19. Bagaimana Takdir Merangkai Kisah

960 351 40
                                    

.
.
.

    Pada laut yang gelap, laki-laki itu membisikkan doanya. Sekali lagi, meski dia bukan orang yang religius, dia merasa jika pada titik ini, Tuhan—jika memang Ia benar benar ada, maka Ia mungkin berkenan untuk memeluknya dalam gelapnya malam. Pada laut Yunani yang baru pertama kali dijumpainya itu, ia juga menceritakan ketakutannya. San selama delapan belas tahun hidupnya, inilah kali pertama ia meninggalkan Rusia. Pergi jauh, melintasi banyak negara, dan sekarang menyeberangi lautan luas, menuju tanah yang entah berantah.

   Di sana, di tempat yang masih belum mampu dibayangkannya itu, hidupnya mungkin akan jadi sebuah cerita membosankan, dia ingin surga—minimal di dunia, karena kekhawatirannya yang terus berbisik bahwa Tuhan tidak akan mengizinkannya masuk ke dalam surga-Nya. Menghadap ke arah penjara kayu yang dihuni oleh seorang pemuda yang hanya setahun lebih tua darinya itu sambil tangannya sibuk melakukan sesuatu dengan potongan besi yang Mingi bawa dari pasar sore tadi.

    Besok pagi ketika teman temannya yang lain turun dari kapal untuk melihat kota, San memilih untuk tetap di kapal, menjaga Seonghwa karena pemuda Jerman itu tampak sangat lemah saat ini, dia tidak mungkin bisa menyakiti San dan justru bisa jadi sasaran empuk oleh orang orang yang mungkin iseng mencari benda berharga di dalam kapal ini. Mungkin terganggu dengan apa yang San lakukan sedari tadi, Seonghwa terbangun dan menatap ke arah San juga menatanya.
 
 
  "Oh, maafkan aku, apa kau terganggu?" Tanya San, "Atau kau butuh sesuatu?"

    Pemuda Jerman itu menggelengkan kepalanya lemah. Dia lalu perlahan bangun dari posisi terbaringnya. "Apa yang kau lakukan?"

  "Oh? Eum, membuat senjata? Atau memperbaikinya, mungkin?" Balas San sambil menunjukkan hasil kerjanya yang masih setengah jadi.

    Dari bentuknya, Seonghwa kenal, dari ukiran dan bentuk besi yang hendak dirangkai itupun, Seonghwa mengenali senjata itu. Membuat Seonghwa terkesima dengan hasil tangan San yang walau memang masih setengah jadi.

  "Senapan laras panjang?" Tanya Seonghwa.

    San mengangguk girang. "Kurasa aneh melihatmu tanpa senjatamu itu, jadi aku meminta Mingi utnuk mencarikan senapan bekas dan beberapa material lainnya untuk aku gunakan."

  "Hah? Itu untukku?" Seonghwa bertanya.

  "Yeah. Hanya kau yang memegang senjata seperti ini. Mingi tidak menyukai senapan api, Hongjoong dan Yunho juga bukan orang yang mempergunakannya. Aku sendiripun walau berulang kali membuat senjata serupa seperti ini, belum pernah menggunakannya juga." Balas San.

    Seonghwa menekuk alisnya. "Kenapa kau begitu baik padaku? Aku pernah memukulmu dengan senjata serupa, seperti yang sedang kau buat itu."

  "Oh? Kalau soal itu, aku tidak lagi peduli. Aku bahkan sudah hampir melupakan kejadian itu, jadi jangan merasa bersalah.. setiap orang bisa menerima pukulan setidaknya sekali seumur hidup, kan?" Balas San.

    Seonghwa diam. Entah kenapa setiap dia bicara dengan kawan kawan Hongjoong itu, dia lebih banyak diam. Seonghwa merasa menemukan perbedaan yang sangat mencolok antara setiap orang itu, membuat Seonghwa berpikir sebesar apa impact yang Hongjoong miliki sampai bisa menyatukan para individu ini?

  "Kenapa kau memutuskan untuk ikut dengan Hongjoong?" Tanya Seonghwa.

    San menghentikan pekerjaannya dan menatap balik ke arah Seonghwa. "Kau tidak merasakan apapun dari sosoknya?"

    Seonghwa menekuk alisnya, "Merasakan apa?"

  "Emm.. Bagaimana menyebutnya, perasaan jika dia orang baik hanya dengan melihatnya dalam sekali lihat. Aku tahu terdengar lumayan bodoh, tapi aku merasakan itu." Balas San.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.2 : Wonderland (Warfare)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora