Sembilan

111 12 3
                                    

•Tandai Typo•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Tandai Typo•

Selama diperjalanan kedua remaja itu tak ada yang bersuara sedikit pun. Rafael sibuk menyetir sedangkan Raya diam melamun. Gadis itu baru ingat jika sekarang ia tak akan pulang lagi ke rumahnya. Gara-gara itu tadi nekat pesan ojek online. Dan sekarang Raya merasakan canggung.

Rafael sendiri terlihat biasa-biasa saja. Senyum tidak, datar pun tidak. Cowok yang masih mengenakan jersey futsal itu sepertinya sedang memikirkan sesuatu hal.

Hingga keduanya pun kembali tenggelam dalam keheningan.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan yang lumayan macet, mereka tiba di sebuah hotel. Namun rupanya itu bukanlah hotel melainkan sebuah gedung apartemen. Interior luarannya lumayan mewah. Karena terlalu fokus melihat bangunan itu, Raya tak sadar jika Rafael sudah turun dan kini cowok itu mengetuk jendela disampingnya.

"Turun."

Dengan tergesa gadis itu segera membuka pintu mobil dan kemudian turun.

Ketika sudah berada diluar, Raya tersenyum canggung. Lalu membantu menurunkan koper yang berada di jok belakang. Satu hal yang baru ia sadari, koper ini dari kemarin berada didalam mobil.

Kaki mungil itu mengikuti langkah badan tegap didepannya. Dengan sedikit kesulitan, Raya membawa koper itu menaiki beberapa anak tangga yang terdapat didepan gedung itu. Tinggal satu anak tangga lagi, namun ada tangan lain yang mengambil alih kopernya. Ia mendongak dengan raut sedikit terkejut.

"Lama banget lo."

Tersadar dari keterkejutannya, Raya pun meringis kecil.

Dengan mudah, Rafael membawa koper itu. Setelah melewati lobby, mereka berjalan menuju lift.

Tak banyak hal yang dilakukan olehnya, ia hanya terus mengekori kemana cowok itu melangkah. Lalu tak terasa lift itu telah sampai di lantai dua. Rafael keluar terlebih dahulu, lalu keduanya mulai menyusuri lorong yang terdapat beberapa kamar disana.

Sampailah didepan sebuah kamar. Terlihat Rafael memasukkan beberapa angka acak untuk membuka pintu tersebut. Setelah pintu terbuka cowok itu langsung masuk, tak lupa dengan koper miliknya yang masih dia bawa.

Dengan langkah pelan, ia menyusul memasuki kamar itu.

Manik coklat itu menelusuri setiap sudut ruangan. Dalam hatinya merasa kagum karena ruangan itu terlihat rapih dan bagus. Raya pun kembali ke alam sadarnya karena suara dari seseorang didepannya.

"Pintu kiri itu kamar gue, lo pake yang sebelah kanan." Ujar cowok itu sambil melihat kearah dua ruangan yang bersebrangan.

Ia mengangguk paham kemudian sedikit menyingkir ketika Rafael membuka kunci pintu yang berada dibelakangnya.

"Setelah ini terserah lo mau ngapain. Tapi jangan berisik."

Kemudian dia berlalu kearah ruangan belakang. Iapun meraih kopernya lalu dibawanya masuk kedalam kamarnya. Tak ada acara melamun, Raya segera membongkar koper itu.

Ia melihat kearah almari yang berada disudut ruangan. Tanpa pikir panjang ia masukkan semua pakaiannya kesana. Beberapa saat Raya fokus dengan pekerjaannya itu.

***

Tak terasa waktu sudah berganti sore. Dua manusia yang berada di satu ruangan yang sama itu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Setelah selesai membereskan barang-barangnya, Raya sama sekali belum keluar kamar. Gadis itu terlihat asik menuliskan sesuatu disebuah note kecil bewarna biru.

Sang empu tersenyum menatap selembar note yang kini telah tertempel di dinding depan meja belajarnya.

Aku percaya kalau jalan yang telah Tuhan tentukan nggak akan salah. Nggak boleh sedih!
Katanya mau bikin ibu bangga :"

Kira-kira seperti itulah kata-kata yang Raya tulis. Maklum jika aneh, dia memang tak pandai merangkai kata-kata kiasan layaknya seperti seorang penulis.

Memandangi sebentar note itu, diapun memutuskan untuk keluar dari kamar. Sepi, itulah keadaannya sekarang. Matanya tertuju ke dapur. Langkah kakinya membawanya kesana. Gadis itu terdiam didepan kulkas.

Krukk

Tangannya langsung memegang perutnya. Rasa lapar menyerangnya. Tapi, disana tidak terlihat satupun makanan. Mungkin saja didalam kulkas itu ada, namun dirinya tak berani untuk lancang membukanya. Padahal buka tinggal buka aja.

Lalu suara dari arah belakangnya membuatnya sedikit terkejut. Raya menolehkan kepalanya, disana ada Rafa. Cowok itu sudah terlihat rapi, sepertinya akan pergi.

Gadis itu sedikit memundurkan langkahnya ketika Rafa membuka pintu kulkas. Ia mengambil bottle berisi air putih. Tak langsung pergi, Rafa melihat kearahnya.

"Gue mau pergi, lo bebas ngapain aja."

Raya mengangguk, setelah itu Rafa beranjak dari sana. Namun dengan cepat dia berujar sesuatu.

"Rafa, boleh enggak minta mie yang ada di kulkas?"

Tanpa menoleh, cowok itu menjawab. "Terserah."

***

Setelah sekian abad akhirnya balik wkwk
Btw si Rafa cuek amat yak 😭

RAFRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang