6lasial

191 29 96
                                    

gla.si.al
n gletser dan es

☐☐☐

Clue :

Selalu di depan
Tidak berada dimana-mana
Namun, pasti ada di sekitar
Siapa saya?

***

Biasakan vote sebelum baca

Happy Reading

☐ ENAM ☐

Malam hari sebelumnya...

Dentingan garpu, sendok ataupun piring terdengar begitu nyaring di ruang makan. Terdengar jelas beraturan layaknya melodi musik... cukup nyaring, hingga akhirnya sang kepala keluarga memulai percakapan.

"Helva, gimana dengan high school kamu?" tanya Sitlobeno menatap hangat putri bungsunya. Sitlobeno merasa suasana sangat canggung di malam pertama setelah pergi dinas di luar kota.

"Alhamdulillah Pah, Helva bisa masuk BHS."

"Makanya papa jangan dinas melulu, udah 1 bulan loh, Helva sekolah," timpal wanita yang duduk di samping Sitlobeno, dia memberhentikan aktivitas makannya sejenak. Wanita berambut pendek hitam legam itu Sanwa Sumarni, istri Sitlobeno, seorang pengusaha makanan yang perusahaannya berada di pusat kota. Artinya dia ibu dari anak kembar Helva dan Jessline.

"Tapi, kamu harus lebihin belajar kamu, biar bisa menyaingi kakak," saran Jessline dengan diakhiri senyum tawa. Hanya Helva yang tahu arti sesungguhnya tawa Jessline.

Beno menambahi. "Denger Helva, kamu harus bisa menyaingi kakak kamu... jadikan kakakmu sebagai tantangan."

"Kamu ajarin adik kamu ya. Dia kayaknya semangat kalo belajarnya sama kamu." Sanwa memandang Jessline penuh harap.

"Kak Jessline biasa ngajarin Helva kok Ma, aku bisa masuk BHS karena sering diajarin kakak, walaupun dapat peringkat terakhir."

"Itu karena usaha kamu sayang, Helva harus tetap semangat."

"Benar kata mama, gak ada usaha yang sia-sia. Jessline juga harus semangat ya, fokus sekolah."

Jessline yang sedari awal hanya mengikuti alur dengan akhirnya tersenyum tipis membalas papanya. Hanya itu. Jessline merasa hanya papanya yang tulus mendukungnya.

"Pa, Ma, Jessline pamit ke kamar dulu, ya.. Helva, kakak tunggu kamu di kamar, banyak pelajaran yang harus kamu pahami."

"Helva, nyusul kak Lina ya?" Helva langsung beranjak mengejar kakaknya.

"Hel, makanan kamu belum habis!"

Beno menegur,"Sudahlah Ma, beri mereka berdua waktu. Lihat, kata Mama hubungan mereka berdua gak baik, itu karena secara gak langsung, Mama sering misahin mereka."

SKOLI(ONO) : Ketika Sekolah Menjadi Trauma Bagi SiswaWhere stories live. Discover now