Benar-Benar Hilang

685 56 12
                                    

Hampa.

Itulah yang dirasakan Ayon saat ini. Pandangannya terlihat kosong. Tidak ada secercah harapan di sana. Air matanya habis karena semalaman menangisi kepergian Ledib. Semesta sedang bercanda karena memainkan perasaan mereka. Dari banyaknya cara untuk memisahkan, kenapa harus kematian yang dipilih? Kenapa bukan dengan cara yang lain saja? Kalau tidak, mengapa bukan dirinya saja yang diambil terlebih dahulu? Ledib belum merasakan arti kebahagiaan yang sempurna. Semua ini tidak sepadan dengan banyaknya luka yang cowok itu rasakan.

Papa dan Mama Ledib juga hancur karena kepulangan mereka membuat Ledib juga berpulang pada Sang Pencipta. Mereka tidak kuat berlama-lama di pemakaman Keduanya butuh waktu yang sangat lama untuk berdamai dengan ini semua dan merenungi kesalahan mereka.

Meskipun langit terlihat mendung disertai petir yang mulai menyambar, hal itu belum membuat Ayon mau meninggalkan area pemakaman. Ledib selalu bilang kalau dia takut dengan kesepian Oleh karena itu, dia tidak ingin Ayon merasakan sepi lagi

"Yon, ayo pulang. Bentar lagi hujan," ajak Firman padanya.

Ayon menggeleng "Kalian aja." tolaknya. Tangannya terus bergerak untuk membelai batu nisan sederhana bertuliskan nama Wijaya Wahyuda

"Jangan egois, Yon. Kita semua sama kehilangannya kayak lo. Pikirin kondisi lo juga," bujuk Firman lagi.

Lagi-lagi Marvel menggelengkan kepalanya. "Ledib ngga suka sama kesepian. Gue mau nemenin dia aja di sini."

"Kak" panggil Firman. Suara cowok itu terdengar bergetar. "Ayo pulang"

"Ngga mau Gue mau di sini aja sama sahabat gue. Bahkan kalau perlu, gue mau tetep di sini sampai akhirnya gue ikut pergi," jawab Ayon.  masih kekeuh dengan pendiriannya.

Rintik gerimis mulai berjatuhan. Langit pun semakin menggelap dan udara kian terasa dingin menusuk kulit.

"Yon, kasihan badan lo. Nanti kalau sakit, Ledib nggak bisa tenang di sana," ujar Matem akhirnya angkat bicara.

"KALIAN KALAU MAU PULANG, YA, PULANG AJA! GUE MASIH MAU DI SINI SAMA LEDIB!" teriak Ayon emosi. Sudut matanya kembali meneteskan cairan bening seiring dengan hujan yang tiba-tiba turun.

"LO JANGAN EGOIS! KITA SEMUA JUGA NGERASAIN KEHILANGAN SOSOK DIA! BUKAN CUMA LO, YON! BIARIN CANVA ISTIRAHAT DENGAN TENANG!" sentak Gizan terpancing emosi. Keadaan yang kacau membuat emosinya tidak terkontrol.

"GUE CUMA MAU NEMENIN PACAR GUE! APA ITU SALAH, HAH?!" Marvel meninju tanah dengan punggung tangannya. "Gue nggak mau dia kesepian. Gue nggak mau dia ketakutan...."

Firman terduduk kembali. Dia merangkul tubuh rapuh milik Ayon dan ikut menumpahkan tangis sejadi-jadinya di sana.

"Ledib paling ngga suka kalau ada yang nganggep dia lemah. Hei, sahabat kita itu hebat! Sadar. Ledib butuh waktu selamanya buat istirahat." Firman memeluk erat kembarannya.

"Man, gue cuma mau dia balik. Gue mau Ledib bareng-bareng sama kita..." Nada bicara Ayon semakin terdengar lemah seiring dengan semakin derasnya hujan yang membasahi area pemakaman itu. Tubuh mereka bersembilan itu basah kuyup tanpa terkecuali.

