Semanis gulali

9 1 0
                                    

Ketika kamu jatuh cinta pada seorang dan kamu belum merasa goblok karena dia fix kamu belum jatuh cinta karena cinta itu tak ada logikahnya, bahkan setinggih apa-pun pendidikanmu kamu akan tolol dan diperbudak olehnya. 


Percakapan Thomas dan Rio mendadak harus dijedah panjang bersama dengan udara siang makin bikin darah tinggi, debuh juga polusi yang sangat menyebalkan persis isi hati Thomas. Rio saat ini antara ikut kesal atau ingin menertawakan nasib kawannya. Rioo mendadak akan menutup mata temannya apa lagi kalau bukan untuk menghindarinya dari patah hati yang berkepanjangan. "Iblis ko tra harus begitu ko kira sa anak kecil yang nonton film dewasa jadi harus tutup mata segala?" Rioo segerah menyengir lebar dengan dereta gigi dan senyum bajingan yang membuat perempuan mengilainya itu. "Yaa, kali aja ko kesal dan kesana palang depan jalan dan ko pukul laki-laki itu lagi, kan tra lucu teman." 

Thomas memandang kesal raut  Rioo yang mendadak menjadi polos seperti anak anjing paling manis sedunia. "Ahh ko stop sudah sa su capek ini."

"Anjir kelihatan sekali kalau memang de lagi patah hati berat ini. Kasihan sendiri patah hati ini, makanya makan kata sabar itu dengan nasih kuning sana biar ko kenyang."

"Iblis ko." Maki Thomas kesal dan masuk polres Aimas daripada makin dibuat kesal oleh Rio si temannya yang kadang biadap itu. "Ciih ngamuk itu orang dasar."

...

"Kita ke mana lagi sir." Di atas motor yang kini melewati jalan pariwisata, tentu saja dua manusia itu mengikuti polres aimas Ace sama sekali tidak sadar kalau Thomas yang dia sebut polisi sialan itu melihatnya dan Raizel naik motor berdua, pemudah itu lagi patah hati berat di tempatnya kerja sekarang. Perempuan ini mana tahu, jiwa dan otaknya tentu lagi sedang menikmati saat bersama pemuda yang sedang mengemudi. "Jangan pangil saya Sir, Ace sekarang saya bukan dosen kamu, tapi pacarmu." 

"APA SIR SAYA TIDAK DENGAR." Raizel tahu bahwa perempuan itu sedang bercandah dengan pertanyaan seperti itu. Maka dengan tegah gas, motor tidak perlu Raizel suruh dipeluk maka otomatis dua tangan Ace melingkar pada pinggang pemudah itu. Dibalik helem bibir pemudah itu terukir senyum manis yang bahkan selama ini, dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk tersenyum dengan tulus. Perut Ace serasa digelitik ribuan kupu-kupu makin panas dingin dengan posisi yang sebelumnya dia rasa sangat tidak mungkin. Sekarang semua rasanya telah terjadi depan mata, ketika dia berjanji untuk tidak naik motor dengan laki-laki itu justru itu menjadi awal yang baru untuk hubungan mereka ke depannya. Mata Ace memandang suasana laut yang indah di depan inilah pemudah itu menjelaskan perasaannya dengan bahasa yang membuat Ace bertanya seharian soal hal itu. 

"Jangan pangil saya Sir jangan saya tidak setua itu untuk dipangil sir, kecuali kita dikampus yaa, tidak masalah tapi selagi hanya kita berdua jangan pangil saya seperti itu kamu masih ingat kan maksud saya?" Mata laki-laki itu menatap Ace tajam seakan mengatakan peringatan jika Ace memangilnya dengan sebutan sir lagi maka, ya terimahlah resikonya. 

"Sir RAIZEL JELEK," teriak Ace dengan jijit sehingga menyentuh leher pemudah itu tapi telingahnya tidak. Perempuan ini berlari ke dermagah tak mau didekati pemudah itu, sekaligus Raizel bernyali tidak untuk ucapannya tadi? Perempuan itu tertawa jahat sembari terus menghindari Raizel yang tengah mengejarnya. Ace sangat  nekat serius untuk hal ini, seluruh raga perempuan itu. 

Pinggang perempuan itu dipeluk dari belakang, mati kutu sudah sekarang dia harusimempertanggung jawabkan kalimatanya, saat menyadarkan dagu Raizel ada dikepala perempuan itu Ace betulan kaku dan mati gaya anak itu tidak tahu harus apa sekarang? 

"Marih kita buktikan kalimatmu Ace." Ace panas dingin dengan suara berat pemudah itu. Ketika tubuh Ace dia balik untuk dapat saling berhadapan dengannya perempuan segerah menundukan kepalannya dalam-dalamnya muka tak terlihat, tentu saja kalau bukan karena gugup apalagi. "Ngapain kamu gugup?"

"Tidak sir." Ace diliputi perasaan cemas, takut yang tidak-tidak tangannya terasa sangat dingin. "SOK soan mau saya cipok lihat muka saya saja tidak ada nyalih kamu?!" Perempuan rambut lurus diam saja saat angin laut yang tenang menyapa dirinya dan Raizel. 

