16

1.7K 157 11
                                    

Kerjaan di kantor sedang padat sekali, terlihat dari beberapa pegawai pun bahkan banyak yang melewatkan untuk membeli makan siang di luar dan memilih untuk memesan makanan via ojek online.

Ranjani sendiri pun masih berkutik dengan komputernya, untunglah tadi pagi ia sempat membawa bekal makanan untuk dirinya, jadi ia tidak perlu repot untuk memesan.

Di sela kegiatannya, Ranjani pun menyempatkan untuk makan siang karna waktu sudah menunjukan hampir pukul 1 siang.

Ranjani menyendokkan nasi dengan ikan goreng dan sayur di atasnya, namun saat sedang makan ia teringat akan seseorang.

Daritadi Ranjani belum melihat Raga keluar dari ruangannya atau bahkan menghubungi dirinya untuk mengajak makan siang.

Sepertinya Raga memang sedang sibuk, tapi ia khawatir Raga belum memiliki makan siang untuknya.

"Aku makan di ruangan Raga aja kali ya," gumam Ranjani melihat bekalnya yang dirasa memiliki porsi banyak, ia kira ini akan cukup jika makan berdua dengan Raga.

Akhirnya Ranjani memutuskan untuk menghampiri Raga di ruangannya. Ia pun mengetuk pintu dan kebetulan tidak ada tamu di ruangan Raga.

Ranjani tersenyum sembari menenteng bekal makan siangnya. Ia melihat Raga yang juga ikut tersenyum meskipun Ranjani tahu muka Raga sedang tampak suntuk.

"Udah makan, Pak?" Tanya Ranjani masih berdiri dekat sofa.

"Belum, kamu udah makan?"

"Mau makan," jawab Ranjani sedikit gugup, ia bingung menawarkan kepada Raga seperti apa.

"Kenapa, Ran?" Tanya Raga melihat Ranjani yang kebingungan sembari memegang bekalnya.

"Ini, sebenarnya saya kesini buat nawarin bapak makan siang bareng. Kebetulan saya bawa bekal dalam porsi yang banyak, pak Raga mau makan bareng saya?" Tawar Ranjani dengan nada bicara yang formal.

Raga terkekeh pelan, ia pun mengendurkan badannya dan bersandar pada kursi sambil memijat keningnya. Ranjani lucu sekali, saat sedang sibuk pun ia masih memikirkan dirinya. Bahkan Raga sendiri malah tidak ingat harus makan siang.

Raga pun berdiri lalu menghampiri Ranjani, "Kamu kesini cuma buat nawarin saya makan?" Ucapnya menatap Ranjani.

"I—iya pak."

Raga tersenyum, ia pun mengelus rambut Ranjani pelan lalu membawa nya untuk duduk di sofa.

"Suapin."

"Kenapa pak?"

"Suapin saya, biar saya bisa sambil kerja," jawab Raga menatap kotak makan tersebut.

"Ohhh, siap pak," jawab Ranjani tersenyum.

Raga pun mengambil laptopnya dan di bawa menuju meja depan sofa. Menurutnya kejadian seperti ini sangat langka sekali, ia bahkan tidak menyangka Ranjani akan menghampirinya dan menyuapinya makan.

"Bapak ga alergi ikan kan?"

"Stop Ran, jangan panggil bapak. Lama-lama saya geli dengernya," kata Raga menghela nafasnya. Perintah untuk berbicara formal kepada Ranjani di kantor tenyata benar-benar selalu diterapkan.

Bahkan dalam beberapa moment pun seperti sedang di luar dan membeli kebutuhan kantor, sebutan bapak terhadap Raga memang sangat menganggu ditelinganya. Apalagi sekarang Ranjani malah keenakan memanggilnya seperti itu.

"Kan kamu sendiri yang mengharuskan aku bicara formal," ucap Ranjani sambil menyuapkan nasi ke dalam mulut Raga.

"Ya tapi kalo lagi berdua gini manggilnya biasa aja."

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang