DAVEL 56

24 3 0
                                    

Ketiga insan yang memiliki nasib yang sama saling meratapi nasib, mereka duduk sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong. Velisya, Siska dan Keinzy mereka berada di kantin. Tapi tak ada niat sama sekali bagi mereka untuk memakan bakso yang sudah terpampang di meja.

Keinzy buyar dari lamunannya, dia sadar ini tidak baik. Mereka tidak bisa berbuat seperti ini.

"Gue gak bisa terus begini, gue mau Kevin balik sama gue. Gue sayang banget sama dia. Gue gak mau harus kehilangan dia!"tekan Keinzy dengan mata berkaca-kaca.

"Tapi ini udah takdir, lo gak bisa ngubah semuanya!"

"Bodo amat. Gue akan kejar Kevin sampai dia kembali, gue gak peduli."Keinzy pergi dengan penuh keyakinan. Dia berharap Kevin masih memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

"Kalau lo gimana? Lo akan ngejar Daniel lagi?"tanya Siska ke arah Velisya yang dibalas oleh gelengan gadis itu. Tidak, dia bukan wanita yang bodoh. Yang mau berjuang untuk pria yang sama sekali tak bisa menghargai perjuangan dia. Itu saja sekali Velisya mencoba mengabiskan waktu.

"Aku gak akan ngejar Daniel kak, aku sadar semua yang aku lakuin buat dia percuma. Daniel, dia gak akan bisa mengerti semuanya. Dia terlalu egois!"

"Gue setuju sama lo, gue juga gak akan nangis-in Garrel lagi, untuk apa gue nangis-in pria sejahat dia. Gue udah yakin dengan keputusan ini."

Mereka saling mendekap, mereka tidak peduli dengan tatapan orang sekitar. Yang mereka butuhkan hanya kehangatan untuk menutupi luka mereka.

Seorang gadis dengan semangat berlari ke arah sang pria.  Gadis itu yakin kalau punggung laki-laki yang ada dihadapannya itu, adalah pria yang ia cari sedari tadi.

"Kevin."panggil Keinzy dengan suara keras.

Pria yang di panggil hanya bisa mempercepat langkahnya, tidak. Dia tidak bisa melihat Keinzy untuk saat ini. Kevin masih berusaha untuk melupakan semuanya, tapi kalau Kevin bisa melihat wajah Keinzy bisa roboh pertahanannya.

Keinzy semakin cepat lari, dia masih berusaha. Walaupun kakinya sudah terasa sakit. Setelah menyamai langkahnya dengan pria tersebut, Keinzy mencekal tangan Kevin dengan cepat. Supaya Kevin tidak pergi lagi.

"Kamu kenapa? Kamu gak bisa putusin aku secara sepihak gitu. Aku gak bisa, aku gak mau hubungan kita putus ditengah jalan."

"Gue gak minta keputusan lo, dan itu juga gak penting!"tegas Kevin. Keinzy hanya bisa menahan air matanya supaya tidak jatuh, mati-matian Keinzy menahan air matanya tapi ia tak bisa satu bulir cairan hangat sudah mendarat di wajah gadis lemah, ini.

"Ok, fine. Kalau itu yang lo mau. Gue gak ngejar lo lagi. Makasih udah pernah hadir di hidup gue walaupun cuman sebentar."

Keinzy menghapus air matanya lalu pergi, sedangkan Kevin dia hanya bisa menatap punggung sang gadis itu. Kevin merasa dunianya hancur, dia merasa gagal karena sudah membuat Keinzy menangis. Ini pertama kali Kevin melihat Keinzy menangis.

***
"Kamu kenapa dari tadi diam aja?"tanya Garrel dengan wajah polos. Siska yang melihat wajah Garrel seperti merasa tidak bersalah hanya bisa menahan emosi-nya. Dia tidak bisa marah-marah di cafe, bisa-bisa dia di usir.

"Lo gak ada merasa bersalah?"tanya Siska dengan wajah serius. Dia terus mengamati mata Garrel.

"Aku, gak pernah buat salah!"

Siska mengeluarkan handphone dari sakunya lalu membuka aplikasi WhatsApp-nya. Keinzy sudah mengirim semua bukti supaya Garrel tidak bisa bohong.

Garrel hanya bisa diam, setelah mendengar rekaman suara itu. Siska menaikkan kedua sudut bibirnya.

DAVELWhere stories live. Discover now