PROLOG

20 5 5
                                    

Dari sekian pertanyaan yang sering menghampiriku selama hidup 17 Tahun, aku hanya bisa berdiri mematung di hadapan Tanaka-sensei. Bibirku seketika kelu, dan peluh yang berada di dahiku terasa bercucuran—seketika gugup tidak bisa mengungkapkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan darinya.

"Ah, sayang sekali. Padahal kamu berpotensi untuk mendapatkan beasiswa di Universitas Tokyo. Nilaimu sudah di atas rata-rata dari banyak murid di angkatanmu," ujar Tanaka-sensei.

Seisi pikiranku seakan penuh dengan mempertanyakan diriku sendiri perihal pendirianku sejak aku masuk ke SMA di Meiko Gakuen.

Padahal, kurasa hidupku sudah teramat menyenangkan. Bisa membantu kedua orang tuaku dengan bekerja paruh waktu, mengikuti pelajaran pun aku bisa dengan mudah mendapatkan nilai bagus, dan bisa mendapatkan kehidupan layak hingga bisa makan enak dengan memakan sisa bentou* yang dipanaskan semalam saja, aku bisa menikmatinya.

Akan tetapi, mengapa aku tidak menjawab pertanyaan itu?

***

Catatan:

Bentou: sekotak bekal nasi yang lengkap dengan sayur dan lauk pauk, biasanya ini juga dijual dengan harga murah setiap hari pada pagi hari. 

Summer BluesWhere stories live. Discover now