Sinopsis:
Anak kedua dari tiga bersaudara.
"Sebagai adik, contoh kakak kamu."
Kenapa?
Kenapa harus selalu aku yang mengalah?
"Adik kamu sakit, Renza ngalah, ya? Kamu kan sehat."
Karena aku seorang adik yang kalah jauh dari kakaknya? Atau karena aku...
Lalu Jeno yang melihat senyum manis Renza hanya terbatuk pelan, sambil menutupi mulutnya. "Hmm, bukan apa-apa. Lagipula itu hanya makanan sisa kemarin yang tidak habis, jangan salah paham."
Sebenarnya Renza ingin kesal karena kata-kata Jeno sangat menyebalkan. Tapi Renza sadar, mana mungkin Jeno memberikan makanan sisa padanya. Apalagi, di lihat dari tampilan pun, cake dan macha itu bukan makanan sisa.
"Terimakasih untuk makanan sisanya."
Renza mulai melahap cake itu dengan tenang, hingga Jeno membuka obrolan. "Seingat ku, kau pernah bilang suka main piano karena di ajari Bunda, kan?"
Jeno masih ingat?
"Iya."
Benar, Renza belajar bermain piano dari Bunda Yuna, ibunya Jeno.
Awal mulanya sekitar satu tahun lalu. Waktu itu Renza melihat Bunda Yuna sedang memainkan sebuah piano yang tampak sudah tua di sudut ruangan. Dulu Renza kira piano itu rusak dan Bunda tidak berniat membuangnya, karena benda itu terus di tutupi kain putih dan tampak tidak pernah di sentuh.
Setiap kali Renza berkunjung ke panti dan menanyakan tentang piano itu, Bunda hanya tersenyum dan bilang, "Biarkan saja tetap di sana."
Renza tidak pernah melihat Bunda menyentuh piano. Hingga tahun lalu di pertengahan musim panas pada bulan Agustus, Renza melihat Bunda memainkan benda itu untuk pertama kalinya.
Alunan lagu yang Bunda mainkan, adalah lagu yang sama dengan yang Jeno mainkan tadi.
River Flows In You.
Lagu yang indah. Dan Renza dengan semangat meminta Bunda untuk mengajarinya.
Namun saat itu, nada lagu Bunda jauh lebih sendu ketimbang lagu aslinya sendiri.
Bunda bilang, ia tengah merindukan seseorang. Karenanya Bunda memainkan piano itu untuk mengobati sedikit rasa rindunya, karena sosok itu sering memainkan piano di sudut ruangan panti.
"Katanya, Bunda sedang merindukan seseorang." Ucap Renza. Entah hanya perasaan nya, tapi Renza bisa melihat tubuh Jeno sedikit menegang kaku dengan mata meredup.