DAVEL 38

40 9 3
                                    

"Kata maaf, tanpa perubahan itu sama aja dengan omong kosong. Gue butuhnya pembuktian! Gue pengen lo berjuang. Berjuang sama kayak gue nungguin lo selama empat tahun."

"Siska."panggil pak Saleh tapi Siska tak kunjung menyahut ucapan yang di lontarkan pak Saleh, dia masih sibuk dengan isi pikirannya.

"SISKA!"teriak Bintang karena sedari tadi Siska masih sibuk melamun, Bintang takut Siska kesurupan.

"Apa sih?"tanya Siska memutar bola matanya malas, padahal dirinya sudah enak menghayal akan kejadian di masa lalu.

"Kerjaan kamu ngelamun aja ya! Giliran pr kamu gak pernah siap sama sekali."bentak pak Saleh dengan nada suara yang lumayan kuat.

"Maaf pak. Saya permisi dulu kamar mandi mau cuci muka."

"Siska kenapa sih? Gak biasanya dia ngelamun kayak gitu."tanya Keinzy menaikkan alisnya sebelah, sedangkan Velisya dia hanya menggeleng singkat.

****
Di mobil suasana hanya hening, beruntung saja jalanan ramai jadi tidak terlalu sunyi bagi Velisya, sedangkan Daniel dia hanya fokus mengendarai mobil.

"Kamu udah makan? Tadi aku lihat kamu gak ke kantin. Kenapa kamu gak ke kantin?"tanya Velisya yang baru ingat kalau Daniel tadi hanya ada di kelas bermain game.

"Belum. Gue malas makan."

"Yaudah, nanti di rumah aku kamu makan, biar aku masakin."

"Hm, boleh."jawab Daniel menoleh ke arah Velisya lalu menaikkan kedua sudut bibirnya, tersenyum simpul, sedangkan Velisya dia membuang pandangannya karena dia sangat gugup.

"Lo kenapa buang muka? Emang muka gue sejelek itu?"

"Iya. Eh ng-ak maksudnya aku bisa lihatin kamu lama-lama nanti jantung aku berdetak kencang. Aku gak suka itu."

Daniel hanya diam, walaupun sebenarnya dia sudah merasakan gemas dengan tingkah polos Velisya.

Sesampainya, Velisya dan Daniel masuk ke dalam rumah, suasana sangat sepi sepertinya Siska tidak ada di rumah.

"Siska mana?"tanya Daniel melihat sekelilingnya.

"Kayaknya kak Siska pergi sama Bintang deh, ke mall."jawab Velisya lalu meletakkan tasnya di meja.

"Berarti kita berdua dong yang ada di sini."

"Emang kenapa?"

"Lo gak takut gue apa-apain?"tanya Daniel menaikkan alisnya sebelah.

Velisya mengerutkan keningnya, kenapa dia harus takut kepada Daniel, toh dia sudah percaya sama Daniel.

"Ngak. Aku percaya sama kamu, kok."jawab Siska lalu berjalan ke dapur. Daniel mengikuti langkah Velisya.

Velisya sibuk memotong bawang, sedangkan Daniel dia hanya menyimak. Setelah beberapa menit akhirnya selesai, Velisya menghidangkan makanan di meja.

"Bikin nasi gue dong."pinta Daniel menyodorkan piring berwarna putih.

Velisya menerima piring tersebut dengan senyuman, lalu menyiapkan sesuai keinginan Daniel.

Velisya tersebut sekilas dirinya seperti seorang istri yang sedang menghidangkan buat suaminya.

"Calon istri yang baik."ucap Daniel yang masih sibuk dengan makanannya.

Velisya tersedak karena mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan Daniel, dia terlalu kaget.
Dengan lihai Daniel memberikan minum kepada Velisya.

"Kenapa sih? Kalau makan itu hati-hati dong!"

"Maaf. Aku kaget aja."

"Kaget kenapa? Karena gue bilang calon istri? Lo baper."tanya Daniel melihat lekat wajah Velisya, benar saja Velisya salah tingkah terlihat dari pipi nya yang sudah merah, dan juga tingkahnya.

"Enggak. Aku ngak baper kok!"elak Velisya menetralkan suasana, dia takut kalau Daniel tau kalau sebenarnya, ya. Dia memang salah tingkah.

"Masakan lo enak nih. Kenapa lo gak coba ikutan lomba? Gue lihat di Instagram banyak tuh yang ngadain lomba."tanya Daniel sedangkan Velisya hanya menunduk lesu.

