Datang

203 11 5
                                    

Sebuah mobil memasuki sebuah gerbang perumahan dan berhenti di salah satu rumah besar, seorang kepala keluarga, istri, dan tiga anaknya keluar dari mobil itu.

"jadi ini rumahnya?" tanya anak paling tua sembari menatap kedua adiknya.

"lumayan besar juga." sahut anak kedua.

"tapi nggak sebesar di semarang sih." lanjut anak terakhir.

"kalian gamau masuk rumah, yaudah jadi satpam aja sana." ucap Daddy mereka sembari menutup pintu, dengan cepat ketiga pemuda itu berlari masuk ke dalam rumah, untung nggak beneran di kunci.

Perkenalkan, mereka adalah Keluarga Adiyaksa, keluarga yang baru saja pindah dari Semarang kesini, karena beberapa hal mereka harus pindah dan menetap disini seterusnya.

Donghae Adiyaksa si kepala keluarga dengan Irene Adiyaksa sebagai istrinya, belum lagi keluarga mereka tambah ramai dengan tiga anak yang kelakuannya rada-rada, si kembar Jeno Adiyaksa dan Eric Adiyaksa, serta Jake Adiyaksa yang semakin melengkapi keributan keluarga ini.

Sekarang mereka berada di rumah baru yang dipilih oleh Donghae karena pria itu di pindah tugaskan ke tempat ini, jadi mereka ajak seluruh keluarganya untuk pindah kesini juga dari semarang.

Ketiga pemuda tampan itu masuk ke rumah, sedikit kagum dengan keadaan rumah yang masih baru, kayaknya Donghae bener bener mempersiapkan rumah ini untuk rumah mereka yang baru.

"ini kunci kamar kalian, nggak usah rebutan, masing-masing udah punya sendiri." ucap Donghae sembari memberikan kunci pada ketiga pemuda itu, kuncinya ada inisial masing-masing, cuma beda warna buat Jeno sama Jake karena inisial mereka sama.

"dari kunci aja udah terbukti bang." ucap Jake membuat Jeno memiringkan kepala bingung.

"iya, dari kunci udah kelihatan kalau gue itu malaikat dan lo iblisnya." nggak salah sih, punya Jeno itu kuncinya warna hitam, sedangkan punya Jake putih, habis bilang gitu Jake langsung kabur, takut di geplak, sedangkan Eric yang dari tadi nonton cuma ketawa ngakak.

Eric jalan ke arah kamarnya, sedikit terpana dengan keadaan kamarnya, ini sama banget sama kamar yang ada di rumah semarang, Daddynya bener bener nyiapin semua ini sih demi mereka mau pindah.

Emang ketiga pemuda itu gamau sih pindah awalnya, apalagi Eric, dia nggak mau ketemu sama orang baru, takut buat bersosialisasi padahal dia sendiri nggak pernah bersosialisasi waktu sekolah di Semarang.

Hingga akhirnya dengan banyak cara mereka mau buat pindah kesini, dan mungkin ini adalah hadiah dari Donghae buat mereka.

"oke Eric, ayo jalani hidup baru di tempat ini." gumamnya kemudian berbaring di kasurnya setelah itu tertidur.

Beda lagi sama Jeno, dia mandi dulu sebelum nyentuh kasur, dia juga kaget sama kayak Eric waktu ngelihat kamarnya, agak heran kenapa Donghae bisa hapal banget tata letak di kamarnya, dari tempat gitar kesayangannya sampai posisi tidurnya yang kebalik, emang terbaik Donghae tuh.

Kalau Jake, dia nggak terlalu kaget karena dari awal kamar tidurnya nggak ada yang spesial, tapi dia seneng karena ada balkon di kamarnya, jadi bisa ngeteh sambil menikmati pemandangan luar nih, bakalan betah sih Jake disini.

Ngomong-ngomong soal Donghae, pria paruh baya itu pindah kesini juga dengan alasan yang jelas, dan itu ada hubungannya dengan penurunan warisan, apakah itu? ya kalau udah baca cerita sebelah pasti tahu sih itu apa.

"anak-anak udah kamu daftarin sekolah kan?" tanya Irene pada sang suami, mereka habis nata kamar, dan rencananya Irene mau buat makanan untuk para tetangga, untuk perkenalan gitu.

"udah dong, aku udah bilang ke Jin, besok aku sama Jeno mau kesana lihat sekolah." jelas Donghae, Irene mengangguk paham.

"yaudah, ayo bantuin aku bikin bingkisan." ajak Irene, Donghae mah ikut-ikut aja, dia juga bantuin kok, bantu makan tapi.

To Be Continue

pikiran beneran kacau, tapi coba buat nyelesain semua, apalagi aku juga gabisa online dan jadwalnya jadi mundur parah, beneran kacau banget padahal aku udah seneng banget awalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pikiran beneran kacau, tapi coba buat nyelesain semua, apalagi aku juga gabisa online dan jadwalnya jadi mundur parah, beneran kacau banget padahal aku udah seneng banget awalnya.

thanks yang masih mau membaca cerita ini dari awal walaupun udah baca sebelumnya sampai seterusnya.

By : RA.

Blok BCDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang