20.Accident

427 40 2
                                    

"RENJUN, JENO, JAEMIN!!!"

Renjun yang sedang membaca buku tersentak kaget saat mendengar teriakan Haechan yang nyaring. Sementara Jeno sudah mengumpat dan Jaemin yang mengusap dadanya.

Renjun menatap Haechan yang sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan tajam. Sementara si beruang itu hanya tersenyum polos.

Haechan berjalan dengan santainya menuju ketiga temannya.

"Chan, bisa tidak memanggil nama kami tanpa berteriak seperti orang gila?"

Haechan menyengir dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe, mian..."

Jaemin melirik paper bag yang Haechan pegang. "Itu apa?"

Haechan tersenyum, dia memberikan isi paper bag itu kepada tiga temannya. Itu gelang yang ia beli semalam bersama Minju.

Renjun menatap gelang itu dengan mata yang berbinar dengan mulut terbuka yang membentuk huruf o kecil.

"Wahh. Neomu kyeopta..."

"Kalian menyukainya?"

Ketiganya serentak mengangguk. "Gomawo, Haechan~ah."

Jeno melirik paper bag Haechan yang ternyata masih tersisa satu gelang lagi.

"Eoh? Itu ada gelang subak, punyamu?"

"Bukan, punyaku yang ini," Haechan mengangkat pergelangan tangannya yang sudah memakai gelang bermotif beruang.

"Jadi, itu punya siapa?"

"Mark Hyung."

"Kenapa kau tidak memberikannya?" Renjun memakai gelang bermotif rubah itu. Gelang cantik itu sangat cocok di pergelangan tangannya yang kecil.

Haechan menunduk. "Aku takut, dia tidak menyukainya dan akan membuangnya."

"Hei. Kenapa kau bilang seperti itu? Kau tidak akan tau bagaimana reaksinya sebelum kau memberikan gelang itu pada Hyung mu."

"Renjun benar. Aku tau, Hyung mu membenci mu, Haechan. Tapi, dia tidak akan setega itu untuk membuang hadiah dari adiknya."

"Apa kau pernah memberikannya hadiah? Dan apakah Mark Hyung membuang hadiah yang kau berikan?"

Haechan mengangkat kepalanya, menatap Jeno. "Aku selalu memberikannya hadiah saat dia ulang tahun. Dia mengatakan jika dia tidak menyukainya, tapi... Aku tidak pernah menemukan hadiah itu berada di tempat sampah."

Jaemin mengelus rambut Haechan. "Mark Hyung masih memiliki hati nurani. Aku tau, dia menyukainya hanya saja dia gengsi untuk mengatakannya. Berikan saja gelang ini padanya saat pulang sekolah nanti."

Haechan mengangguk. "Arraseo, aku akan memberikannya nanti."

Renjun dan Jeno kembali sibuk pada kegiatan yang mereka lakukan tadi sebelum Haechan datang.

Renjun kembali membaca bukunya dan Jeno yang kembali bermain game di ponselnya. Sedangkan Jaemin masih menatap gelang yang diberikan Haechan dengan kagum. Haechan melirik Jaemin sebelum akhirnya mendekati pria itu.

Haechan duduk di sebelah Jaemin. "Jaemin~ah, nanti temani aku ke rumah sakit, ya?" Bisik Haechan tepat di telinga Jaemin.

Tanpa bertanya, Jaemin segera mengangguk.

***

Haechan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, dia berjalan menunduk dengan kakinya yang sibuk menendang batu kecil yang menghalangi jalannya.

Jaemin yang berada di sebelahnya, menghela nafas. Dia merangkul Haechan. "Sudahlah, jangan sedih seperti itu."

Haechan menoleh sebentar lalu kembali menunduk. "Bagaimana caranya untuk aku tidak sedih? Siwon Ahjussi yang mengatakannya sendiri padaku."

Aku Sayang Hyung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang