Ch 15

1.1K 290 84
                                    


Pertemuan para pemilik bisnis di Korea kali ini diadakan secara pribadi di restoran hotel mewah milik grup HB. Sebenarnya acaranya tidak akan terlalu formal karena mereka hanya ingin berkumpul santai sambil menceritakan masa lalu. Sebagian besar yang hadir adalah yang tergabung sebagai anggota klub golf. Bisa dibilang, ini adalah perkumpulan para orangtua yang paling berpengaruh dalam perekonomian Korea. Sangat eksklusif dan tertutup karena hanya orang-orang tertentu yang boleh menghadirinya. Hanya pebisnis yang sudah mencapai level tertentu yang akan memiliki akses.

Dengan memakai setelan jas resmi berwarna hitam, Jeno memasuki hotel. Asisten sekaligus sopir pribadinya mengatakan bahwa sang Kakek sedang menunggu di lobi. Kakek tua itu rupanya sedang berbincang akrab dengan seseorang yang Jeno kenali sebagai penerus HB grup selanjutnya. Orang itu seusia pamannya. Begitu sampai di hadapan mereka, Jeno langsung membungkukkan badan dengan sopan. Sang kakek tersenyum dan langsung menepuk punggung Jeno dengan bangga.

"Cucuku sudah sampai," kekehnya.

"Haruskah kita masuk sekarang?" tanya Tuan Park, teman bicara kakeknya tadi.

"Semua orang sudah menunggu. Ayo kita masuk," kata kakek Jeno, Lee Yun Chul, sambil merangkul cucu kebanggaannya.

Tempat itu dibuat seperti pesta kecil-kecilan. Musik klasik ditampilkan bersama dengan seorang penyanyi klasik kenamaan, para pelayan yang hilir mudik membawa anggur dan camilan, juga ada meja-meja untuk mengobrol dengan santai. Yang datang kebanyakan sudah tua, ada yang seusia kakek, juga banyak yang seusia orang di lobi tadi. Mereka datang sebagai calon penerus generasi selanjutnya. Dan tak jarang mereka juga membawa cucu yang akan menjadi kandidat terkuat di generasi selanjutnya lagi. Seperti Jeno yang saat ini dibawa oleh kakeknya.

"Wah, Yun Chul-ah, kau membawa cucumu yang kemarin baru saja kau perkenalkan kepada kami," sapa salah seorang tamu, yang Jeno kenali sebagai pendiri SG grup, yang bergerak di bidang energi dan kimia.

"Dia yang paling berbakat diantara seluruh cucuku," kekeh sang Kakek.

"Apa ini artinya kau menegaskan bahwa dia yang akan memimpin grup di masa depan?"

"Jeno punya potensi besar ke arah itu, Tae Sik-ah," angguk sang Kakek dengan penuh wibawa. "Dia mewarisi kecakapan ayahnya."

"Aku bisa melihatnya," kekeh Tae Sik, ikut menepuk pundak Jeno.

"Terimakasih Tuan Chae Tae Sik," kata Jeno dengan formal.

"Panggil aku Kakek Tae Sik saja, anggap aku seperti kakekmu sendiri," kata Tae Sik dengan ramah.

Jeno tersenyum tipis. "Baik, Kakek Tae Sik."

"Selamat datang, Lee Jeno-ssi," sapa seseorang lainnya, di luar dugaan langsung menyapa Jeno dengan akrab. "Senang melihatmu datang kemari bersama kakekmu."

"Selamat malam, Nyonya Cha Go Eun," balas Jeno. Ia hapal di luar kepala orang-orang yang harus ia ingat. Pastinya orang-orang yang sedang menempati posisi teratas, juga orang-orang yang berpotensi akan menjadi penerus di masa depan. Yang ini adalah pemilik departemen store termewah di Korea. Usianya lebih muda dari sang Kakek.

"Wah, kau bahkan mengingat namaku," seru Go Eun, agak takjub.

"Nama anda tercatat sebagai pelopor kemewahan untuk pusat perbelanjaan di Korea, jadi sulit untuk tidak mengingat anda," balas Jeno, tersenyum sopan.

"Anak pintar," kata Go Eun, menepuk-nepuk pundak Jeno dengan senang.

Selain nama, Jeno juga mengingat sifat dan kebiasaan orang-orang ini. Cha Go Eun adalah seseorang yang sangat senang dengan pujian. Apalagi melekatkan kesan kemewahan padanya, dia akan merasa lebih tersanjung lagi. Tak sulit mengambil hati orang-orang haus pujian seperti ini. Jeno menyapukan pandangan ke sekitar, yang lainnya juga sibuk mengobrol sendiri walaupun ada juga yang diam-diam melirik ke arah mereka sambil berbisik-bisik. Pastinya mereka juga berpikiran sama seperti Tuan Tae Sik mengenai dirinya yang akan menjadi kandidat kuat penerus Handeul grup.

Black, White (Nomin)Where stories live. Discover now