•03

241 6 0
                                    

📌kalo ada typo tandain gaes

Jangan lupa Voment ya, jangan sider

Happy Reading,

***

"Ar? " laki-laki yang tengah mengawasi sang adik mendongak melihat ibunya yang tengah merangkai buket bunga mawar.

"Iya Mama? " kedua alisnya terangkat, terlihat menggemaskan dimata sang ibu apalagi ditambah dengan mata sipit putranya yang semakin menyipit dilihat dari jarak jauh.

"Bisa bantu Mama? " pintanya, sebenarnya ia sudah tahu apa jawabannya. Hanya saja, kurang lengkap jika dia tak membuat putranya banyak bicara.

"Selagi bisa kenapa tidak? " matanya masih menatap sang ibu yang tengah berada di halaman luas rumahnya.

"Anak Mama," bangganya, sudah ia katakan jika putranya tak akan pernah menolak apapun permintaan nya.

"Tolong antar pesanan Luna El ke perbatasan ya? " keningnya mengerut tak mengerti.

"Perbatasan? "

"Untuk kekasihnya, " beritahunya yang diangguki putranya.

"Oh, "

"Al! " panggil gadis kecilnya, membuat Archie menoleh, ia meringis lupa jika dirinya tengah menjaga gadisnya.

"Ada apa hm? " balasnya, seraya mendudukkan tubuh itu pada pangkuannya.

"Ain? " /main?

"Waktunya tidur siang, benar Mama? " pria itu meminta persetujuan sang ibu yang membuat gadisnya mencebikan bibirnya tak suka.

"Iya, sudah waktunya tuan putri tidur. " bibirnya mengerucut tak suka, memberontak dari pangkuan Archie yang sayangnya tak dibiarkan sang kakak begitu saja.

"Mau kakak panggil Papa? " gadis kecil itu langsung ciut, Ar yang melihatnya hanya tertawa. Menggemaskan sekali adiknya ini, setakut itu tuan putri pada sang ayah.

"Ar!" teriak seseorang dari jarak yang lumayan jauh dari posisinya, tolong ingat pendengaran mereka sensitif akan suara.

"Oh! " sang Mama bergumam dengan kekehan diakhirnya, pembuat onar kembali mampir, pikirnya.

"Cepat masuk! " titahnya pada sang putra, agar segera masuk kedalam rumah.

"Tidak!" teriak gadis itu kembali dengan decakanya.

"Terlambat tuan putri, " gelak tawa Mama terdengar, mengalun merdu. Gadis itu menghentakkan kakinya kesal, dengan terburu-buru menggedor pintu rumah.

"Ar buka! " teriaknya

"Jangan berteriak! " peringat seseorang dibelakangnya, gadis itu memutar tubuhnya dan langsung menampilkan cengiran khasnya.

"Eh?" pria paruh baya dihadapannya hanya menggeleng kepala, lantas menggeser tubuh gadis dihadapannya dengan santai tanpa memedulikan status gadis itu.

Masuk kedalam rumah dan kemudian menutup pintunya kembali dengan gerakan cepat.

"Om Papa! " teriaknya tak terima.

"Apakah begini kelakuan seorang putri heh-" gadis itu memutar tubuh dan menghela nafas.

"Apakah seperti ini tampilan seorang yang bercerai dengan suaminya, " Sendir nya, merasa jengah dengan wanita dewasa dihadapannya. Merasa dia lebih tinggi darinya, padahal sudah sangat jelas jika posisi dirinya lah yang paling tinggi.

"Loh itu bukan urusanmu kalau kau mau tahu, yang harus kau tahu sekali kau akan dibuang dari teritori ku, " lanjutnya angkuh, dari jauh Mama hanya tersenyum geli. Seorang wanita dewasa kalah telak oleh seorang gadis berusia lima belas tahun, miris.

The Flow Of lifeWhere stories live. Discover now