Chapter 9

388 65 3
                                    

"Ahahaha kukira kalian belum kenal satu sama lain." Tawa si pemilik rumah mendominasi ruangan tersebut. Seungcheol dan Jeonghan saling menatap canggung, setelah sekian lama Jeonghan baru mengetahui ternyata Seungcheol dan Seokmin sedekat ini.

"Sebentar aku permisi dulu, silakan lanjutkan." Donghae pergi sembari mengangkat telfon genggamnya. Pengusaha super sibuk itu selalu sulit membagi waktu untuk bersenang-senang. Setelah Donghae pergi barulah kecanggungan mereka terasa.

Sedari tadi Seungcheol menyadari sesuatu, sejak ia mengaku atasan Jeonghan di kantor, lirikan mata malas Hyungwon tak lepas menatapi wajahnya. Seungcheol jadi penasaran apa yang membuat Hyungwon begitu sensitif padanya.

"Aku haus, aku ambil minum dulu" Ujar Jeonghan berusaha menghindari perang dingin mereka.

Belum bergerak selangkah Hyungwon sudah menahan pergerakan Jeonghan, tangan yang lebih muda digenggam pelan, ia melirik Jeonghan yang sudah berdiri. "Biar pelayan saja yang ambil."

Jeonghan menggeleng sembari tersenyum tipis, "Tak apa, biar aku saja." Ujarnya.

Tatapan mata Seungcheol berubah dingin setelah Jeonghan meninggalkan mereka berdua, mana mungkin dia tak mengenal pria jangkung ini.

"Hyungwon." Panggil Seungcheol.

"Hyung, Hyungwon Hyung. Aku lebih tua darimu." Seungcheol menyeringai, wajahnya seakan meremehkan perkataan Hyungwon barusan.

"Apa kau sudah mengenal Jeonghan dari dulu?" Hyungwon mengernyitkan alis bingung, jarang sekali orang ini membahas orang lain saat bicara dengannya.

"Kami teman dari kecil."

"Manis sekali, aku tak menyangka si pembunuh bayaran memiliki hati lembut seperti ini" Hyungwon melempar pandangan mengintimidasi. Seungcheol selalu tak punya sopan santun terhadap orang lain, entah apa yang ada dipikirkannya, dari dulu Hyungwon tak suka melihat tingkah semena-mena pria beralis tebal ini.

"Bukan urusanmu aku dekat dengannya atau tidak." Ketus Hyungwon mulai jenuh.

"Sampai kapan kau mau membohongi Jeonghan?" Hyungwon yang semula ingin mengabaikan kini menatap kosong ke arah meja.

"Kau kira aku tidak tau mayat yang kau kremasi bukan Lee Seokmin?" Hyungwon bergidik, Dino yang masih setia memperhatikan kini menoleh ke arah dapur. Dia juga tidak ingin Jeonghan mendengar pembicaraan ini.

"Diam."

"Kau takut adik kecilmu akan sedih karena kau membohonginya?"

"Tutup mulutmu!" Hyungwon mencengkram kasar kerah kemeja Seungcheol, tatapan kebencian dan penuh emosi itu ditujukan jelas untuknya.

"Kumohon jangan katakan apapun Hyungwon Hyung" Ucap Dino mulai khawatir.

Dino percaya kalau Hyungwon tak akan mengingkari janji mereka. Tapi karena kehadiran Jeonghan, sekarang ia jadi ragu dengan semua perkataan yang pernah Hyungwon janjikan dulu.

"Kau orang yang tenang, kenapa sekarang jadi emosian begini?" Seungcheol sama sekali tak takut dengan ancaman yang kini ada di depan matanya, dia jadi semakin penasaran dengan apa yang Hyungwon tutupi darinya.

Saat perdebatan akan dimulai disitulah Jeonghan muncul dengan membawa nampan yang berisi minuman. Dino bernapas lega, kalau orang di rumah ini sampai tau rahasia mereka berdua, habis sudah. Dino masih belum siap dengan kenyataan.

.
.

"Seungcheol brengsek!" Joshua tersentak mendengar umpatan Seokmin yang sedang berada di kamarnya. Tangan yang semula fokus mengetik kini membuka kenop pintu kamar si pria bangir.

Brücke | JeongCheolWhere stories live. Discover now