Nine

295 43 11
                                    

Selesai menjenguk Genta, akhirnya aku pulang diantar oleh Kejino, itupun karena Kejino memaksaku. Belum lagi ibu Kejino juga memintaku agar mau pulang bersama anaknya. Mau tak mau aku pun setuju. Padahal Kejino sedang demam, tapi dia tetap kekeh tidak ingin membiarkanku pulang sendirian.

Di sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara. Baik Jino maupun aku tidak ada yang memulai percakapan. Oh iya, Kejino mengantarkanku menggunakan mobil. Ibu Kejino khawatir akan turun hujan, jadi ia menyuruh Kejino untuk memakai mobil saja.

Ting!

Terdengar bunyi ponsel, tapi bukan punyaku, melainkan milik Kejino. Dia memberhentikan mobilnya di sisi jalan untuk membuka ponselnya sebentar. Aku melihat wajah Kejino tampak serius saat melihat layar ponselnya. Sepertinya ada sesuatu yang penting.

"Ra."

"Hm?" jawabku cepat.

Kejino menaruh ponselnya lagi kemudian beralih menatapku. "Gue boleh minta tolong?" kata Kejino.

Aku mengerutkan kening heran. "Minta tolong apa?"

"Temenin gue main basket, sebentar aja. Udah itu gue beneran anterin lo pulang."

"Hah? Main basket? Lo kan lagi sakit." Tak sadar nada bicara ku meninggi karena aku khawatir.

"Gue gak papa." Kejino berusaha meyakinkan ku.

"Tapi--"

"Sebentar aja," sela Kejino.

Melihat wajahnya yang seperti memohon itu membuatku akhirnya luluh. "Yaudah, terserah lo," putusku.

Kejino tersenyum kecil dengan mata sayunya. Aku terdiam beberapa detik melihatnya. Kenapa dia sangat menawan bahkan disaat sakit seperti ini?

Kesadaranku kembali saat Kejino menyalakan mesin mobilnya lagi kemudian kami pun pergi ke lapangan basket yang ada di dekat sekolah kami.

"Gue nunggu disini aja," ucapku saat mobil Jino berhenti di parkiran.

"Lo gak mau ngeliat gue main basket?" tanya Kejino.

"Gak. Ngapain juga ngeliat lo."

"Yaudah." Kejino pun turun dari mobil dan masuk ke dalam lapangan basket indoor itu.

Setelah beberapa menit Kejino menghilang, aku baru terpikir, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Kejino di dalam? Dia kan sedang sakit.

"Argh! Nyusahin aja!" Aku ikut turun dari mobil dan berlari masuk kedalam.

Sampai di dalam, aku melihat Kejino sedang melakukan pemanasan bersama teman-temannya yang lain. Diantara mereka hanya Kejino yang memakai kaos biasa, sementara yang lain kompak memakai seragam tim basket.

"Sera!"

Namaku dipanggil. Aku menoleh ke samping dan melihat Miji ada di jajaran penonton. Gadis itu melambaikan tangan padaku. Namun mataku malah menangkap seseorang yang berdiri di samping Miji.

Hah? Tunggu dulu...

"Daniel?" Aku terkejut, bukankah itu Daniel sahabatku?

"Sera sini! Buruan!" teriak Miji heboh.

Tak pikir lama Aku pun bergegas menghampiri Miji.

"Miji? Daniel? Kalian juga disini?" tanyaku tak menyangka bisa bertemu dengan mereka.

"Gue nemenin Arjuna, dia juga tanding," jawab Miji.

"Juna juga kesini?" Aku benar-benar speechless.

"Iya. Tuh!" Miji menunjuk ke arah seorang cowok yang berdiri di samping Kejino. Dan aku baru sadar jika itu adalah Arjuna.

"Wah, rame juga ternyata," decapku.

A CHOICE | Han Yujin ZB1Where stories live. Discover now