Part 40

14.3K 997 344
                                    

Jovan duduk di pinggiran kolam renang bersama dengan Gilby yang berada di gendongannya.

Semenjak tinggal disini ia lah yang selalu menjemur bayi mungil itu setiap harinya. Tentu saja karena Nayya yang tidak mau turun saat Seto berada di rumah.

Jovan menoleh kebelakang saat mendengar suara kursi yang digeser.

Sebelumnya ia mengira Nayya lah yang duduk disana, tetapi tebaknya ternyata salah. Orang yang duduk di bangku yang berhadapan langsung dengan kolam renang itu adalah Seto.

Jovan pun langsung menghampirinya dan duduk di kursi yang kosong.

"Pih, mau gendong, Gilby?" tanya Jovan seraya menyodorkan Gilby di hadapan Seto.

Pria itu terdiam, lalu menjawab tanpa menolah ke arahnya. "Bukanya istri kamu ngelarang saya buat menggendong dia?" jawabannya dengan pandangan fokus ke depan.

"Astaga, siapa yang bilang pih?" tanya Jovan dengan raut wajah terkejut.

Seto menoleh ke arahnya. Terlihat dari raut wajahnya, pria itu menatapnya dingin.  "Saya mendengar pembicaraan kalian beberapa hari yang lalu." sahut Seto tidak berbohong.

Jovan terdiam, seraya mengingat kapan ia berbicara hal ini dengan Nayya.

"Papih salah paham, justru Nayya pengin liat papih gendong cucunya." ujar Jovan membenarkan.

Seto berdecak kasar. "Jangan bohong kamu!"

"Jovan serius pih." sahut Jovan, tetapi tak di respon oleh Seto.

Suara rengekan kecil, membuat pandangan Jovan dan Seto tertuju pada bayi mungil yang berada di dalam gendongan Jovan.

"Tuh, Gilby bangun." ucap Jovan kepada Seto. "Mau minta digendong sama kakek ya?"

Mendengar hal itu, Seto langsung berdiri. "Saya ada pekerjaan." ujarnya lalu melangkah.

"Hari Minggu gini?" tanya Jovan tak percaya. "Aku tau papih lagi menghindar."

"Bukan urusan kamu!" jawab Seto lalu masuk ke dalam rumah.

"Jovan tau papih belum bisa maafin apa yang telah Jovan pilih saat ini. Tapi yang jelas Jovan sayang banget sama papih." ucap Jovan yang masih bisa di dengar oleh Seto.

••••

Setelah menjemur Gilby beberapa menit yang lalu. Kini Jovan mengajak istrinya untuk sarapan.

"Makan dulu, Nay." suruhnya kepada Nayya yang sedang memakaikan baju pada anak mereka.

Nayya menoleh ke arahnya. "Kamu duluan aja." sahutnya ragu.

"Bareng, biar sekalian kita turun ke bawahnya." ujar Jovan tak mau kalah.

Nayya tak menjawab, ia memilih melanjutkan kegiatannya terlebih dahulu.

Setelah selesai Jovan langsung menarik pergelangan tangannya. Sehingga mau tak mau, Nayya berbicara.

"Aku takut, papih kamu pasti di sana." ujarnya dengan menundukkan kepalanya.

Jovan mengusap separuh wajahnya, jujur saja ia sangat kesal dengan sikap Nayya ini. Namun karena masih pagi, ia tidak mau membuat keributan. "Enggak, papih lagi dikamar."

"Kamu serius?" tanya balik Nayya

Kepalanya mengangguk yakin. "Hem, gue baru aja bicara sama beliau."

Nayya menghela nafasnya lega. Lalu ia pun mau turun kebawah, tentunya ia juga mengajak Abel. "Kamu udah makan?"tanya Nayya pada suaminya.

"Nunggu lo sama Abel." jawabnya.

Jovan : Bad HusbandWo Geschichten leben. Entdecke jetzt