34

1K 104 10
                                    

Sudah lelah dan bosan seharian di kamar, Ranjani pun kini menempati ruang tengah dan menyalakan televisi. Ia memilih film yang sekiranya akan membangkitkan mood nya malam ini.

Namun, saat sedang asik memilik judul, Ranjani baru ingat jika Raga belum juga pulang, padahal sekarang sudah pukul 7 malam dan ia pun tidak ada pesan kepadanya jika lembur malam ini.

"Ngapain sih aku peduliin," gumam Ranjani langsung menghapus kecemasannya pada Raga.

Ranjani pun akhirnya memilih film korea yang berjudul Midnight Runners. Sepertinya ini pilihan yang cocok untuk ia tonton sendirian.

Semenjak pasca operasinya, Ranjani benar-benar tidak diperbolehkan Raga untuk bekerja. Biasanya ia mengurusi caffee atau hanya mengelola administrasi dan perkembangannya, namun kali ini sama sekali tidak boleh.

Padahal Ranjani bilang ia sudah tidak terlalu kesulitan untuk melakukan aktivitas. Apalagi jika hanya mengontrol keuangannya ia hanya bisa bersantai dan duduk dikamar saja.

Akhirnya Ranjani lebih memilih mengalah dan mengiyakan saja perintah Raga untuk beristirahat full 1 bulan ini.

Saat sedang fokus menonton, Raga akhirnya datang. Ranjani berusaha tidak terdistrak oleh kehadirannya, ia hanya fokus menatap layar tanpa mempedulikan suaminya.

Raga melirik Ranjani yang terduduk di sofa sambil menonton film, ia tersenyum melihat istrinya mau keluar dari kamar. Karena selama seminggu ini Ranjani hanya dikamar dan berusaha menghindari kontak mata dengannya.

Raga melonggarkan dasinya dan menaruh sepatu serta tasnya ke kamar. Setelah itu ia membersihkan dirinya karena ingin ikut bergabung bersama Ranjani untuk menonton film.

Meskipun Raga tau Ranjani pasti akan mengusirnya atau bahkan ia yang pergi dari situ.

"Kamu udah makan?" Tanya Raga duduk di sebelah Ranjani.

Ranjani menghela nafasnya pelan, ia melirik Raga, "Udah," jawabnya dengan singkat, Ranjani pun kembali menonton filmnya.

Raga sendiri belum makan untuk malam ini, ia terakhir makan tadi sore jam 3 dan saat Raga membuka tudung saji ternyata tidak ada makanan yang tersedia di sana.

Sungguh, Raga sangat rindu masakan istrinya. Raga memang tidak memaksa Ranjani memasak pasca operasi, namun saat masak pun Ranjani hanya masak untuk makan pagi saja dan sisanya ia memasak untuk dirinya sendiri.

"Gimana, perut kamu udah mendingan?" Tanya Raga lagi, ia sebenarnya sangat rindu ingin mengobrol dengan Ranjani.

"Udah."

"Lukanya udah kering?"

"Udah."

"Dokter bilang—"

"Mas," selah Ranjani. Ia menatap jengah pada Raga. Kenapa Raga menganggu waktu menontonnya.

"Kamu ga liat aku lagi ngapain?" Ujar Ranjani sedikit kesal.

Raga menghela nafasnya, "Mas mau tau keadaan kamu, Ran. Seminggu ini kamu selalu menghindar selama mas nanya keadaan kamu," ungkap Raga dengan nada rendah.

"Buat apa mas tau?"

"Mas suami kamu, Ran. Mas juga ikut andil atas kesembuhan kamu. Dokter kan bilang mas harus sering dampingin kamu, tapi sekarang mas kesusahan karena kamu nolak buat mas bantuin mulu," keluh Raga.

Ranjani hanya menghela nafasnya, ia tidak menanggapi perkataan Raga dan lebih memilih melanjutkan filmnya. Sebenarnya pikirannya sudah kemana-mana, ia tidak fokus karena ada Raga di sebelahnya.

"Mau sampai kapan kita kaya gini, Ran?"

Raga sepertinya tidak ingin melihatnya tenang sehari saja.

"Apanya sih, Mas?"

Second ChanceWhere stories live. Discover now