Part III. Berteman

322 68 2
                                    

KEMBALI lagi ke kenyataan kalau aku harus segera mengerjakan tugas tambahan karena Gorou-Sensei sudah mengingatkan di grup chat kelas. Tapi sumpah, kamar sebelah ini berisik sekali, aku benar-benar tak bisa berkonsentrasi.

Dug ... Dug ... Dug ....

Aku menggedor tembok sekuat tenaga dengan tanganku, harapannya adalah agar si tetangga tak tahu diri itu menurunkan volume suara speaker -nya. Tapi, apa yang aku dapatkan? Justru gedoran tembok sebagai balasan.

"Sinting woy! Ya elah, ganggu banget lo setan!" aku memaki.

Entah teriakanku terdengar sampai ke unitnya atau bagaimana, yang jelas setelah itu aku tak mendengar suara berisik lagi. Kupikir hanya satu hari saja aku akan mengalami hal semacam itu, ternyata hari-hari selanjutnya terasa semakin berat. Keberadaan lelaki berambut blond di samping kamarku itu sungguh meresahkan!

♡♡♡

Saat jam istirahat sekolah, aku memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Yuki dan juga Akane. Namun, setengah perjalanan, aku teringat bahwa dompetku tertinggal di tas.

"Sori ... kalian duluan aja, deh," ucapku.

Aku pun berlari ke kelas, lantas ketika aku hendak membuka pintu, aku mendengar suara orang-orang yang sedang mengobrol dan menyebut-nyebut namaku. Aku menahan diri untuk masuk, karena ingin mendengarkan lebih jauh apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

"Si Kana itu emang ketus gitu ya anaknya?"

"Kadang. Tapi dia ketus tuh bukan karena dia benci sama orang, emang anaknya sassy dan tsundere aja, tapi baik, kok," ucap suara yang aku yakini adalah suara Melt.

"Emang kenapa lo nanya-nanya dah?" Kali ini suara Sakuya yang kudengar.

"Jadi, kan gue balik ke Jepang ini baru sebulanan, ya. Gue tuh bilang ke Ibu kalau gak betah tinggal di rumah gede sendirian, secara Ruby juga lebih milih ngikut ke mana pun Ibu ngadain konser atau promosi film, kan? Makanya tempo hari gue sempet cerita juga kalau gue pindah ke apartemen yang lebih kecil. Ingat gak lo pada? Nah, ternyata ... tetangga sebelah unit gue tuh si Kana, lho!"

"Oh, iya? Ya baguslah, kalau ada apa-apa lo bisa nanya sama dia." Kali ini Kumano yang menimpali.

"Tapi kayaknya mustahil dia mau berteman sama gue. Inget gak sih insiden dia pingsan kena bola itu? Sejak saat itu dia kayak gak suka deket-deket sama gue, pas habis presentasi bahasa inggris juga dia ngusir gue gitu aja, belum lagi dia marahin gue gara-gara gue ngetokin palu malam hari di apart."

"Kalau yang bola itu kan kecelakaan. Tapi coba lo inget-inget ada hal lain gak yang bikin lo jadi kayak orang dibenci gini sama dia? Cuma ... lo juga aneh, kayak gak ada waktu lain aja buat ngetok palu," Kengo turut bersuara.

"Gue juga gak tahu, sih. Bingung deh gue. Ya gimana ya? Gue juga pengen isian apartemen gue cepet rapi soalnya."

"Lo udah minta maaf yang proper belum ke dia sejak insiden bola itu? Atau ya mungkin sama yang ketok palu itu juga?" tanya Kumano.

"Eh, minta maaf, ya? Tapi bukannya kalau gue bilang mau bertanggung jawab buat anterin dia ke rumah sakit semisal kenapa-kenapa udah jadi bentuk permintaan maaf? Bahkan gue juga beliin dia makan siang sih, tapi kayaknya dia gak tahu kalau itu dari gue. Kalau yang ketok palu emang gue belum minta maaf karena dia marah-marah gak ada jeda."

"Ya udah, coba gih minta maaf," Melt menyarankan.

"Iya, kalau lo gak bisa ngomong langsung, tulis surat kek, apa kek," Sakuya ikut memberi saran.

Because I Love You | AquaKana (Oshi No Ko)Where stories live. Discover now