkan rahangnya.

Setelah mengatakan itu, Sagara langsung meninggalkan ruang keluarga dengan perasaan marah. Tidak ada yang lebih penting daripada istrinya.

"Sena sayang, kamu gapapa?" tanya Hova khawatir mendekati putrinya.

"Sena gapapa mi," jawabnya, kemudian ia berdiri dibantu Hova dan memapahnya ke sofa.

"Sialan Sagara brengsek!" umpat Zein memukul tembok.

"Zein hentikan!" tukas Ralph.

Zein berdecak, lalu mendudukkan dirinya disofa samping Hova.

Ditengah panasnya situasi, lalu datanglah Jennie yang membuat keluarga itu menatapnya heran. Bagaimana bisa Jennie ada dimansion tempat tinggalnya Ruby.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sena ketus.

Melihat sikap Sena pada Jennie tak luput dari pandangan seseorang. Kedua orangtua beserta Zein pun tak lepas dari tatapan orang itu. Membuat dia bertanya-tanya. Ada apa dengan tatapan mereka pada Jennie, seperti tak suka dengan keberadannya.

"Tentu saja saya disini ingin menenangkan keluarga dari sahabat saya," ucap Jennie tersenyum.

"Menjijikan, kami tidak butuh kasihanimu!!" kini Zein yang menjawabnya dengan tatapan dinginnya.

"Kakak bagaimana bisa kamu bersikap seperti itu pada sahabat dari adikmu?"

"Hentikan omonganmu!! Jika bukan karenamu, anak saya tidak akan jauh dari kami!!" gertak Ralph menggeram marah.

Usai mengatakan itu, Ralph seakan kembali pada pernikahan antara Ruby dan kekasih putrinya Sena. Karena dia, hubungan mereka retak.

"Bukankah pernikahan itu gagal?" seringai Jennie merasa tidak terpengaruh dengan tatapan mereka pada dirinya.

"Pergi kau dari hadapan kami!!" usir Hova pada Jennie.

"Ow ow tenang mami, apa ini. Bukankah anda sangat baik padaku sebelumnya. Kenapa anda berubah secepat ini?" keluh Jennie memelas.

Sena menggeram tak suka, ia berdiri mendekati Jennie, lalu menjambak rambutnya.

"Sudah saya bilang, tinggalkan kami! Kau tuli hah?! Diam kau jalang! Jika bukan gara-gara kau, adik saya tidak akan pernah pergi dari rumah!!"

"Ssshh.. itu tidak ada hubungannya dengan saya," jawab Jennie meringis pelan.

Tangannya menghempas tangan Sena dari rambutnya, kemudian ia berdiri. "Mereka pasti merasa senang jika mengetahui kalian sudah terpecah belah."

"Ah~ satu lagi, tolong jangan kasih tau dia ya? Saya akan mengambil kebahagiaannya perlahan-lahan dan Boom! Ahahaha..."

Jennie berlalu pergi dengan tawa gilanya. Seringainya tqk pernah luntur dari bibirnya. "Saya akan mengambil kebahagiaannya. Saya akan membuat dia menderita seperti dia melakukan itu pada saya."

***

Gila si Jennie

Tolong hargai saya sebagai penulis dan berikan dukungan berupa Vote dan Komen


Married With MafiaWhere stories live. Discover now