11

218 22 4
                                    

Keno baru akan saja keluar dari basement apartemen ketika tiba-tiba pundaknya di tepuk cukup keras.

"Yo Men! Keno kan? balik indo lo!" Teriak laki-laki ber kemeja flanel yang menepuk pundak Keno barusan.

Keno sendiri sempat mengernyit bingung sebelum ia terkekeh ketika menyadari siapa  orang yang sedang merangkulnya ini. Itu Hendri, "Apa kabar Hen"

"Idih, masih inget gue juga lo kan. Baik-baik, kabar gue baik. Lo sendiri gimana? Uda lama banget nggak balik indo kan?"

Keno mengangguk, "Baik, iya uda tiga tahunan juga ya"

"Iya, itu lah lo kan, punya negara halaman jarang di kunjungi"

"Negara halaman?" Keno mengernyit bingung.

Hendri menepuk-nepuk pundak Keno jenaka. "Becanda gue, orang-orang kan punyanya kampung halaman nah, kalau lo berbasis negara dong. Beda presiden kita" Canda Hendri yang membuat Keno menggeleng geli. Hendri ini tak banyak berubah sejak tiga tahun terakhir mereka bertemu.

"Lo balik tinggal di apartemen ini ya? Gue pikir nih unit uda lo jual" Kata Hendri lagi tanpa canggung, seolah melupakan fakta kalau mereka sudah lama tak berjumpa.

Hendri ini adalah sahabat deket Keno ketika bersekolah di SMP dulu. Tak hanya Hendri sebenarnya, ada dua orang lagi yang sangat dekat dengannya dulu. Vian dan Elis. Mereka ber empat memang bersahabat dengan sangat dekat namun mulai hilang komunikasi ketika Keno kembali ke Jepang tiga tahun yang lalu.

"Iya, gue balik ke sini" sahut Keno agak kaku ketika ber elo-gue. Masalanya kemampuan berbahasa nya saja sedikit menurun olehnya. Itu sebabnya Keno sangat canggung ketika menyahuti pertanyan Hendri.

Hendri terkekeh geli mendengar nada bicara Keno yang menurutnya lucu, "Anjai, beneran lupa ya lo sama indo. Ngomong pun uda kayak jadi bule asli lo hah?"

Keno terkekeh. "Lupa gue,"

"Itu lah kan lo, nontonin doraemon mulu lo kan? Makanya  lupa. Eh lo ini mau kemana?"

Keno terkekeh pelan, menggeleng tak habis pikir dengan guyonan temannya itu. "Kampus, lo? Tadi pun dari apartemen siapa?"

"Sama gue juga mau ke kampus, gue dari apartemen kakak gue. Eh anjir. Jangan-janganUnit lo sama unit kakk gue tetanggaan. Pantesan kakak gue bilang ada orang Jepang yang jadi tetangga dia, rupany elo"

Keno mengngguk kan kepalanya, bingung harus merespon apa. pasalnya ia bahkan tak begitu memperhatikan terangga unitnya sama sekali.

"Iya kan? Nama kakak gue Geva. Masak lo nggak tau. Tetangga lo, kalian sebelahan. Gue yakin sih, kalian beneran tetanggaan soalnya kakak gue cerita tetangga sebelahnya orang Jepang. Uda pasti lo sih" Kata Hendri menggebu.

Keno mengangguk ragu saat ia merasa tak asing dengan nama yang disebutkan Hendri itu. Tampaknya Geva itu memang tetangganya.

"Mungkin, gue nggak perhatiin" Sahut Keno jujur.

"Ceilah. Kalau lo mah nggak heran gue. Lo kan titisan beruang kutub"

"Beruang kutub?"

"Iya. Diingiin" Hendri mergidik pelan, memperagakan orang kedinginan yang terlihat seperti setengah mengejek.

"Bangsat" Maki Keno yang membuat Hendri tertawa keras.

Kedua sahabat itu lalu kembali merangkul, "Lo kuliah dimana, eh. Anjir, gue baru sadar, kita satu kampus!?" Kaget Hendri saat melihat Keno menenteng jas almameter khas kampusnya. Ah, ya. Omong-omong Keno memang sudah mulai memulai kelas kuliahnya. Walaupun belum terlalu aktif.

"Sama? Serius?"

"Iya, gue juga kuliah disana. Gila takdir memang nggak main-main bro. Si Vian sama Elis juga satu kampus sama kita. Lo inget mereka berdua kan?"

Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang