02

823 108 9
                                    




Happy Reading
••









"Haechan sayang!" Ten berseru ketika haechan datang, Yah ten datang berkunjung untuk menjenguk putra semata wayangnya. Hati haechan mencelos ketika melihat ibunya yang menangis, mereka duduk saling berhadapan dengan sebuah pembatas tetbuat dari kaca transparan yang menghalangi keduanya.

"Ada apa dengan wajah mu nak, siapa yang sudah memukuli mu? Sesakit apa?" Gurat kekhawatiran begitu tercetak di wajah Ten, ibu mana yang tega melihat putranya di pukuli?

"Bagaimana kabar ibu?" Bukannya menjawab haechan malah balik bertanya dengan senyum tipis yang ia tunjukan.

"Ibu baik sayang, ibu akan mencari pengacara untuk membebaskan mu dari sini, ibu akan membawa mu pulang sayang."

"Ibu"

"Yah,sayang?"

"Jangan lakukan apapun untukku. Meski mereka mengatakan akan membantu kita,jangan di terima. Aku sudah lelah pada orang-orang di sekitarku dan di sekolah yang memperhatikan ku. Aku tidak ingin dunia mengasihani kita,aku tidak tahan dengan itu"

Ten meneteskan air matanya,hatinya benar-benar sakit melihat haechan yang nampak sudah begitu pasrah dengan segara fitnah yang telah ia dapatkan.

Haechan menyeka air matanya dan kembali menyunggingkan senyum,"simpan uang itu untuk ibu, aku tidak apa-apa disini. Aku baik-baik saja"

"Ibu tidak terima, masa depan mu masih panjang. Tidak seharusnya kamu ada disini sayang, tidak seharusnya kamu menerima beban seberat ini" isak ten, ingin rasanya ia memeluk tubuh rapuh putranya. Ingin sekali ia membawa anaknya itu pergi dari tempat keji ini.

"Ibu, aku menyayangi mu" itu adalah kata terakhir yang di ucapkan haechan sebelum akhirnya ia beranjak karna waktu temunya telah abis.

"Tidak! Aku ingin membawa putraku dari sini, Haechan sayang! Haechan ayo pergi, kamu tidak bersalah! Tidak pantas kamu ada di tempat ini, lepaskan aku!" Jerit ten ketika tubuhnya di seret untuk pergi. Ten tetus menjerit memanggil-manggil nama haechan dengan air mata yang tak henti menetes.

Haechan hanya menunduk menahan sesak di dadanya, ia menyeka air mata yang menetes di sudut matanya.

Disana,Mark berdiri sedari tadi menonton sejak haechan masuk untuk berbicara dengan pria yang di sebut ibu oleh pemuda itu. Mark menonton segalanya dari awal sampai akhir,Ia menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya.

Namun apa ia merasa kasihan? Tidak! Mark sama sekali tidak merasakan iba, kepada haechan. Karna bagaimanapun yang salah tetaplah salah. Mark adalah pria yang keras, hatinya juga sama kerasnya. Ia tidak merasakan iba ataupun sayang pada siapapun.

Mark hanyalah pria tegas,keras dan juga kasar yang tidak mampu merasakan perasaan apapun, terhadap siapapun.

Karena di matanya haechan tetaplah salah, Apalagi dengan banyaknya bukti yang mengarah kepadanya.

..

Haechan berjalan dengan lesu sembari membawa nampan berisi makanan, Ia melirik sekitarnya mencari tempat duduk. Hingga akhirnya matanya menemukan sebuah kursi kosong di ujung, Haechan tersenyum tipis dan hendak kembali melangkah namun tiba-tiba seseorang dengan sengaja menangkis kaki haechan hingga membuatnya terjatuh dengan posisi telungkup dengan makanan yang berserakan di mana-mana.

Jail Dark!!Where stories live. Discover now