4. melelahkan

22 10 20
                                    

Pagi ini Aca kembali bersekolah setelah beberapa hari sakit. Gadis itu pindah sekolah bersama teman temannya. Kemarin ia bersekolah di SMA Harapan, lalu hari ini ia pindah ke sekolah sebelah yang masih satu kota dengan sekolah lamanya.

SMA Galaksi, sekolah elit yang hanya menerima siswa siswi berprestasi. Semua anak anak selalu terdiri dari kalangan kelas menengah sampai atas. Ada pula yang hanya murid biasa namun karena beasiswa mereka dapat masuk ke sekolah itu.

"Ini sekolahnya?" tanya Aca berdiri di depan gerbang sekolah barunya.

Ia berangkat bersama Gibran, Shiffa, Ajay, dan Bian. Gadis itu menatap gedung yang mewah tersebut dengan matanya yang biasa saja. "Ayo masuk," ujar Shiffa.

Mereka pun berjalan ke arah salah satu kelas yang berada di lantai dua. Langkah demi langkah, Anak Giganotosaurus itu menjadi pusat perhatian oleh banyaknya siswa siswi yang berada disitu.

"Kelas apa?" tanya Aca, ia berdiri di tengah-tengah antara Gibran dan Shiffa.

"Kelas 12 IPS 1." jawab Gibran.

Kemudian mereka berjalan menuju kelas yang sudah terlihat jelas di hadapan mata mereka.

Tok tok tok

Aca mengetuk pintu kelas itu dengan pelan dan sopan. "Eh, anak baru yang pindahan itu ya? Mari silahkan masuk." ucap seorang guru perempuan.

Lalu mereka pun masuk dengan gaya layaknya murid baru. "Silahkan anak anak, dengarkan yang ada dihadapan kalian sekarang. Silahkan, perkenalkan diri kalian." perintah guru itu.

"Maaf kalo kehadiran kita mengganggu dan maaf juga untuk ibu guru, kami datang terlambat karena salah satu teman saya mengalami sedikit kendala diperjalanan. Baik, perkenalkan nama saya Alura Carroline. Biasa dipanggil Aca oleh teman teman saya." tutur Aca dengan senyuman manisnya.

Gibran yang berada di samping Aca pun disenggol oleh Shiffa. Lelaki itu terlalu bermuka datar di depan orang lain. "Perkenalkan, saya Gibran Argantara. Biasa dipanggil Gibran." ucap lelaki itu cuek.

Kemudian Shiffa menyunggingkan senyumnya. "Perkenalkan juga, nama saya Ashiffa Maharani. Biasa dipanggil Shiffa." ujar gadis berambut sebahu itu ramah.

"Saya Zayyan Aji Praditya. Panggil aja Zay atau Ajay, tapi lebih seringnya sih Ajay." kata lelaki berambut sedikit panjang. Rambutnya yang sering menjadi bahan usilan para Giganotosaurus karena rambut lelaki itu sering tuing tuing ketika dirinya berlari maupun terkena angin.

"Salam kenal, saya Arbian Putra Marvelino. Panggil aja Bian." sahutnya.

Para kaum hawa berteriak kagum melihat ketampanan tiga pemuda itu. Hm, mereka memang sering menjadi idol dimanapun itu.

"Baik, apakah ada yang ingin bertanya?" tanya guru tersebut memberikan sedikit waktu untuk mengetahui identitas mereka.

Salah satu siswi sudah senyum-senyum sambil mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa dirinya ingin bertanya. "Lo udah ada cewek belum, Gib?" tanya cewek bername tag Dira.

Semua murid disana memusatkan pandangan pada Dira yang tak tahu malu itu. Gibran yang ditanya pun hanya bisa menjawab seadanya. Berbeda dengan Shiffa yang tersenyum miring karena pertanyaan seorang Dira itu terdengar tidak jelas.

"Lo tanya cewek? Cewek gue? Nih, dia pacar gue. Kenapa?" jawab lelaki itu sekenanya seraya merangkul Shiffa dengan lembut.

Jangan tanya reaksi Dira yang langsung terbungkam menahan malunya sampai ubun-ubun. Cewek itu memilih menyahut pelan seraya menatap Shiffa dengan sinis.

"Ehe, tenang aja belum jadian kok." ceplos Shiffa dengan gaya santainya.

Membuat Gibran menatap gadis itu sedikit datar. Tentu cukup membuat teman teman barunya menjadi takut. "Lo tuh ya! Gak usah masang muka tembok!" ketus gadis tersebut meraup wajah Gibran secara kasar.

Different people [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang