15. Sebuah Proyeksi Bunuh Diri

971 369 41
                                    

.
.
.

    Masih gelap gulita, dan Seonghwa sudah melangkahkan kakinya dengan terseok seok di jalanan menanjak untuk bisa sampai di puncak bukit. Berulang kali dia terperosok dan jatuh, membuat kakinya yang masih belum pulih sempurna dari luka tembak kemarin kian sakit.

    Saking sakitnya, kepala Seonghwa ikutan pening karena menahannya. Pada keadaan itu sebetulnya Seonghwa telah tahu bahwa kakinya mungkin tidak akan pernah benar benar pulih, karena tidak mendapatkan pengobatan yang layak. Menjahit lukanya di tempat paling buruk yang bisa kau temukan untuk tidur di malam hari itu tidak akan menjamin jika kakinya akan aman dari kuman, kan?

    Saat Seonghwa akhirnya tiba di puncak bukit, tubuhnya seketika terbujur ke tanah, terengah engah sambil tangannya menekan kuat kuat kakinya, dan giginya menggigit kuat kuat bibirnya, menahan keluhan yang akan keluar dari mulutnya, yang bisa saja berangsur angsur menjadi sebuah teriakan.

    Air mata tiba tiba mengalir dari kedua mata Seonghwa, dia merasakan kesakitan yang tidak wajar. Bukan. Ini jelas bukan kali pertamanya mendapat luka tembak, bukan kali pertama merasakan adanya besi panas yang bersarang di dalam tubuhnya karena sulit dikeluarkan dan harus menunggu beberapa waktu hingga dokter benar benar membedahnya.

     Namun sakit yang dia rasakan kali ini berbeda, sengatan panas yang Seonghwa kira adalah respon tubuhnya atas luka tembak di kakinya, berangsur angsur menjalar hingga keseluruhan tubuhnya. Tadi saat dia berjalan mendaki bukit dia tidak terlalu merasakannya, namun pada saat dia justru sedang tidak melakukan apapun, rasa panas itu perlahan menggerogoti kewarasannya. Detik berikutnya dia terbatuk dan darah seketika ikut keluar bersama dengan air liurnya, mengenai rerumputan hijau di bawahnya. Oh, ini tidak baik—batin Seonghwa.

    Belum juga tubuh Seonghwa pulih dari rasa sakit barusan, telinga Seonghwa mendengar adanya langkah kaki orang yang mendekat ke arahnya, saat dia hendak bangun untuk bersembunyi, semua telah terlambat, Seonghwa ditendang, tepat di kepalanya oleh seorang tentara Prancis, Seonghwa bisa langsung tahu itu tentara Prancis karena seragam mereka yang memang dikenal lumayan nyentrik dan bisa dengan sangat mudah dikenali. Seragam biru dan celana merah, cukup mencolok untuk sebuah seragam tentara.

  "Kita menemukan Moran." Katanya dalam bahasa Prancis. "Ini hari keberuntungan kita."

  "Apakah bisa langsung kita bunuh saja?"

  "Tidak. Bukankah Jerman sangat menyayangi anak ini? Bagaimana jika kita buat Jerman kehilangan harapan dengan menyiksa anak ini dan mempertontonkannya depan mereka?"

  "Kau mengira itu akan memberikan efek jera pada mereka? Anak ini hanya seorang pemuda yang pasti dipaksa untuk berangkat berperang."

  "Kau tidak tahu apa apa tentang Moran? Mereka bisa sangat menguntungkan jika berada di pihak kita, bagaimana jika menyeretnya bergabung dengan kita? Kita akan memiliki seorang penembak jarak jauh yang hebat, kita bisa membunuh musuh bahkan sebelum target mendengar suara tembakannya. Tidakkah kau lihat senjata yang dia bawa? Dia seorang penembak jarak jauh."

  "Aku suka idemu, namun.." Salah seorang tentara menginjak dada Seonghwa yang terbaring kesakitan paska tendangan yang dia terima di kepala tadi, "Aku suka dengan ideku juga, mari siksa dia dulu, lalu mari kita cuci otaknya dan jadikan dia boneka prajurit kita."

    Tentara yang tadi menginjak dada Seonghwa mengeluarkan senjata apinya dan dengan kasar memasukkan beda itu ke dalam mulut Seonghwa. Si pemuda terkejut, hingga dia tanpa sengaja tersedak oleh air liurnya sendiri. Melihatnya kesakitan justru sebuah hiburan tersendiri bagi para tentara yang pasti dalam hati mereka terdapat dendam kesumat kepada tentara Jerman yang pasti juga melakukan penyiksaan serupa kepada tentara mereka. Seorang lainnya yang sedari tadi hanya melihat sambil merokok pun mendekat dan menyundutkan rokok yang dia  bawa ke pipi Seonghwa. Karena keberadaan senapan di mulutnya, Seonghwa tidak bida berteriak, jadilah dia hanya menggeliat kesakitan karena ulah para tentara itu.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.2 : Wonderland (Warfare)Where stories live. Discover now