Part I. Sial ... Sial ... Sial ....

877 104 5
                                    

ORANG tuaku pernah bilang bahwasanya di dunia ini hanya ada dua tipe dari manusia; yang rajin berusaha dan juga yang beruntung. Tapi, kayaknya aku gak masuk deh dalam dua tipe itu. Entah orang tuaku yang salah mengkategorikan sesuatu atau memang takdir hidupku yang gak cocok dimasukkan dalam kategori apa pun.

Sial. Entah kenapa kata itu terus saja mengekori keseharianku. Selalu, selalu saja begitu. Kemarin sepatuku tersiram jus mangga milik Yuki, kemarinnya lagi Melt menyenggol bekal makan siangku hingga jatuh semua ke lantai; dan sekarang? Arghhh rasanya aku frustrasi. Apa-apaan ini ... masa aku harus membersihkan toilet? Huh, menggelikan! Bersihin toilet di apartemen aja kadang dibantu sama ibu saat sedang berkunjung (huhu maafkan aku ibu). Tapi, sumpah ini hukuman tuh keterlaluan gak, sih? Siswa ke sekolah kan untuk belajar, gimana deh, ih?!

Menyebalkan! Ya, menyebalkan sebab hari ini aku jadi harus membersihkan toilet karena terlambat datang ke sekolah. Kesal! Ini semua gara-gara tetangga baru sialan itu! Ngapain sih dia sampai tengah malam masih berisik jedag-jedug dengan segala perkakas? Ganggu banget sumpah. Alhasil, aku juga gak bisa konsen belajar buat ulangan biologi dan bangun kesiangan. Duh ... udah ah, lebih baik aku cepat kembali ke kelas, udah ketinggalan jam pelajaran pertama dan kedua juga nih. Bodoh amatlah ini hukuman! Yang penting udah aku pel semua lantai luarnya!

Selesai menyimpan lap pel dan juga ember di bilik janitor; aku segera mencuci tangan, mencuci muka, mengelap muka dengan sapu tangan dari saku, lalu merapikan kembali seragam dan juga rambutku. Ah, sempurna. Sekarang saatnya ke kelas, ugh ... Biology I'm coming!

Aku hanya perlu kurang dari dua menit untuk berjalan ke arah kelas dan juga memilih masuk dari pintu belakang. Setelah membuka pintu, aku pun menutupnya lagi dan segera saja aku menghampiri tempat dudukku. Gorou-sensei juga sudah hadir di sana. Beliau tengah sibuk menghubungkan kabel proyektor ke laptopnya.

"Sudah siap untuk ulangan hari ini?" tanya Gorou-sensei kepada seluruh siswa.

Kelas pun mulai berisik dengan teriakan, "Belum, Sensei"; "Tunda aja dong Sensei ulangannya"; "Sensei jangan ulangan dong"; dan sebagainya.

Gorou-sensei pun hanya tersenyum menanggapi keluhan dari para siswa kelas 12-A. Sedangkan aku? Pasrah aja deh. Tenaga udah habis terkuras untuk bersihin toilet, harus re-charge dulu buat minta pertanggungjawaban dari si tetangga baru sore nanti.

"Ssstt! Jangan berisik! Tenang ... ulangannya gak susah, kok. Dua minggu yang lalu kita udah belajar tentang persilangan monohibrid dan dihibrid, 'kan? Seminggu yang lalu juga kita udah belajar tentang penyimpangan semu dari Hukum Mendelnya. Nah, minggu ini ulangannya gak jauh-jauh dari teori itu kok," ucap Gorou-sensei diakhiri dengan senyuman.

Para siswa mulai mengeluh lagi, tapi mereka mau tidak mau tetap menyalakan komputer di meja masing-masing.

Ulangan atau ujian di sekolahku selalu dilakukan secara online melalui jaringan intranet sekolah. Jadi, kami tidak pernah melakukannya secara tertulis atau manual kecuali untuk pelajaran seni dan olahraga. Semua soal selalu berbentuk pilihan ganda. Jika materi yang diujikan memerlukan hitungan, maka guru akan memberikan kertas buram sebagai media menghitung.

Meskipun ulangan atau ujian ini terkomputerisasi, tetap saja segalanya dibatasi, kami tidak bisa mengakses aplikasi apa pun termasuk mengunjungi sembarang situs dengan komputer-komputer ini, hanya website sekolah saja yang bisa dibuka.

"Komputer kalian udah nyala semua, 'kan? Udah pada Log In dengan id-nya juga? Kalau udah, sekarang buku catatan dan buku paket biologinya oper ke depan ya, nanti yang duduk paling depan tolong simpan di atas meja saya, ditumpuk aja," ujar Gorou-sensei sambil membagikan kertas buram ke tiap meja siswa.

Because I Love You | AquaKana (Oshi No Ko)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang