09: Pingin Nikah

1.4K 125 21
                                    

"Seandainya kamu bukan jodohku, aku akan berdo'a supaya kamu menjadi jodohku."
-Ramawijaya-

" -Ramawijaya-

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Yah, Fis. Rama mau ngomong," ujar Rama, lantas atensi dua laki-laki tersebut terarah kepadanya.

"Omong apa Ram?" jawab Rendi siap mendengarkan.

"Reva, sekarang udah besar Yah. Rama minta pengertian Ayah dan Rafis mengenai masa pubertas gadis kita itu. Dia malu kita tau tentang hal pribadinya, kita memang satu rumah. Tapi Rama minta, tolong mulai sekarang jangan bertanya tentang hal pribadinya Reva, apalagi masalah perempuan. Kalau dia nanya ke kita, baru kita jelaskan. Masalahnya dia kelihatan malu sekali menanggapi pertanyaan dari kita yang laki-laki ini." Rama sesekali menoleh ke arah pintu takut Reva mendengar.

"Hal pribadi, maksudmu Mas?" Rafis menanggapi ucapan Rama.

"Harus banget Mas jelasin? Kamu kemarin pernah nanya 'kan sama Reva tentang menjemur BH. Harusnya nggak perlu kamu tanyakan lah Fis. Peka dikit lah, anak perempuan loh. Jemur begituan pakai ditanya." jelas Rama menepuk paha Rafis.

"Emang dia udah pakai begituan?" tanya Rafis polos.

Rendi menepuk paha Rafis. "Adikmu udah SMP. Wajar saja kalau udah pakai dalaman itu."

"Tau nih Yah, nggak peka banget jadi abang." sambung Rama.

"Memangnya ada apa dengan Reva, Ram? Ayah liat, dia murung saja sejak tadi." Rendi menatap anak sulungnya.

"Reva lagi datang bulan Yah-"

"Hah?!" Rafis terkejut.

"Alhamdulillah." ucap Rendi menengadahkan tangannya, bersyukur.

"Sekian lama Ayah kawatir. Reva udah tigabelas tahun tapi belum datang bulan, akhirnya sekarang dia sudah mengalami juga. Woah ... lega sekali anak-anak!" Rendi merangkul bahagia pundak Rafis dan Rama.

"T-tapi kejadian datang bulan pertama Reva di sekolahan Yah. Kayaknya terus tembus, pulang-pulang dia udah nangis, Rama kasian. Kasian nggak tau harus berbuat apa, dia nggak mau cerita banyak. Kita harus gimana ya Yah, biar Reva happy lagi?" tanya Rama terlihat bimbang.

"Hmm, seharusnya tidak perlu malu. Harusnya Reva seneng bisa menstruasi." timpal Rendi.

"Tapi 'kan bocor di sekolah Yah, malu lah tuh bocah." sebut Rafis.

"Sudahlah, kita berlaga seakan tidak tau tentang ini semua. Ayah yakin, Reva akan membaik sebentar lagi, dia itu anak ceria." ujar Rendi.

"Panggilin Reva, Fis. Ajak nyantai di sini." titah Rama kepada Rafis. Ketiga laki-laki itu sedang bersantai di teras rumah.

Rafis mengangguk. Berdiri dari tikar gulung yang sengaja digelar. Malam ini Ayah Rendi pulang, rembulan pun bersinar terang. Mereka menikmati kebersamaan itu dengan secangkir teh dan roti toples sebagai penambah kehangatan.

RAMA✔️  [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora