🌹• Chapter 2 : Jadi Lebih Baik

133 26 7
                                    

Chapter 2: Jadi Lebih Baik

***

Hajime merampas botol minuman haram dari tangan suaminya. Sejak awal pertama ia mengetahui bahwa Tooru keseringan minum minuman haram dan juga merokok, tanpa henti Hajime menegurnya.

Hingga hari-hari berlalu, Tooru tetap tak merubah sikapnya itu.

"Aku udah bilang berapa kali?! Stop minum minuman haram ini! Berhenti merokok juga! Itu semua bikin kamu mati tau nggak!" Sentak Hajime.

"AKU NGGAK BISA! NGERTI?!"

Hajime tersentak saat mendengar bentakan keras dari Tooru.

"KAMU NGERTIIN POSISI AKU! BERKALI-KALI DI JODOHKAN DENGAN PEREMPUAN SANA SINI! SEMUANYA BUKAN YANG AKU INGINKAN! AKU CAPEK! CAPEK DI GINIIN TERUS!"

"Kamu punya masalah kayak gitu, seharusnya kamu cerita. Jangan malah kayak gini, mabuk mabukan, itu nggak baik"

"Berisik!"

Hajime menggeram marah, "Kamu mau berhenti atau nggak?!"

"Kalau aku bilang nggak?"

"Bawa aku pulang. Balikin aku sama mama aku."

Tooru menatap kaget dengan perkataan Hajime. Seburuk-buruknya sikapnya itu, Tooru tak pernah sekalipun mau menyakiti perempuan. Apalagi yang didepannya ini adalah istrinya sendiri.

"Kamu ngomong apa?"

"Kamu nggak berhenti, balikin aku ke papa sama Mama. Jelas?"

Tooru terdiam sejenak.

Tak mendapat respon, Hajime melenggang pergi meninggalkan suaminya di ruang keluarga.

***

Pagi-pagi, Hajime berjalan menuju dapur. Ia sekalian mencari Tooru yang sudah tak di sampingnya sejak ia bangun.

Terdengar suara dentingan sendok yang beradu di gelas. Itu dia yang ia cari. Tooru yang membelakanginya tengah mengaduk air panas yang ia buat.

"Kamu buat apa?" Tanya Hajime.

Tooru menoleh, "Kopi," ia melangkah menuju meja makan lalu mendudukkan dirinya di kursi.

Hajime juga ikut mengambil tempat di depannya, "sejak kapan suka kopi?"

"Baru-baru ini-- bismillahirrahmanirrahim," Tooru mulai menyeruput kopi yang ia buat sendiri.

Sedetik kemudian, Hajime terkejut melihat semburan air yang keluar dari bibir suaminya.

"Eh kenapa?"

Wajah Tooru mengerut masam, "Pahit."

"Pakai gula, kamu kasih kan?"

"Tiga sendok kopi bubuk, gula satu sendok."

Lagi Hajime terkejut dengan penuturan suaminya, "Astaghfirullah! Wajar pahit. Gulanya aja dikit. Kalau mau nakar tuh seimbangin, biar nggak pahit ngerasanya. Mana ini banyakan kopi."

"Bawel. Yaudah buatin, jangan ngomong aja."

Hajime tersenyum lalu beranjak dari duduknya, "Iya."

Tak butuh waktu lama menunggu kopi yang di buat, "Nih coba. Bismillah jangan lupa."

Tooru mulai mengambil secangkir kopi buatan istrinya, lalu menyeruputnya perlahan.

"Gimana?"

"Hm."

"Enak nggak? Hm hm doank."

"Iya enak. Rasanya pas."

"Kalau mau buat kopi lagi, nanti aku bikinin."

"Tapi kayaknya aku bakal butuh kopi tiap saat, jadi kemungkinan mau buat sendiri aja."

"Mau bikin kopi super pahit lagi, iya?"

"Yaudah nakarnya gimana sih? Gimana caranya kopinya nggak pahit, tapi nggak manis juga?"

"Banyakin gulanya. Gelas kecil gini, satu setengah sendok gula, kopinya satu sendok aja," tutur Hajime menjelaskan.

"Manis donk nanti."

"Nggak. Itu kopi kalau di ambil satu sendok, keliatan banyak loh. Sampai ngebentuk gundukan gunung. Pokoknya gula yang harus banyak, biar rasanya pas."

"Oh aku paham sekarang!"

"Kalau udah mulai kecanduan kopi, jangan sampai berhenti. Kamu bakal pusing nanti," ucap Hajime menasehati.

"Ayah aku juga suka gitu, kayaknya seharian minum kopi. Kalau nggak minum, sakit kepala dia."

"Nah iya, tumben mau minum kopi?"

Tooru menatap istrinya, "Pengganti miras."

Hajime terdiam sejenak.

"Setelah aku pikirin semaleman, jadi aku mutusin buat berubah. Nggak minum minum lagi, nggak merokok juga."

"Beneran?"

"Iya.

"Makasih."

Kedua tangan Tooru bergerak menggenggam lembut kedua tangan Hajime, "Maafin sikap aku yang kemarin-kemarin. Maaf kalau aku kasar banget. Maaf juga kalau aku ngerepotin kamu karena ngurusin aku yang mabuk tanpa henti."

"Jangan ulangi lagi. Satu lagi, aku nggak suka di bentak. Mama sama papa nggak pernah ngebentak aku."

"Maaf."

"Iya, aku maafin."

"Ohiya, aku bakal buka bengkel di depan rumah. Aku mulai dari nol," ucap Tooru.

"Boleh. Kamu kan bisa apa aja."

Tooru tersenyum, "Anaknya ayah Tulus nih, produknya nggak pernah gagal."

"Suami aku."

"Kayaknya yang sekarang udah cocok, jadi nggak sabar nyiptain suara bayi di sini."

"Ngomongnya!"

"Ih beneran. Kalau kata bunda, menantu idaman."

"Nakal yah kamu, sukanya menggoda!"

"Yang penting di godain istri sendiri, daripada cewek lain--"

"Mau aku usir kamu?!"

"Jangan. Nggak mau jauh-jauh"

"Lebay."

Tooru berdehem. Hajime menatapnya heran, "Minum tuh."

"Bukan itu. Aku mau ngomong penting."

"Ya tinggal ngomong aja, segala ada intronya."

"Aku mau bilang.. bentar malam--" Tooru mendekati bibirnya di telinga Hajime, "Layani aku. Ini kewajiban istri untuk melayani suaminya usai menikah."

-----

To be continued..

Yahho! Kembali lagi dengan saya!^^

✿✿✿

Cerita ini terinspirasi dari kisah kedua orang tua penulis di saat keduanya belum menikah dan sesudah menikah.”

✿✿

_____________________

HEI! KAMU KOK BELUM FOLLOW AKUN MEDSOS SAYA?!

DI FOLLOW AYO! KONTEN RANDOM ANIME/FANFIC HAIKYUU SERING AKU BUAT LOH!
Instagram: @aldaa06__
Tiktok: @aldaa20_
Wattpad: aldaa20

Nggak temenan kita, kalau nggak di follow😏

JANGAN LUPA TAMBAHKAN KE FAVORIT #matchedhaikyuu DI TIKTOK!

-----

Publish, 24 Mei 2023.

JANGAN LUPA PENCET BINTANG YA!

Matched || Haikyuu Religi [ONGOING]Where stories live. Discover now