🦢Azura Varlofen🦢

205K 7K 39
                                        

✒.Happy Reading!

"Nih."

Azura menaikkan satu alisnya begitu Sonya-sahabatnya-tiba-tiba meletakkan sebuah novel dengan sampul ungu estetik, bergambar perempuan berambut cokelat dengan bayangan sosok lelaki tinggi di belakangnya. Azura membaca judul novel itu dalam hati.

I'm Yours?

"Novel terbaru gue. Gue mau lo jadi orang pertama yang baca ini sebelum PO minggu depan."

Azura mengangguk. Tangannya terulur, mengambil novel itu. Ia membalik buku dan membaca prolog di bagian belakang.

Senyum miring terbit di bibirnya. Untuk pertama kalinya, Azura tertarik pada karya buatan Sonya.

"Thanks, Son."

Sonya mengangguk lalu tersenyum. "Gue tunggu pendapat lo, Ra."

"Pasti."

Keduanya larut dalam obrolan santai hingga sore menjelang. Azura melirik jam tangan di pergelangan, lalu menatap Sonya yang sedang meminum minumannya.

"Udah sore. Gue balik dulu," ucap Azura, bangkit sembari meraih tas selempangnya.

"Hati-hati, Ra. Jangan lupa, pendapat lo penting banget buat karya gue selanjutnya."

Azura mengangguk. Setelah berpamitan, ia melangkah keluar dari kafe. Begitu sampai di luar, langit senja yang indah langsung menyambutnya.

Mobil merah milik Azura melaju membelah jalanan yang cukup padat sore itu, mengingat ini adalah jam pulang kantor dan sekolah. Untungnya, hanya butuh 20 menit untuk sampai ke rumah yang berada di salah satu perumahan mewah.

"Zura pulang."

Azura berjalan ke dapur, mengikuti suara grasak-grusuk dari sana. Ternyata, Mama-Lova-sedang memasak, dibantu Mbak Fani.

"Mama masak apa?"

Lova menoleh, terkejut melihat putrinya muncul tiba-tiba. Azura terkekeh.

"Zura! Ngagetin Mama aja!" Lova memukul tangan Azura dengan spatula, membuat gadis itu mengaduh.

"Sakit, Ma!" Azura mengerucutkan bibir, sementara Lova mendengus.

"Siapa suruh ngagetin Mama. Sana ke kamar, mandi yang bersih. Habis itu turun buat makan malam."

"Papa sama Bang Zo udah pulang, Ma?"

Lova menggeleng. "Paling sebentar lagi. Gih, mandi dulu... bau!"

"Oke, MaLov." Azura mencium pipi ibunya lalu kabur secepat kilat sebelum sang Mama berubah jadi macan betina.

"AZURA VARLOFEN!"

Azura tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan kesal dari ibunya.

Sesampainya di kamar, Azura membuka pintu, meletakkan tas selempang dan novel di atas kasur, lalu masuk ke kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian, Azura keluar dengan wajah segar. Ia mengeringkan rambut dengan handuk sebelum menggunakan hair dryer.

Matanya melirik ke arah novel I'm Yours! yang tergeletak di atas kasur. Dengan penasaran, ia duduk di pinggir ranjang, mengambil novel itu dan mulai membacanya. Ia larut dalam cerita, lupa akan niatnya untuk mengeringkan rambut.

Sampai di pertengahan buku, tiba-tiba terdengar suara Lova dari lantai bawah yang memanggil untuk makan malam. Dengan berat hati, Azura menandai halaman terakhir yang dibacanya, menutup buku, lalu turun.

Di meja makan, semua anggota keluarga sudah berkumpul. Lova, Fendi-Papanya-dan Zoile-abangnya-sudah duduk manis.

"Malam semuanya." Azura duduk di samping Zoile.

"Malam."

Makan malam keluarga Varlofen berlangsung dalam keheningan. Setelah makan, Mbak Fani mengambil semua piring kotor dan menggantinya dengan dessert cake stroberi-kesukaan si bungsu, Azura.

"Zura, bagaimana kuliah kamu?" tanya Fendi sambil menyendok cake.

Azura mengangguk-angguk setelah menelan suapannya. "Lancar, Pa."

"Sebentar lagi ulang tahun kamu yang ke-21. Mau minta hadiah apa, sayang?"

Azura terdiam. Sebenarnya, ia punya satu keinginan, tapi tak yakin ayahnya bisa mengabulkannya.

Akhirnya, ia hanya menggeleng sambil tersenyum. "Zura terserah Papa aja."

Kini giliran Fendi yang diam. Tatapannya sendu tertuju pada putrinya. Ia tahu keinginan Azura: pindah jurusan. Saat ini, Azura kuliah di jurusan Kedokteran-bukan pilihannya, melainkan keinginan Oma Dessy, ibunya Fendi.

Dessy yang tinggal di Amerika, sudah lama sakit-sakitan. Ia pernah berkata pada Fendi bahwa ia ingin Azura menjadi dokter.

Padahal, Azura awalnya ingin masuk jurusan desain. Ia senang mendesain gaun-gaun cantik. Tapi demi permintaan sang Oma, ia mengalah.

"Maafin Papa, Ra," lirih Fendi dengan kepala tertunduk.

Azura bangkit, menghampirinya, dan tersenyum.

"Pa," ucapnya sambil memegang pundak ayahnya. Fendi menoleh, menatap wajah anak gadisnya.

"Papa nggak usah minta maaf, ya. Zura nggak apa-apa kok," ujarnya, berusaha menenangkan. Tapi senyum putrinya justru makin menggores hati Fendi.

Ia menarik Azura ke dalam pelukan dan menangis. Lova dan Zoile terdiam. Tangis Fendi adalah sesuatu yang langka.

Azura menepuk-nepuk punggung ayahnya.

"Papa nggak salah. Ini pilihan Zura sendiri. Keputusan yang Zura ambil sendiri, dan Zura akan menyelesaikannya sampai akhir."

Setelah makan malam, Azura kembali ke kamarnya. Ia duduk bersandar di headboard, memegang novel I'm Yours! yang belum selesai dibaca.

Ia membuka halaman terakhir yang ditandai, lalu melanjutkan membaca. Tepat pukul 02.00, Azura menyelesaikan halaman ke-215.

Ia menguap lebar, matanya mulai berat. Novel itu ia letakkan di atas nakas samping ranjang, lalu merebahkan tubuh.

Belum satu menit memejamkan mata, Azura merasa kesulitan bernapas. Ia terengah-engah, seperti baru selesai marathon, tapi matanya tetap tertutup. Ia tidak bisa membuka mata. Nafasnya tak terkontrol, lalu...

Sebuah getaran hebat mengguncang tubuhnya.

Satu tetes air mata jatuh membasahi telinganya.

Tolong...

🌻BERSAMBUNG--

Azura Varlofen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Azura Varlofen

jangan lupa buat vote dan komen ya guys! Karena vote dan komen kalian itu berarti banget buat aku lanjutin cerita ini dan jadiin aku semangat buat up bab baru😽

Gimana nih prolognya?

Babaiii👋🏻 Sampaii jumpa lagi!

Publik, 12 November 2024.

Revisi, 11 Juli 2025.

I'm Yours! || Transmigrasi (End)✔Where stories live. Discover now