(8) Confusion

232 40 0
                                    

Author POV

"Jessa sayang, bukain pintunya dong. Mom mau masuk." Terdengar ketokan pintu dari luar. Jessa pun bergegas menghapus air mata yang tak henti-hentinya menetes. Ia tak ingin nyokapnya tau.

"Masuk aja Mom. Gak dikunci kok." Pintu terbuka dan sesosok wanita cantik yang telah paruh baya melangkahkan kaki menuju tempat tidur putrinya itu.

"Loh sayang, kok mata kamu sembab gitu? Hidung kamu juga merah. Kamu abis nangis?" Tanyanya sambil mengelus bekas air mata dipipi Jessa. Bahkan, Jessa tak mampu menyembunyikan itu dari ibu yang telah melahirkannya. Hati nurani seorang ibu memang tak bisa diragukan.

"Aku cuma kangen Stefe mom." dustanya. Padahal ia bukan menangisi Stefe, tapi menangisi cowok yang diusirnya tadi.

"Serius? Kamu bukannya nangisin cowok yang kesini tadi? Kalau gak salah namanya Leo." Bahkan nyokapnya aja gak percaya dengan jawabannya. "Enggak kok mom. Sotoy banget sih mom." Kata Jessa sambil cemberut.

"Haha, jangan bohong sayang. Mom tau kok. Lagian mom denger kalian berantem tadi. Kamu bentak dia keras banget sih, sampai mom yang didapur jadi denger. Pas mom bawain minuman dan snack keruang tamu, eh dia gak ada. Mom cek mobilnya pun juga gak ada. Jangan ngeles kamu sayang." Jelasnya sambil mencubit hidung Jessa.

"Aduh, mom, sakit." Omelnya sambil mengelus hidung mancungnya itu. "Iya aku ketauan bohong mom. Maafin aku, aku cuma gak pengen mom khawatir." Jessa memeluk tubuh nyokapnya itu yang senantiasa disambut dengan senang hati oleh nyokapnya.

"Iya sayang, mom maafin kamu kok. Justru kalau kamu gak cerita malah bikin mom khawatir. Sekarang coba ceritain apa masalah kamu sama dia?" Tanyanya sambil membelai rambut blow out Jessa.

Jessa pun melepas pelukannya dan menatap tepat dibola mata mom-nya itu. "Leo itu cowok yang deketin aku baru-baru ini. Mom inget kan pas aku pulang dengan kondisi mengenaskan? Maaf waktu itu aku gak mau cerita sama mom. Sebenernya aku.. aku dikeroyokin sama fans-nya Leo di gudang. Dia possessive padahal Leo gak suka sama dia. Untung aja kejahatan dia dan temennya ketauan sama guru biologi dan dia di DO mom. Tapi sejak itu aku memilih untuk menjauh dari dia untuk kebaikan kami berdua. Dan dia kesini tadi bikin aku shock dan geram mom, tapi herannya kok aku nangisin dia sih?" Cerita Jessa panjang lebar.

"Itu artinya kamu jatuh cinta sama dia sayang. Buktinya, kamu jadi nangisin dia." Jessa terkejut mendengar jawaban nyokapnya.

"Ihh, mom nyebelin banget sih. Aku gak mau tertipu sama playboy itu mom. Rion bilang dia playboy." Katanya sambil melipat kedua tangan didada.

"Namanya juga masa remaja sayang. Wajar dong ada yang playboy. Dad kamu tu dulu pas SMA dia playboy juga. Tapi sejak ketemu mom dia jadi berubah." Tutur mom sambil terkekeh.

"Masa' sih mom?" Jessa mengerutkan dahinya tak percaya. "Iya sayang. Intinya mom gak mau kamu musuhin orang, itu dosa besar sayang. Mom liat dia cowok yang sopan kok. Gunain hati kamu sayang, jangan ngikutin berita buruk tentang dia. Lebih baik kamu kenali sifatnya dulu baru kamu tau dia type cowok yang seperti apa. Daripada kamu nangis terus gini."

Jessa masih heran ,kenapa nyokapnya malah dukung dia deket sama Leo?

Ia tak mampu berkata apa-apa lagi dan langsung memeluk wanita yang duduk hadapannya itu.

