Chapter 1 ; Part 1 - Pengkhianatan dan Darah.

162 12 0
                                    

       Seorang pria terhuyung-huyung melalui gurun tandus, tubuhnya yang dulu kuat dan berotot sekarang berubah menjadi pemandangan yang menyedihkan.

      Rambut cokelatnya kusut oleh keringat dan darah, dan pakaiannya sobek serta tampak compang-camping. Luka dalam yang ada di sisi tubuhnya juga melipirkan darah yang bercucuran—meninggalkan jejak di belakangnya saat dia menyeret kakinya ke depan.

       Terlepas dari rasa sakit yang luar biasa, pria itu menggertakkan giginya dan terus berjalan. Ia hanya tertuju pada kelangsungan hidupnya sendiri yang sudah di ambang kematian. Ia telah berada dalam pelariannya selama berhari-hari, diburu oleh hukum dan mantan anggota gengnya sendiri yang menginginkan dia mati. Ia adalah seorang outlaw—seorang kriminal dari dunia barat yang liar.

       Meskipun demikian, pria itu bertekad untuk keluar hidup-hidup, tidak peduli sebesar apa pun resiko yang harus dia bayar. Matanya terus mengamati ufuk barat hingga ufuk timur, mencari tanda-tanda pertolongan atau tempat berlindung, tetapi pemandangan gurun yang tak kenal ampun tidak memberikan apa-apa bagi dirinya yang malang.

       Saat matahari mulai terbenam, langkah pria itu menjadi semakin goyah, dan pada akhirnya dia terpelanting jatuh ke tanah. Dengan tak berdaya, ia berbaring di sana, terengah-engah, dan penglihatannya kabur karena telah banyak kehilangan darah.

       Gurun tandus yang tampak mati terbentang di hadapan pria itu. Terbentuk dari campuran bukit datar dengan sisi yang curam, hamparan tanah, dan medan gurun yang sunyi. Bulan menggantung rendah di langit memancarkan cahayanya yang pucat di atas lanskap tak bernyawa. Udara begitu tenang dan hening, kecuali sesekali lolongan coyote di kejauhan. Satu-satunya tanda kehidupan yang terlihat adalah semak belukar dan kaktus yang bertebaran di tanah berdebu.

       Ia berusaha bangkit kembali. Langkah kakinya menendang awan tanah yang berputar-putar di sekitar pergelangan kakinya. Tanah di bawah pijaknya terasa keras dan tak kenal ampun, mengingatkan seberapa rentan dia di lingkungan yang keras ini. Puncak bergerigi dari bukit itu menjulang di kejauhan—menebarkan bayang-bayang tidak menyenangkan yang tampak membentang tanpa henti hingga larut malam.

       Terlepas dari kesunyian gurun yang menakutkan, terdapat sedikit keindahan sesaat yang dapat dia temukan di titik paling rendah di hidupnya. Bintang-bintang di atas bersinar dengan kecemerlangan yang hampir menyilaukan, dan bulan memandikan seluruh lanskap dalam cahaya halus. Semua memang terdengar bertentangan—antara gurun tandus yang sepi sekaligus indah dan aneh dalam waktu yang bersamaan—tapi itulah yang ia temukan di tempat ini.

       Saat dia tertatih-tatih, pria itu mendadak melihat cahaya di kejauhan. Awalnya, dia mengira itu hanya fatamorgana, tetapi saat dia mendekat, dia menyadari itu adalah sebuah perkemahan. Hatinya merasa terangkat, dan dia mempercepat langkahnya, tentu saja dengan pergolakan batin yang melawan harapan bahwa mereka akan membawa dirinya masuk.

       Ia semakin mendekat ke perkemahan tersebut, dan bisa mendengar suara tawa dan percakapan yang samar. Ia tersandung ke dalam lingkaran cahaya yang dilemparkan oleh api unggun, matanya berkedip dalam kecerahan yang tiba-tiba.

       Ketika semakin mendekati tenda kecil itu, dia melihat kandang kuda yang berdiri di sampingnya. Dua kuda berdiri di dalam—meringkik pelan saat pria itu mendekat. Tetapi ketika pria itu semakin melihat lebih dekat, dia tidak bisa menghilangkan perasaan menakutkan bahwa ada sesuatu yang ganjil. Tenda itu kecil dan tahan cuaca, dan dia tidak bisa melihat siapa—jika ada—yang tinggal di dalam. 

       Lanskap gurun yang sunyi sepertinya memperkuat setiap suara dan gemerisik sekecil apa pun, membuat panca inderanya terlonjak. Ia merasakan hawa dingin menjalari punggungnya, saat dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dengan kuda-kuda itu, dan dia tidak dapat menghilangkan perasaan bahwa seseorang atau sesuatu sedang mengawasi dirinya dari dalam tenda yang gelap dan misterius itu.

The Unforgiven Seekers : A Voyage to RedemptionWhere stories live. Discover now