16.Brother

477 39 0
                                    

"Mark, kau akan memiliki seorang adik."

Mark yang saat itu masih kecil, menatap sang ibu dengan tatapan yang polos. "Eung? Adik?"

Sang ayah mengangguk. "Ne, Mark akan menjadi seorang kakak."

Mark memajukan bibir bawahnya. "Tapi, Mark tidak ingin memiliki adik. Eomma, Appa..."

"Wae?"

"Nanti, Eomma dan appa tidak menyayangi Mark lagi."

Kedua orang tuanya tertawa kecil. Mark kecil menunduk sambil memainkan jemarinya yang mungil.

Sang ibu mengelus rambut Mark. "Siapa bilang Eomma dan appa tidak akan menyayangi mu lagi, hmm? Eomma dan appa akan selalu menyayangi, Mark."

"Itu benar. Kau tetaplah anak pertama kami, sayang."

"Benarkah?" Mark mengangkat kepalanya menatap sang ayah.

Sang ayah mengangguk. "Tentu saja. Mark inginkan memiliki adik?"

Mark mengangguk semangat. "Iya!! Aku tidak sabar menunggu adik ku lahir. Nanti setelah dia lahir aku akan bermain bersamanya, menemaninya belajar, dan melakukan apapun yang seru bersama adik!!"

Sang ibu tersenyum lembut. "Jadilah, kakak yang baik untuk adik mu, sayang..."

***

Haechan menatap sekeliling rumahnya yang sepi. Dia menatap Minju yang berada di belakangnya.

"Noona, Mark Hyung kemana? Kenapa rumah sepi?"

"Mark masih berada di kantor. Nanti dia juga pasti pulang."

Minju mengantarkan Haechan ke kamarnya. Haechan menatap kamarnya dengan mata berbinar.

"Noona yang membersihkan kamar ku?"

"Tentu saja. Kamarmu sangat bersih, jadi Noona hanya membersihkan yang kotor saja."

"Haechan lapar? Mau Noona buatkan makanan?"

Haechan menggeleng pelan. "Tidak, Haechan masih kenyang."

"Ya sudah, Haechan istirahat saja ya? Besok Haechan tidak usah sekolah dulu."

Haechan mengangguk. Minju pun segera pergi dari kamar Haechan setelah menutup pintu kamar anak itu dengan pelan.

Haechan merebahkan dirinya di kasur kesayangannya. Tak lama matanya terpejam begitu saja.

***

Malam harinya, Haechan terbangun dan pergi ke bawah untuk mengambil makanan. Haechan berjalan kearah dapur.

Disana ada Mark yang sedang makan sambil melamun. Haechan awalnya ragu untuk menghampiri meja makan, tapi karena perutnya yang sudah lapar akhirnya dia memberanikan dirinya.

Aku Sayang Hyung Where stories live. Discover now