Bab 5 - Tunagan William

6.7K 823 18
                                    

"Kamu juga nggak bisa sembunyiin kondisi kamu terus menerus, Lun. Lagi pula aku yakin, Lisa juga pasti tidak akan menghakimi kamu. Kita semua sayang sama kamu, Lun..." ucap Shafa dengan penuh pengertian.

Luna memikirkan perkataan Shafa. Apa iya dia harus melakukannya? Jika tidak, bagaimana nanti dia akan bertahan? Untuk saat ini, mungkin hanya Lisalah harapan Luna. Mungkin setelah melahirkan nanti dirinya akan bisa mencari pekerjaan baru yang lebih bagus. Ya, semua ini hanya sementara, bukan? Tak ada salahnya mencoba, daripada dia harus jatuh di tangan William Robbinson.

Pada akhirnya, Luna menganggukkan kepalanya. Dia bertekad bahwa akan melakukan apa saja untuk mempertahankan bayinya. Ya, apa saja...

*****************

Bab 5 – Tunangan William




"Aku masih nggak habis pikir, Lun. Bagaimana bisa kamu ngelakuin ini? Kamu kan bukan cewek bodoh!" entah sudah berapa kali Lisa mengomentari diri Luna. Hal tersebut sempat membuat Luna tidak nyaman. Selama hidupnya, Luna tidak pernah dikomentari miring seperti cara Lisa mengomentarinya. Seolah-olah temannya itu kini sedang menghakimi pilihannya menjadi ibu tunggal.

Ya, memang seperti itulah Lisa. Berbeda dengan temannya yang satu lagi, Mona, yang mungkin akan memiliki pemikiran terbuka seperti Shafa.

"Menjadi ibu tunggal itu butuh persiapan. Apalagi kamu kan tinggal di Indo, Lun. Sekarang lihat, kamu sendiri kan yang susah. Bahkan orang tuamu saja nggak mau nerima bayimu," Lisa membuka suaranya sekali lagi.

Luna menjadi semakin tak enak dibuatnya. Padahal, dia memberanikan diri mengungkapkan keadaannya dan juga apa yang dia alami pada Lisa agar Lisa mengerti dirinya dan mau membantunya, bukan malah membuatnya kecewa seperti sekarang ini.

Lisa akhirnya menghela napas panjang, lalu dia berkata, "Walau aku kurang suka sama keputusan kamu, tapi kamu tetap temanku. Aku Cuma bisa bantu ini. Kamu bisa bekerja di sini, meski begitu, aku enggak bisa mengistimewakan kamu diantara para pegawaiku yang lain."

Luna tersenyum senang dengan keputusan Lisa tersebut. "Makasih, Lis... itu sudah cukup buat aku," ucap Luna dengan penuh rasa syukur.

Akhirnya, untuk pertama kalinya Luna mendapatkan pekerjaan. Luna mulai mencoba untuk berpikir positif dengan kondisinya sekarang. Mungkin dengan kondisinya saat ini, membuatnya dapat menjalani kehidupan yang lebih berarti.

Seperti contohnya saja, dalam hidupnya, dia tidak pernah kesulitan uang, namun sekarang, dia memiliki tujuan untuk menambah tabungannya demi bayi yang kini sedang bergantung kepadanya. Hal tersebut membuat Luna merasa lebih dewasa daripada sebelumnya.

Dengan bahagia, dia menghela napas panjang, mengusap lembut perutnya dan merasa lega. Setidaknya, dia memiliki pekerjaan sekarang, dia bisa bertahan hidup tanpa orang tuanya, dan William, pria itu tidak akan meremehkannya...

****

William baru saja menyelesaikan rapat onlinenya. Dia masih belum bisa kembali ke Inggris karena masih harus mengurus tentang Luna. Sialan perempuan itu, William masih tak habis pikir, bagaimana caranya agar dia bisa meyakinkan Luna untuk menggugurkan kandungannya?

Keinginan William tersebut sudah mutlak. Bukan karena dia tidak ingin memiliki bayi, namun karena bayi yang dikandung Luna adalah sebuah kesalahan. William memiliki rencana hidup, dia memiliki kehidupan pribadi, kehidupannya sudah teratur seperti yang dia inginkan, namun, karena kesalahan tersebut, dia harus membereskannya hingga seperti sekarang ini. William hanya tak ingin jika suatu saat, Luna dan bayinya datang kemudian mengacaukan keteraturan dalam kehidupannya.

LALUNA (Pregnant with Stranger)Onde histórias criam vida. Descubra agora