1. One Day-Month-Year Old

502 52 10
                                    

One day old Jihan.

Jihan lahir di saat dunia tengah merayakan ulang tahun seorang musisi yang terkenal dengan nama Jefran of AMOR. Seluruh media sosial dipenuhi oleh berbagai tagar ucapan selamat ulang tahun yang sengaja dinaikkan oleh massa. Di balik itu semua, tak ada yang tahu jika si pemilik hari baru saja menerima hadiah terbaiknya.

Anak kedua Ayah lahir ke dunia pada pukul 04.23 dini hari setelah Bunda merasakan kontraksi selama tiga belas jam. Saat itu, setelah bunda dan bayi dinyatakan sehat dan telah dipindah ke ruang inap biasa, ada banyak orang di sana. Ada Oma dan Opa—orang tua Ayah—, semua anggota AMOR (Om Reygan, Oom Ezra, Om Naka, dan Om Marven), serta Om Yasa—kakak laki-laki Bunda—yang datang seorang diri karena istrinya harus menemani putri mereka yang masih terlelap di rumah. 

Jika kalian bertanya di mana Abang Aska, ia masih tidur di rumah bersama asisten rumah tangga yang menemani. Saat itu Abang masih berusia lima tahun, ia belum memahami jika sejak kemarin Bunda sakit perut karena kontraksi menjelang lahiran. Sejak pulang sekolah kemarin, Abang dialihkan perhatiannya oleh Oma dan Opa agar tidak rewel.

Mereka semua yang ada di ruang inap Bunda untuk merayakan kehadiran bayi perempuan mungil. Bukan tanpa alasan, kehadiran Jihan dianggap sebagai pelangi setelah duka yang menyelimuti Agnibrata sekeluarga. Satu tahun sebelum Bunda mengandung Jihan, Bunda sempat mengalami kematian janin pada bayi kembar identiknya yang masih di dalam perut.

Abang akhirnya datang setelah Ayah menjemputnya di sekolah. Awalnya Abang menangis karena mengetahui perut Bunda tak lagi besar. Usai diberi penjelasan jika adiknya telah lahir, Abang semakin menangis, tetapi tenang, itu bukan bentuk kesedihan. Abang merasa ... kaget dan senang secara bersamaan, mungkin?

Ketika di rumah sakit hanya menyisakan Ayah dan Abang yang menemani Bunda serta Jihan, Abang tidak sedetik pun menjauh dari Jihan yang saat itu hanya bisa tidur dan menyusu. Bahkan ketika disuapi makan oleh Ayah pun, Abang tetap ingin sambil menatap adiknya yang masih sangat kecil itu. Di kepalanya ada banyak pertanyaan yang beberapa di antaranya ia suarakan kepada Ayah dan Bunda.

“Ayah, Dede mimpi apa, ya?”

“Bunda, Bunda, Dede bisa berenang?”

“Ayah, kapan Dede berangkat sekolah sama Abang?”

“Dede, jangan tidur mulu, dong. Coba lihat Abang, ini Abang lagi minum yogurt. Dede mau ndak? Kata Om Naka, uueeenaaakk puuoool, hihi!”

“Ayah, Bunda, poop-nya Dede kok warna hitam?!”

Terkadang Ayah sampai harus menutup mulut Abang jika Jihan tersentak dari tidurnya karena pekikan terkejut Abang. Terlebih saat Jihan menangis, Abang ikut panik, padahal Jihan hanya ingin mengeluh jika ia lapar.

———

One month old Jihan

Saat itu, Jihan baru saja mendapatkan imunisasi di dua pahanya masing-masing. Bayi satu bulan itu tertidur pulas saat ia, Bunda, Ayah, dan Abang sampai di rumah. Ayah kembali pergi ke kantor agensi karena pekerjaannya yang belum selesai.

“Bunda, tidurin Dede di sini boleh, ndak?” tanya Abang menunjuk kasur lipat di atas karpet ruang tengah lantai dua.

Bunda yang menggendong Jihan menghampiri Abang. “Tapi Abang tungguin Dedenya sebentar mau? Bunda mau angkat cucian dulu.”

Abang mengangguk. “Abang sambil susun puzzle!”

Mereka berdua akhirnya sepakat. Jihan masih terlelap ketika Bunda sudah turun ke halaman belakang, dan Abang yang baru mengambil puzzle bergambar Minions. Abang sesekali melirik Jihan, memastikan bayi itu masih menjelajahi mimpi.

Little JihanWhere stories live. Discover now