***

Jessa POV

Setelah makan malam selesai, gue menaiki tangga menuju kamar. Pas udah dikamar, gue langsung merebahkan tubuh dikasur. Gue bukannya pengen tidur kok, cuma pengen baring-baring aja. Lagian kalo gue beneran tidur ntar kembung lagi. Sambil memejamkan mata, kalimat mom tadi masih terngiang-ngiang ditelinga gue.

Apa gue nurutin mom? Terus Rion marah dong kalo gue deket lagi sama Leo. Tapi kita sebagai anak harus patuh sama orang tua ya apalagi ibu kita sendiri.

Gue pun beranjak dan berjalan menuju meja belajar. Bukan, gue bukan mau belajar. Masa' lagi galau gini gue malah belajar. Mana masuk ke otak kalo lagi galau. Gue membuka laci meja belajar lalu menutupnya setelah mengambil sebuah buku. Kemudian gue memilih duduk di kursi yang posisinya berhadapan dengan meja belajar.

JESSANTYA BREETHA KHANZA

Nama gue yang tertera pada buku berwarna biru itu. Lalu gue membukanya, membolak-balikan lembaran demi lembaran buku itu. Ada foto gue tertempel disetiap lembarnya, ada juga foto gue sama dia. Dibawah setiap foto ada tulisan yang rapi yang gue yakini itu tulisan tangan dia. Gue meneteskan air mata. Gue teringat dia. Gue kangen dia. Semua yang ada dibuku ini udah gue baca dan gue selalu berulang-ulang membacanya di waktu senggang. Akhirnya gue memilih untuk membaca lembaran yang ini dan foto yang tertempel adalah foto gue dan dia dihari pertama kami jadian.

*Ini hari yang terindah buat aku dan gak akan pernah aku lupakan. Aku telah memendam perasaan ini sejak lama, yaitu sejak pertama kali bertemu denganmu. Aku baru bisa mengungkapnya sekarang. Aku gak nyangka kamu nerima aku dan kamu punya perasaan yang sama terhadapku. Kamu bisa bayangkan betapa bahagianya aku waktu itu. Aku takkan melepaskanmu, aku akan menjagamu sebisaku, membahagiakan dan menghiasi hari-harimu. Aku berharap bisa selalu bersamamu, bahkan aku menginginkan kaulah takdirku. Memang terdengar berlebihan, tapi itulah yang ku inginkan.

Teruslah bersamaku,

Teruslah mencintaiku,

Teruslah tersenyum apapun yang terjadi.

Karena aku tak ingin pipimu yang merona itu dibanjiri oleh air mata. Maaf aku belum bisa bahagiain kamu. Maaf aku masih banyak kekurangan. Maaf kalau aku pernah bikin kamu nangis.

Aku ingin kita berpisah dengan cara yang indah. Bukan terpisah karena ada orang ketiga dalam hubungan kita ataupun terpisah karena kita berbeda. Tapi karena waktu, dimana aku tak bisa lagi bernafas dan berada disampingmu.

5 Maret 2013*

Itulah tulisan tangan Stefe dan ini buku yang tante Eliza kasih pas Stefe menghembuskan nafas terakhirnya. Gue masih penasaran tentang penyebab kepergiannya. Entah kecelakaan seperti apa yang dialaminya. Bahkan nyokapnya pun gak mau cari tau karena apapun penyebabnya, Stefe tetap telah pergi.

Gue bahagia pernah bersama Stefe. Kamu gak perlu minta maaf Stefe. Kamu selalu sempurna untukku.

5 Maret 2013 adalah tanggal jadian kami. Hubungan kami gak berjalan lama, karena tanggal 12 Agustus 2013 Allah merenggut nyawa Stefe. Walaupun hubungan kami cuma beberapa bulan, tapi gue bener-bener sayang dan tulus sama dia.

"Apa Leo serius sama aku Stefe? Apa dia gak playboy seperti yang mom bilang? Apa dia bisa gantiin posisi kamu Stefe?"

***

Alhamdulilah selesai. Terus ikutin perkembangan cerita gue ya readers :-* Maaf kalo ada salah ketik:-(

JESSALEOWhere stories live. Discover now