"Lagian masalahnya di mana kalau saya pangil bapak Sir!" Kepala masih sangat berat untuk menatap mata manusia yang tinggi setara tiang listrik itu. "Bapak memang harus dipangil Sir kan cocok cocok saja saya tidak merasa aneh, tidak terlihat tua juga." Bibir perempuan itu cerewet dengan segalah kata-kata yang keluar tanpa jedah dagunyaa pemudah itu angkat dan menepelkan bibirnya pada mulut perempuan itu, mata Ace melotot saat kepala Raizel menyamping depan wajahnya ingin rasanya dia menampar pemudah itu karena tidak sopan. Ingin pula dia memaki pemudah itu. Namun, semua itu hanya terbungkam diujung lidahnya, tubuhnya yang kaku, dengan sirna surya yang masih benderang membuat Ace hanya diam sudah persis orang bodoh.

"Maaf bibir kamu manis." Dasar dosen kurang ajar kalimat itu hanya menggantung tanpa bisa keluar untuk Raizel dengar, Ace  ingin bisa memukulnya, paling tidak ketika dia mimpi Yoseph saat memukul Madhu coba saja hal itu bisa dia lakukan. Namun sebaliknya dia hanya diam dia sendiri masih memikirkan kata-katanya yang tadi menantang Raizel ini adalah buah dari keras kepalanya tadi. "Kalau kamu pangil begitu saya cium!" Hanya menganguk mulut Ace yang tadi banyak bacot entah lagi hilang pada dunia mana ini. 

Mata menatap Ace dalam dan mengusap pipih perempuan itu, tangannya turun pada tangan Ace mengadengnya erat, ponsel pemudah itu dia keluarkana dari kantung celananya mengambil gambar dirinya maupun perempuan itu. 

...

Ace pikir dia sendiri yang merasa tidak tenang seperti itu oh ayolah Raizel lebih parah ini mungkin bukan yang pertama tapi sungguh laki-laki itu merasa berbeda dengan Ace sesuatu yang dulu dia rasa mati tak mungkin dia temukan pada perempuan setelah tinggal dulu oleh mantannya yang sekarang telah menikah, Raizel bak remaja puber yang sibuk dengan dunia percintaan. Pemuda ini tengah duduk untuk mengoreksi tugas mahasiswanya. "Ya  Tuhan APRIYANI KALASUAT, saya nyaris gila, ditelpon saja yaa." Pemuda itu meraih ponsel yang berada tak jauh dari tempat dia duduk di atas kasur laki-laki itu langsung menekan nama gadis yang ingin dia tujuh. Pangilan dari sembrang sana mulai terjawab, setelah sedikit ceramah tentang kuliah dan tugas anak itu baru. Raizel mulai bertingkah seperti buaya darat yang butuh kasih sayang. "Kabar kamu gimana?" Sebut saja ini pertanya paling bodoh sungguh tadi sore baru saja bertemu kenapa harus dia bertanya terkait itu.

"Puji Tuhan baik sir," jawaban perempuan itu membuat tarikan nafas Raizel maka otomatis Ace mengubah pangilan itu dan bertanya ulang, "Maksudnya kabar Mas Raizel sendiri gimana." Raizel bisa pastikan kalau perempuan itu memang tengah gugup sekarang. Astagah Ace ini diponsel kalau dihadapan ingin sekali Raizel peluk gadis itu seperti sore tadi, dia nyaris tak bisa berpikir jernih karena pesona perempuan berdarah sorong sanger itu. 

"Ingat tugas kuliahmu jangan banyak bolos, ya saya dengar dari bapa muhamad yang mengajar pendidikan perserta didik kamu tiga kali bolos dimata kuliahnya," tanya Raizel dia binggung bertanya apa jadi yang paling benar adalah mengulang pertanyanya lagi semoga Ace tak bosan dengar dia ceramah terus, "Gimana cerita kamu hari ini,"

Perempuan yang disebrang sana menatap Ella binggung dia ceramhi terus oleh dosen yang kini telah menyandang status kekasihnya, jawab saja sudah yang ko tahu saja, itu kalimat yang Ace dengar dari sepupunya. Raizel juga menanti dengan cemas keputusan Ace setelah saling diam beberapa saat Raizel merutuki dirinya yang terkesan kaku dan pecundang kenapa menghadapi perempuan satu ini membuatnya serasa tak berdaya. 

"Iya sir maaf, eh ralat mas sekarang saya udah rajin kuliah, ya, kenapa tanya gitu bukan kah seharian saya sama mas terus ya." Disebrang sana ingin perempuan itu teriak anjirr besar-besar mereka sudah hampir 2 minggu berpacaran. Namun, keduanya malah masih kaku dalam percakapan. 

Raizel segerah mematikan ponselnya karena dia binggung harus bertingkah bagaimana dosen seperti apa, apa karena dia jarang mendekati perempuan sehingga pemuda dengan gelar magister ini bego sedemikian rupa?

"Ya Tuhan ini bagaimana." Laptop dia matikan menaruh benda itu pada meja berlajar membaringkan diri kembali di kasur dengan pikiran yang terus tertujuh pada Ace.


Terima kasih telah membaca guyss, typonya koreksi ya, kalau ada <3<3

VC [END] ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن