Before We Meet - 2

8.5K 1.1K 527
                                    

Chapter 2: Trust

Mika hanya ingin kehidupan yang normal, jauh-jauh dari hal mistis, dan yang utama, jauh-jauh dari gunjingan dan lirikan sebal orang-orang ketika Mika mulai berulah. Namun sejak Mika TK, SD, hingga sekarang SMP, Mika tidak pernah merasa tenang bila makhluk-makhluk yang tidak sejenis dengannya, tiba-tiba menunjukkan mukanya yang hancur seperti dilindas truk. Mika masih teriak, Mika masih pingsan, Mika masih juga terpeleset atau jatuh ketika hal itu terjadi.

Dan siang yang terik ini, ketika matahari tergelincir hingga mencapai pas di tengah-tengah kita, hal itu akan terjadi.

"Tuh, tuh, lihat," suara bisik-bisik yang terlalu kencang hingga tidak bisa disebut bisik-bisik lagi itu membuat Mika kesal. "Dia yang kemarin teriak di upacara terus pingsan. Padahal ada gubernur yang datang ke sekolah kita, loh. Malu-maluin banget, ya?"

"Udah, jangan ngomongin yang gak penting. Minggu depan ada ultahnya Niko, kan? Lo pada dateng?"

Mika menutup rapat-rapat telinganya dengan memasang headset lalu berjalan tegap keluar kantin dengan tangan mengangkat semangkuk mi ayam. Kali ini, langkahnya ia usahakan sepelan mungkin agar tidak terpeleset lagi. Waktu itu, Mika terpeleset dan menjatuhkan mi ayam ke arah Alvaro, cowok galak dari kelas sebelah yang sedang bersama Julian, yang omong-omong, sama-sama penyendiri seperti Mika. Menurut Mika, cowok seperti Alvaro sangat mudah mendapat teman, tidak seperti dirinya dan Julian.

Mika sampai di belokan menuju kelasnya ketika hal itu terjadi. Hanya sepersekian detik, malah. Sesosok hantu berwajah bopeng menghampirinya dan menerkamnya sehingga mangkuk mi ayam terlepas dari tangan Mika, Mika berteriak, dan sejurus kemudian, Mika mendengar teriakan lain.

"Ya ampuuun, Matt!! Baju kamu jadi basah begini. Mou bawain handuk, ya? Bawain handuk, ya? Handuknya handuk kecil, kok, cuma Mou pake buat elap keringat abis olahraga. Mau, ya? Mou ambilin dulu di loker."

Celotehan panjang itu diakhiri dengan langkah kaki terburu-buru pergi. Mika melihat sekitarnya. Mangkuk mi ayamnya sudah pecah dan belingnya berserakan, mi ayamnya juga na'as di dekatnya. Kemudian di hadapannya, ada sepatu berwarna hitam dengan garis biru di sekelilingnya. Mika mendongak dan mendapati seragam laki-laki itu terkena noda mi ayam yang dibilang sangat banyak, melebihi banyaknya noda pada Alvaro waktu itu. Mika berusaha untuk tidak takut, tapi dia ragu-ragu melihat raut wajah orang di depannya. 

Wajah murka itu.

"Eh... anu," ucap Mika gelagapan. "Maap."

Wajah itu masih, masih, masih, murka.

Satu menit yang terasa satu jam itu diisi hening hingga Alvaro dan Julian lewat dan melihat kejadian ini. Alvaro berceletuk. "Ini bocah satu memang kayak keledai. Jatoh di lubang yang sama. Dasar bego."

"Roo," tegur Julian. 

"Ck," Alvaro berdecak kemudian kembali melangkah melewati mereka begitu saja.

Julian yang tertinggal ingin menolong, tapi akhirnya mengikuti langkah Alvaro.

Mika tidak akan berekspetasi untuk ditolong, sih.

"Bangun," ucap suara di depannya yang Mika ketahui bernama Matthew di bet nama seragam... penuh noda mi ayamnya.

Mika dengan ragu bangun. Bertepatan dengan itu, seorang perempuan yang semua orang termasuk Mika ketahui bernama Mou, datang membawakan handuk kecil berwarna merah muda cerah. Mou langsung membersihkan seragam Matt tanpa dipinta.

"Makanya, Matt kalo jalan tuh hati-hati! Mou udah bilang, kalo jalan tuh harus kayak Mou," omel Mou. 

"Lemah gemulai?" tanya Matt jengkel.

TRS Universe (0) - Before and After EverythingWhere stories live. Discover now