09. Young and Free

15 2 0
                                    

Kehidupan remaja.
Terlalu berharga untuk dibuang.
Terlalu menyenangkan untuk dirusak.
Terlalu berat untuk dijaga.

Begitulah pemikiran sempit nan open mindednya kaum yang dapat melakukan segalanya. Dirasa jikalau memang pada dasarnya dapat mendapatkan apa saja yang diinginkan dengan cara tantrum di usia senja. Begitulah yang dapat terlihat dan nampak melalui retina mata manusia yang selalu tak dapat menghindari sebuah kesalahan maupun perbuatan hina.

Apalah yang terjadi itulah yang menjadi realita duniawi. Kehidupan para younger yang memang nampak terlanjur terlihat indah. Mampu mempengaruhi para kaum yang masih kesusahannya hanya untuk membeli gawai berlabel buah apel dengan gigitan yang simetris. Hidup untuk mengejar sebuah aktualisasi diri. Hidup untuk menuntut gengsi, menghindari caci maki. Hanya karena merasa tidak berdiri dengan kesetaraan posisi.

Berhamburannya harta yang dihasilkan oleh tahta orang tua. Dipakai hanya untuk mengenang sebuah realitas sebuah umur dimana semua manusia menginginkan selalu terjebak di dalam rentan angka tersebut. Apalah yang terlihat bahwasannya memang sebuah nikmat akibat tantrum di usia senja.

Hanya bermodalkan mengemis kepada manusia yang pasti mengasihi kita karena memang pada dasarnya sedarah. Hal itu juga sebuah pertanda ketidakmampuan dalam mendidik apa yang telah ia produksikan bersama sang kekasih di malam-malam hangat. Kemungkinan lain hanyalah turunan genetika yang identik akan hedonisme.

Bisa dirasakan dan dinampakan dengan jelas apa yang kau tanam itu yang kau masukkan kepala ke dalam sana. Dipikirkan lebih dalam lagi jikalau memiliki sesuatu yang nikmat justru simpan lah di dalam kantong celana dalam kau. Berasa si paling mewah dengan cara memamerkannya ke sosial media berharap dengan ekspektasi dihujani banyak perhatian dan kekaguman belaka.

"Ah you're my motivation."

"I will be like you, i will work harder."

"I always dreaming like you."

Dikira akan mendapatkan sejenis umpatan semacam itu jikalau memang pada dasarnya hedonisme selalu keluar dari lubang hidung dan lubang pembuangam zat sisa? Dipikirkan lebih mendalam banyak manusia yang memang pada dasarnya tidak menyukai sebuah proses untuk mendapatkan impian yang sama seperti kalian. Iyaa ... kalian yang hanya bermodalkan merengek pada seseorang yang membesarkan kalian. Hanya bermodalkan tantrum usia senja tersebut kalian dapat dengan mudahnya berfoya-foya menggunakan harta yang dihasilkan oleh tahta orang tua.

Berpikirlah karena tidak sedikit homo sapiens yang benci akan sakitnya proses. Sehingga gengsi jadi panutan mereka. Rela kredit sana sini, maling, dan menghutang. Well, kredit dan hutang sama. Hanya demi menuntut ego di dalam benak pikiran yang teracuni oleh hedonisme daripada anak papah dan mamah yang kerjaannya terkadang belum tentu suci maupun legal. Dikala sang anak melakukan sebuah kesalahan di saat itu lah kepala bapak kao di jadikan target tembak penyelidikan para komisi pemberantasan hama tikus berdasi.

Umur muda memang paling nikmat. Saking nikmatnya otak sama kelamin terkadang lebih tinggi alat reproduksi tersebut. Yeah padahal posisinya jauh di bawah perut sangat jauh dari posisi otak.

Itulah yang menjadi tolak ukur terkadang banyak manusia masih dengan mudahnya merusak masa remaja. Tidak sedikit juga yang merasa berat hati untuk menjaga kesucian ataupun hal yang berharga maupun dinilai sangat penting untuk calon pasangan di masa depan. Mari berpikir ke depan, akan ada berapa banyak manusia yang pastinya akan mendapatkan pasangan bekas. Karena dasarnya kehidupan remaja jaman sekarang itu.

Terlalu berharga untuk dibuang.
Terlalu menyenangkan untuk dirusak.
Terlalu berat untuk dijaga.

Terlalu berat untuk dijaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Manusia Sejuta PerkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang