Chapter 03

0 0 0
                                    

Seorang pria tampan tengah keluar dari kamar mandi, tetes demi tetes mengucur dari sela - sela rambutnya. Ia segera mengambil kaos polo serta celana chino sebagai bawahannya dari dalam lemari.

Frans Evans itulah nama pria yang kini sedang berkaca, menata penampilannya sebelum menunaikan tugasnya di salah satu Rumah Sakit Jiwa.

Pekerjaannya sebagai perawat membuatnya harus bekerja secara profesional dan tepat waktu.

Saat akan menggapai tas kerjanya yang berada di salah satu kursi dekat nakas, bel rumah seketika berbunyi mengurungkan niatnya untuk segera pergi ke rumah sakit.

Ia segera membuka pintu dan menemukan seorang perempuan berdiri di depan pintu rumahnya, pria itu seketika mengerutkan alis memandang perempuan itu.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Frans seketika keluar menghadap Dewi.

Dewi menyunggingkan senyuman sambil menyodorkan rantang makanan. "Maaf kak, saya mengganggu waktu kakak, saya kesini mau antar pesanan kakak dari Ibu saya."

Frans tidak langsung mengambil rantang tersebut, pikirannya mulai berfikir kapan ia memesan makanan untuk dirinya hingga sebuah bunyi dari dalam perutnya membuat ia teringat bahwa ia belum makan siang.

Merasa malu, Frans hanya bisa terkikik pada perempuan yang ada di hadapannya. "Maaf, kakak lupa kalau pesan makanan, tunggu sebentar, kakak akan ambil uangnya dulu."

Dewi menganggukkan kepala sembari melengkungkan senyuman. "Baik, Kakak."

Frans segera mengais rantang tersebut dan masuk ke dalam rumah.

Tak lama kemudian, pria itu segera keluar dan menyodorkan uang tersebut pada Dewi sembari berkata. "Tolong berikan salam terima kasih ku pada Ibu Sri atas makanannya."

"Baik, Kak. Nanti akan saya sampaikan salam kakak pada Ibu." Dewi lantas berpamitan dan melangkahkan kaki menghampiri Putra yang masih menunggu.

Frans tidak langsung masuk ke dalam, pandangannya masih melihat sosok Dewi yang menghampiri Putra. Melihat kedekatan dua remaja itu, ia segera teringat kembali akan masa lalunya.

Masa lalu yang sulit terhapus di ingatannya, masa lalu yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang, masa lalu yang mungkin masih tertanam dan akan terus berakar di pikirannya.

Pria itu seketika tersadar saat Dewi yang berada di atas motor berpamitan pada dirinya dan menghilang di sebuah belokan. "Iya, hati - hati."

"Astagfirullah, kenapa harus mengingat hal semacam itu lagi." Monolognya sembari menepuk kepalanya berkali - kali sebelum masuk ke dalam rumah.

***
Dengan kecepatan sedang, Frans segera melajukan motornya menerobos beberapa kendaraan yang melintas di jalanan tersebut.

Beberapa menit kemudian, ia sudah sampai di sebuah Rumah Sakit Jiwa, tempatnya bekerja.

Rumah Sakit tersebut bernama SENTRA AMANAH. Rumah Sakit yang di khususkan untuk orang - orang yang mengalami gangguan jiwa. Rumah sakit tersebut berisi orang - orang gangguan jiwa di sebabkan oleh faktor Biologis, Psikologis dan juga Lingkungan.

Setelah memarkirkan motor, Frans segera melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah sakit tersebut. Pria tersebut segera menuju bilik tempat para perawat berkumpul.

"Kau sudah datang, baguslah gue bisa pulang sekarang. Ibu gue bolak balik telepon." gerutu perawat bernama Anton.

Ia segera menyodorkan daftar hadir pada Frans."Ya, sudah. gue pulang dulu." Anton segera mengais tas kerjanya sembari menepuk bahu rekannya itu.

Usai melihat rekannya itu menjauh ia pun segera menggantikan pekerjaan yang sebelumnya di lakukan sahabatnya itu.

***
Motor Putra terus melaju membelah jalanan yang terlihat ramai di iringi senja yang sebentar lagi akan menjadi malam. Putra merasa gembira karena kini ia akan berkencan dengan kekasihnya itu.

The GoddnessDonde viven las historias. Descúbrelo ahora