Before and After Everything

141K 7.3K 8.1K
                                    

Check out my new story called Moment on my profile, Guys! It'll be fun.

"Pak Kasim!" panggilan itu membuat seorang pria paruh baya menoleh. Tangannya berhenti menuangkan makanan untuk anjing peliharaan kesayangannya. Melihat enam cowok pengganggu itu membuat raut wajah Pak Kasim menjadi buruk. Keenam cowok tersebut bertengger di gerbang berwarna hitamnya yang tinggi, dengan santai dan wajah nyengir. Dulu, gerbang tersebut tidak ada. Namun sejak 'insiden' satu tahun lalu, Pak Kasim membangunnya.

Juna terkekeh melihat raut wajah itu. Sudah pasti, setelah tahun lalu mereka membuat onar di rumahnya, Pak Kasim kesal. Juna juga dengar bahwa anjing Pit Bull milik orangtua renta itu hilang setelah mereka mengerjainya, membuat anjing tersebut mengejar mereka hingga hilang arah dan tersesat. Untunglah Alvaro membantu Pak Kasim mencari anjingnya hingga ditemukan beberapa hari setelah kejadian itu. Kalau tidak, mungkin anjing Pit Bull yang dinamakan Kittie (Juna sendiri heran mengapa dinamakan Kittie) tersebut hanyalah kenangan di otak Pak Kasim.

"Mau apa kalian? Nyari onar lagi?" tanya Pak Kasim jengkel.

Matthew hanya menggaruk lehernya, salah tingkah. Bukan salahnya bila ia ikut-ikut mengerjai Kittie. Membuat ibunya sedikit kewalahan karena Pak Kasim ternyata rekan kerja ibunya. Tapi, kali ini Matt-lah yang memiliki inisiatif untuk meminta maaf, maka, ia tidak begitu salah tingkah.

Mika, dengan otak konyol dan bibir yang tidak hentinya menyerocos, menjawab, "wah sakit lho, Pak, hati saya."

Dinginnya malam tidak membuat Julian berhenti meninju lengan Mika atas kekonyolannya. Cowok itu mengeratkan jaket berwarna navy di tubuh, lalu melirik takut-takut Kittie yang menggeram padanya. Seolah-olah, anjing Pit Bull berwarna hitam itu tahu siapa yang setahun lalu membuka kandang, sampai-sampai membuat Kittie mengejar enam cowok bandel itu.

Seth lantas berbicara saat tahu kelima temannya masih terdiam, takut. Memang tidak banyak orang yang berani dengan Pak Kasim. Apalagi kumis hitamnya yang indah itu kadang bergerak-gerak, membuat siapapun tidak tahan untuk tertawa. Seth sendiri menahan tawanya hingga ia rasa, perutnya sakit.

"Jadi gini, Pak. Kita semua mau minta maaf soal Kittie ...," Seth menoleh pada Kittie yang menggeram, matanya menatap penuh dendam keenam cowok di sampingnya. Ekornya bergoyang-goyang dan sesekali ia menggonggong, tanda jelas mereka berenam diusir dari teritorialnya. Seth menggerutu dalam hati. Ini anjing gak seimut namanya. "Maaf ya, Pak."

Alvaro memutar bola mata. Bukan seperti itu meluluhkan hati orangtua renta seperti Pak Kasim. Orangtua itu tidak cukup dengan kata maaf. Cenderung, Pak Kasim akan memuntahkan kata-kata tersebut seolah terkena rabies. Dengan satu tarikan napas, Alvaro membuka gerbang rumah Pak Kasim. Nyengir melihat reaksi orangtua itu.

"Malam, Pak," ucap Alvaro dengan antusiasnya. "Bapak makin ganteng."

Kelima temannya menatap Alvaro seolah cowok itu telah gila. Tidak ada yang pernah berani dengan Pak Kasim, apalagi melangkahi teritorialnya. Juna menengok ke teman-temannya, mengisyaratkan tangannya seolah memotong leher. Melihat itu, keempat temannya mengangguk pasrah.

Alvaro cari mati.

Di sisi lain, Pak Kasim tersenyum cerah melihat Alvaro. "Nak Alvaro, lama saya gak liat kamu."

Apa-apaan itu.

Alvaro menengok ke arah mereka dengan mata mengedip. Membuat Matt akhirnya sadar satu hal. Cowok itu selalu berhasil mengatasi situasi apapun.

Seperti hari itu.

"Keluar dari tenda! Semuanya!" teriakan lantang dari kakak pembina pramuka di SMP Tanuwijaya membahana, membuat keenam cowok yang sedang santai dengan dunia masing-masing lantas bergerak keluar tenda, cepat dan diliputi rasa takut. Apalagi melihat mata kakak pembina mereka menyala-nyala marah.

TRS Universe (0) - Before and After EverythingWhere stories live. Discover now