Gizan yang melihat itu pun segera ambil tindakan. Gizan mengulurkan tangan kanannya. Wajahnya kini berubah tegas dengan mata yang memerah.

"BANGUN LO" teriak Gizan kepada Ayon yang tidak kunjung menerima uluran tangannya.

Ayon tidak memberikan respons. Cowok itu justru mencengkeram tanah yang basah itu hingga membuat telapak tangannya kotor.

"Jangan bikin Ledib kecewa sama lo, Yon! Dia pergi buat nyari kebahagiaan yang abadi. Dia pergi buat ngilangin semua rasa sakit yang selama ini dia alami. Ledib pergi buat melepas semua beban yang selalu bikin dia tertekan. Dan, dengan cara lo yang begini, itu bikin Ledib ngga tenang di alam sana nanti!" ujar Gizan panjang lebar. Cowok itu meraup wajahnya yang basah kemudian mengacak rambutnya dengan kasar.

Mereka semua terdiam mendengar penuturan Gizan. Cowok itu benar Seharusnya, mereka harus mengikhlaskan kepergian Ledib agar cowok itu bisa beristirahat dengan tenang

"Yon." panggil Gizan lagi.

"Gue ngga bisa. Gue bener-bener ngga bisa," keluh Ayon "Pacar gue udah nggak ada"

Gizan memutuskan untuk berjongkok di sebelah Ayon, lalu memegang kedua bahu ringkih milik cowok itu Tatapan matanya menyorot tegas ke arah sahabatnya itu "Bangkit. Yon. Lo ngga sendirian, masih ada kita sebagai keluarga kedua. Jangan mempersulit jalan Ledib. Dia orang baik dan pantas buat dapetin tempat terbaik di sisi Tuhan. Jadi, tolong jangan hambat perjalanan dia"

"Dia udah cape cuci darah, cape belajar, dan cape pura pura bahagia. Semua hal yang dia lakuin di dunia udah cukup. Dia udah dapetin apa yang dia inginkan. Inget pesen Ledib ke kita, dia mau kita semua bahagia walaupun itu tanpa kehadiran dia," lanjut Gizan seraya menahan sesak yang menggumpal di dadanya

"Nggak semudah itu. Zan!" tampik Marvel

"Gue tau itu ngga mudah. Tapi, apa dengan cara lo begini dia bisa balik lagi? Atau kalau seandainya Ledib masih hidup, apa dia bisa bahagia? Jangan egois, Yon. Sahabat kita punya hak untuk memilih kebahagiaannya." Gizan berhenti sejenak

"Bikin Canva bahagia dengan terus berjalan menggapai mimpi kita. Dia paling ngga suka kalau ada orang yang gampang nyerah. Lo sayang sama dia, kan?"

Ayon terdiam. Selama beberapa waktu dia membeku sebelum mengangguk pelan.

Jadi... hanya sesingkat ini pertemuan mereka dengan Ledib? Bahkan, baru ada satu impian cowok itu yang sudah terpenuhi. Lalu mimpi-mimpi lain? Mengapa Tuhan tidak memberikan waktu lebih lama sampai Ledib menyelesaikan semua mimpinya? Ini tidak adil. Ya, sangat tidak adil. Namun, sekeras apa pun mereka berusaha untuk mengelak, kenyataan pahit itu jelas jelas terpampang nyata. Dan untuk mengikhlaskan ini semua pasti membutuhkan waktu yang sangat lama.

Ayon mengembuskan napas berat. Untuk sekali lagi, dia mengusap nisan baru itu dengan tatapan sendu. "Nanti kita ketemu lagi, ya? Jangan bandel di sana. Lo harus bahagia, Dib. Harus"

***

Ayon & Ledib [YTMCI] [BxB] [Ledib X Ayon] [END]Where stories live. Discover now