"Kenapa wajah lo kayak sedih gitu?"tanya Daniel yang melihat ekspresi wajah Velisya langsung murung.

"Sebenarnya, aku pengen jadi seorang chef. Tapi Tante Najwa ngelarang aku."

"Kenapa?"tanya Daniel menaikkan alisnya sebelah.

"Aku gak tau, dia bilang aku punya penyakit. Jadi aku gak boleh terlalu banyak aktivitas."jawab Velisya dengan wajah cemberut, Velisya berbohong. Najwa melarangnya hanya karena tak ingin Velisya meninggalkan pekerjaan rumah.

"Penyakit lo emang apa sih? Gue lihat wajah lo sering lesu gitu, dan mimisan."tanya Daniel dengan nada khawatir, terlihat dari Velisya kalau dia sebenarnya memiliki penyakit yang sudah lama di pendam nya.

"Aku gak tau."Velisya menggeleng singkat.

"Besok kita ke rumah sakit!"pinta Daniel dengan nada tegas, tak ingin perkataannya di tolak. Sedangkan Velisya yang sudah mengerti kalau Daniel tak ingin di bantah hanya bisa mengangguk.

****
Seorang pria sedang mengamati perempuan yang tak jauh jarak dengan dirinya, terllihat dari tatapan nya kalau ada perasaan rindu yang bergejolak.

Siska yang merasa di amati melihat sekelilingnya, lalu berpura-pura membaca majalah.

Siska membuka majalah tersebut, sedetik kemudian dia melihat kalau Garrel sedari tadi sudah melihatnya.

Siska berjalan mendekati Garrel, sedangkan
Garrel dia hanya berpura-pura bermain handphone.

"Lo kenapa lihatin gue kayak gitu?"tanya Siska bingung, lalu duduk di samping Garrel.

"Pede banget sih lo!"bantah Garrel yang masih sibuk dengan handphone nya.

"Gue gak pede. Gue lihat dengan mata gue sendiri kalau dari tadi lo memang perhatiin gue dan itu sangat jelas Garrel!"

"Emang salah gue lihatin lo? Gue juga manusia pasti punya mata."Garrel menyimpan handphonenya lalu menatap Siska dengan tatapan tajam.

"Ini bukan Garrel yang gue kenal. Garrel gue itu lembut dan gak kasar kayak gini. Gue kecewa sama lo!"ucap Siska dengan suara bergetar, Siska tidak bisa membohongi perasaannya kalau saat ini dia ingin memeluk Garrel se'erat-erat nya.

"Lo juga bukan Siska yang gue kenal. Siska gue itu dingin, gak caper sama cowok."Garrel berbicara dengan nada tak bersahabat.

"Gue caper sama siapa?"

"Kevin. Gue tau kok kalau lo suka sama Kevin, dan gue juga tau kalau Kevin punya cewek tapi lo masih mau ngejar-ngejar dia!"

Siska diam, tak mampu berbicara. Yang di ucapkan oleh Garrel memang benar, jadi dia tak bisa membantah pernyataan dari Garrel.

"Maaf."Siska meremas celana kulot yang dia pakai dengan tangan gemetaran, dia tak tau mau berbicara apa.

"Maaf buat apa?"tanya Garrel menatap intens Siska lalu menatap wajahnya dengan datar.

"Maaf buat semua nya, maaf gue udah buat lo nunggu. Maaf udah buat lo kecewa. Maaf udah buat lo sakit hati. Pokoknya gue minta maaf."ucap Siska dengan wajah tulus, terlihat dari mata Siska kalau dia benar-benar menyadari kesalahannya. Selama ini dia mengejar Kevin bukan karena dia mencintainya hanya saja dia ingin pansos saja.

"Sayangnya kata maaf gak cukup. Gue gak pernah bosan bilang gini."

"Terus lo mau nya apa?"

"Kata maaf, tanpa perubahan itu sama aja dengan omong kosong. Gue butuhnya pembuktian! Gue pengen lo berjuang. Berjuang sama kayak gue nungguin lo selama empat tahun."

"Gue akan buktiin semuanya kalau gue memang bisa dapatin hati lo kembali!'"jawab Siska dengan wajah penuh keyakinan.

"Gue tunggu!"setelah mengatakan itu Garrel pergi dengan wajah datar, sedangkan Siska dia hanya menatap sendu punggung Garrel.

DAVELWhere stories live. Discover now